
Infertilitas didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk mencapai kehamilan spontan dalam waktu satu tahun setelah berhubungan seksual secara teratur tanpa kontrasepsi. Kondisi ini memengaruhi sekitar 48 juta pasangan dan 186 juta individu di seluruh dunia. Diperkirakan satu dari delapan pasangan usia reproduksi mengalami infertilitas, dengan faktor pria sebagai penyebab tunggal pada 20% kasus dan berkontribusi pada 30% kasus lainnya. Artinya, faktor pria berperan dalam hampir 50% pasangan infertil.
Dalam beberapa dekade terakhir, kekhawatiran meningkat terhadap penurunan konsentrasi sperma secara global. Faktor gaya hidup seperti obesitas, paparan bahan kimia lingkungan, dan radiasi turut dianggap berkontribusi. Oleh karena itu, analisis semen menjadi pemeriksaan dasar yang sangat penting dalam evaluasi infertilitas pria.
Sejak pertama kali diterbitkan pada tahun 1980, WHO Laboratory Manual for the Examination and Processing of Human Semen telah menjadi acuan global dalam standarisasi prosedur analisis semen. Setelah melewati lima edisi, edisi keenam akhirnya dirilis pada Juli 2021. Artikel ini meninjau perubahan kunci dalam edisi terbaru, serta menganalisis kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman (SWOT) dari implementasinya di praktik klinis.
Perkembangan Historis Manual WHO
Edisi kelima yang terbit pada tahun 2010 berfokus pada standarisasi prosedur analisis semen melalui panduan langkah demi langkah, termasuk tes dasar dan opsional. Manual ini juga memperkenalkan pedoman tentang kriopreservasi, pemrosesan sperma testikular dan epididimal, serta protokol jaminan kualitas.
Salah satu kontribusi penting edisi kelima adalah penetapan nilai rujukan (reference values) berdasarkan data pria subur dari delapan negara. Namun, edisi ini menuai kritik karena dianggap tidak merepresentasikan populasi global secara memadai. Variasi biologis antarindividu dan keterbatasan laboratorium dalam menerapkan kontrol kualitas menimbulkan keraguan terhadap validitas nilai rujukan tersebut.
Edisi keenam hadir sebagai respons terhadap berbagai kritik sebelumnya sekaligus menyesuaikan diri dengan perkembangan terbaru dalam ilmu reproduksi. Dibanding edisi sebelumnya, panduan ini menawarkan standar prosedur yang lebih detail dan ketat, menambahkan biomarker baru seperti sperm DNA fragmentation (SDF) dan oxidative stress (OS), serta didukung oleh data populasi yang jauh lebih luas dan representatif. Meski begitu, masih ada beberapa kelemahan, seperti keterwakilan wilayah dunia yang belum merata, ketiadaan angka pasti dalam konsep decision limits yang bisa membingungkan klinisi dalam praktik sehari-hari, serta variasi antar laboratorium yang tetap menjadi tantangan dalam penerapan.
Di sisi lain, edisi terbaru ini membuka peluang besar, mulai dari pengembangan tes fertilitas pria berbasis biomarker molekuler, penelitian lebih lanjut di bidang genetika dan epigenetika sperma, hingga penguatan sistem jaminan kualitas laboratorium secara global. Namun, ancaman juga perlu diperhatikan, misalnya risiko kebingungan akibat hilangnya ambang rujukan yang jelas, kesenjangan akses di negara berkembang karena keterbatasan fasilitas, serta resistensi dari praktisi yang sudah terbiasa dengan metode lama.
Secara keseluruhan, WHO Laboratory Manual edisi keenam menjadi langkah penting dalam evolusi analisis semen dengan metodologi yang diperkuat, cakupan data global yang lebih luas, dan penambahan parameter baru seperti SDF dan OS. Perubahan yang paling menonjol adalah pergeseran dari konsep reference values ke decision limits, meski konsep ini masih memerlukan penyempurnaan lebih lanjut. Analisis SWOT menunjukkan potensi besar manual ini dalam meningkatkan kualitas evaluasi infertilitas pria di seluruh dunia, tetapi tanpa kejelasan batas keputusan dan peningkatan akses laboratorium, penerapannya belum bisa optimal.
Referensi
- Boitrelle, F., Shah, R., Saleh, R., Henkel, R., Kandil, H., Chung, E., … & Agarwal, A. (2021). The sixth edition of the WHO manual for human semen analysis: a critical review and SWOT analysis. Life, 11(12), 1368.