Adenomiosis sebagai salah satu kondisi ginekologi jinak yang ditandai oleh invasi jaringan endometrium ke dalam lapisan miometrium. Kondisi ini sering kali berhubungan dengan berbagai masalah kesehatan reproduksi, termasuk infertilitas. Seperti apa kira-kira hubungan antara adenomiosis dan fertilitas, serta mekanisme yang mendasarinya. Baiklah kita pahami lebih dalam yuk melalui pendapat para ahli berikut, baca sampai habis ya!
Memahami Adenomiosis dan penyebabnya
Adenomiosis Pertama kali dijelaskan pada tahun 1860 oleh ahli patologi Jerman Carl von Rokitansky, melalui temuan histopatologi yaitu “cystosarcoma adenoids uterinum”. Penyebab pasti dari adenomiosis menurut suatu penelitian menyatakan bahwa adenomiosis mungkin berasal dari invaginasi endometrium ke dalam miometrium akibat trauma atau pembedahan sebelumnya.
Tanda dan gejalanya pun bervariasi, tetapi yang paling umum adalah nyeri haid dan/atau perdarahan menstruasi yang banyak. Secara historis, kondisi ini merupakan diagnosis histologis yang memerlukan biopsi atau lebih sering histerektomi. Untuk saat ini, diagnosis dapat dilakukan secara non-invasif menggunakan USG atau pencitraan resonansi magnetik.
Banyak penelitian menunjukkan bahwa adenomiosis dapat mempengaruhi kesuburan wanita. Adenomiosis dapat menyebabkan perubahan struktural pada JZ, yang merupakan area transisi antara endometrium dan miometrium. Perubahan ini dapat mengganggu proses implantasi embrio.
Adenomiosis juga dapat mengubah fungsi endometrium, yang berperan penting dalam persiapan rahim untuk menerima embrio. Ketidakseimbangan hormon dan abnormalitas dalam pembentukan desidualisasi dapat terjadi, mempengaruhi kemampuan embrio untuk menempel dengan baik.
Pengobatan dan Manajemen
Kaitan dengan adenomiosis dapat dilakukan perawatan definitif bagi perempuan melalui histerektomi (operasi pengangkatan rahim), prosedur ini dilakukan jika adenomiosis tidak bisa diatasi dengan tindakan yang lain. Sementara berbagai terapi medis dan minimal invasif lainnya tersedia bagi mereka yang ingin mempertahankan kesuburan atau ingin menghindari pembedahan yang lebih ekstensif.
Beberapa opsi pengobatan invasif meliputi, terapi hormon:
- Penggunaan kontrasepsi hormonal atau terapi hormon lainnya dapat membantu menyeimbangkan kadar estrogen dan progesteron, yang mungkin bermanfaat bagi wanita dengan adenomiosis.
- Pengobatan non hormonal, seperti tranexamic acid untuk meredakan pendarahan dari vagina. HIFU (high intensity focused ultrasound), untuk menghancurkan jaringan endometrium.
- Ablasi endometrium, untuk menghancurkan lapisan rahim yang mengalami endometriosis.
Adenomiosis memiliki dampak signifikan terhadap kesuburan perempuan. Memahami hubungan antara adenomiosis dan infertilitas, serta faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi ini, membuat sister untuk dapat lebih siap untuk mencari pengobatan yang tepat dan mendapatkan dukungan medis yang diperlukan untuk mencapai kehamilan. Untuk informasi menarik lainnya, sister dapat akses melalui Instagram kami di @menujuduagris.id
Referensi
- Benagiano G, Brosens I, Lippi D. The history of endometriosis. Gynecol Obstet Invest. 2014;78(1):1-9
- https://jurnal.usk.ac.id/JKS/article/viewFile/22380/16450
- https://www.maupunyaanak.id/mulai-mencoba-hamil/apakah-usia-wanita-selalu-berkorelasi-dengan-usia-ovarium
- https://www.studocu.com/id/document/institut-kesehatan-rajawali/fakultas-keperawatan/34-f622142-hanna-lore-lumbantoruan/75613227
- https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/apa-itu-adenomiosis