
Infertilitas sekarang jadi isu global yang dialami banyak pasangan usia reproduktif. Jumlah kasusnya makin terlihat, bukan hanya karena angkanya naik, tapi juga karena kesadaran dan diagnosis yang semakin baik. Salah satu jalan terakhir yang biasa ditempuh pasangan adalah Assisted Reproductive Technology (ART), seperti bayi tabung. Sayangnya, tidak semua program ART berhasil di percobaan pertama, bahkan ada yang mengalami kegagalan berulang.
Di tengah tantangan itu, Artificial Intelligence (AI) muncul sebagai harapan baru. Dengan memanfaatkan algoritme komputer yang belajar dari data medis, AI bisa membantu dokter memperbesar peluang keberhasilan program hamil. Gimana jadi penasaran? baca lebih lanjut yuk!
Bagaimana AI Membantu di Dunia Kesuburan?
Penggunaan AI dalam reproduksi sudah mulai berkembang pesat. Beberapa peran pentingnya antara lain:
- Memantau perkembangan sel telur lewat USG
AI bisa membaca pola pertumbuhan folikel dengan lebih akurat, membantu dokter menentukan waktu terbaik dalam proses stimulasi ovarium. - Melihat kesiapan rahim menerima embrio
Endometrium yang “siap” adalah kunci implantasi berhasil. AI membantu memprediksi kapan kondisi rahim berada di tahap paling optimal. - Menyeleksi embrio terbaik
Dengan teknologi analisis gambar, AI bisa menilai kualitas embrio berdasarkan bentuk dan viabilitasnya, lalu memilih yang punya peluang besar berkembang menjadi kehamilan. - Memprediksi perkembangan embrio pasca-implantasi
Tidak semua embrio bisa bertahan setelah ditempatkan di rahim. AI memberi perkiraan lebih awal sehingga risiko kegagalan bisa ditekan. - Menilai kualitas sel telur (oosit)
Bentuk dan kualitas oosit sangat penting untuk keberhasilan fertilisasi. AI juga bermanfaat saat proses pembekuan sel telur (fertility preservation) maupun pada program donor sel telur.
Bukan Hanya untuk Wanita, Tapi Juga Pria
AI juga berperan besar dalam mengatasi infertilitas pria. Saat ini sudah ada sistem analisis sperma berbasis komputer. Ke depan, AI bisa melangkah lebih jauh dengan:
- Memprediksi kualitas sperma berdasarkan faktor gaya hidup dan lingkungan.
- Membantu memahami infertilitas idiopatik, yaitu kondisi infertilitas tanpa penyebab jelas, dengan mengklasifikasi pasangan berdasarkan tanda biologis dan klinis.
Meski menjanjikan, penggunaan AI di bidang kesehatan reproduksi tidak lepas dari pertanyaan etika, hukum, dan regulasi. Bagaimana data pasien digunakan, siapa yang bertanggung jawab jika terjadi kesalahan, dan bagaimana memastikan akses yang adil semua itu masih terus dibahas.
AI hadir sebagai peluang baru dalam dunia reproduksi: dari diagnosis lebih akurat, pemilihan embrio yang lebih tepat, sehingga prediksi peluang keberhasilan program hamil. Walaupun regulasi dan aspek etisnya masih perlu diperkuat, AI jelas sudah menjadi salah satu “alat masa depan” yang bisa membawa harapan bagi pasangan yang berjuang mendapatkan buah hati. Baca informasi menarik lainnya jangan lupa follow Instagram @menujuduagaris.id
Referensi
- Medenica, S., Zivanovic, D., Batkoska, L., Marinelli, S., Basile, G., Perino, A., … & Zaami, S. (2022). The future is coming: artificial intelligence in the treatment of infertility could improve assisted reproduction outcomes—the value of regulatory frameworks. Diagnostics, 12(12), 2979.