Ada sejumlah gangguan pada alat reproduksi wanita yang terdengar sama namun sebenarnya berbeda. Beberapa di antaranya adalah adenomiosis dan endometriosis. Adenomiosis dan endometriosis merupakan gangguan pada jaringan endometrium yang melapisi bagian dalam rahim.
Banyak orang yang menganggap keduanya adalah kondisi yang sama. Tapi sebenarnya, beda endometriosis dengan adenomiosis ada pada perkembangan dan gejala yang muncul. Studi menunjukkan bahwa 1 dari 5 wanita mengalami kondisi ini.
Sisters, mungkin banyak dari kalian yang masih bingung membedakan antara penyakit organ wanita yang satu dengan lainnya. Kali ini kita akan mengulas tentang Adenomiosis, baik ciri-ciri maupun penyebabnya, sekaligus memahami apa beda adenomiosis dan endometriosis.
Apa Itu Adenomiosis?
Kamu mungkin sudah pernah mendengar apa itu endometrium. Ya, endometrium adalah jaringan dalam rahim yang terkelupas dan meluruh saat menstruasi, ketika tidak ada sel telur yang sudah dibuahi yang menempel di rahim.
Ketika jaringan yang mirip dengan endometrium ini tumbuh di tempat yang tidak seharusnya, kondisi inilah yang disebut dengan endometriosis dan adenomiosis. Keduanya memengaruhi bagian tubuh yang berbeda, dengan beberapa gejala yang sama. Tapi, perawatan yang dilakukan mungkin berbeda.
Adenomiosis adalah kondisi ketika jaringan yang mirip dengan endometrium tumbuh di dinding otot rahim atau myometrium. Ini menyebabkan rahim menjadi menebal dan membesar, kadang bisa 2 sampai 3 kali lipat dari ukuran yang seharusnya.
Adenomiosis bisa menyebabkan periode menstruasi yang menyakitkan, perdarahan menstruasi yang berat atau berkepanjangan dengan pembekuan darah dan nyeri perut/panggul.
Ciri-ciri Adenomiosis
Sekitar 1 dari 3 orang yang menderita adenomiosis tidak menunjukkan ciri atau gejala tertentu. Beberapa tanda yang mungkin terjadi antara lain adalah:
- Kram menstruasi yang menyakitkan (dismenore)
- Perdarahan menstruasi yang berat
- Menstruasi yang tidak normal
- Nyeri panggul dengan atau tanpa kram parah
- Rasa sakit saat atau setelah berhubungan seksual
- Infertilitas (ketidaksuburan yang menyebabkan sulit memiliki keturunan)
- Rahim yang membesar
- Perut yang terasa kembung atau penuh.
Penyebab Adenomiosis dan Faktor Risikonya
Peneliti tidak tahu apa sebenarnya yang menyebabkan adenomiosis. Tapi beberapa penelitian menunjukkan ada beberapa hal yang dapat memicu kondisi ini seperti hormon, genetika sampai radang dan trauma.
Ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang mengalami adenomiosis antara lain:
- Wanita yang berusia antara 40 sampai 50 tahun
- Pernah melahirkan setidaknya sekali
- Pernah menjalani operasi rahim sebelumnya seperti pengangkatan fibroid rahim atau kuretase
- Mengidap endometriosis.
Namun ada beberapa pusat kesehatan yang mendiagnosis adenomiosis lebih sering terjadi pada wanita berusia 30-an yang mengalami perdarahan vagina yang tidak normal atau periode menstruasi yang menyakitkan.
Bagaimana Cara Mendiagnosis Adenomiosis?
Penyedia layanan kesehatan seringkali mencurigai adanya adenomiosis pada pasien mereka berdasarkan gejala. Namun, ada beberapa tes yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis antara lain:
- Pemeriksaan Panggul. Selama pemeriksaan panggul, dokter mungkin akan menemukan kondisi rahim yang lebih besar, lebih lembut atau terasa sakit ketika disentuh
- USG. USG atau ultrasonografi transvaginal dengan menggunakan gelomban suara bisa menghasilkan gambar organ panggul pasien. Gambar-gambar ini bisa menunjukkan penebalan dinding rahim yang terjadi
- MRI. MRI bisa membantu pemindaian untuk menunjukkan ada atau tidaknya penebalan rahim di area tertentu atau ada atau tidaknya pembesaran rahim.
Selain beberapa cara di atas, penyedia layanan kesehatan mungkin akan melakukan biopsi. Biopsi dilakukan dengan cara mengumpulkan jaringan dan mengujinya di laboratorium untuk mengetahui ada atau tidaknya tanda-tanda penyakit yang lebih serius.
Apa Beda Endometriosis dan Adenomiosis?
Beda endometriosis dan adenomiosis bisa dilihat dari berbagai aspek. Keduanya sama-sama terjadi karena pertumbuhan abnormal dari endometrium. Pada adenomiosis, jaringan tumbuh terlalu cepat dan meluas ke otot rahim.
Di sisi lain pada endometriosis, jaringan tumbuh di luar rahim dan seringkali menempel pada struktur yang ada di dekatnya seperti saluran tuba dan ovarium.
Selain itu, kedua kondisi juga memiliki gejala yang berbeda. Endometriosis bisa mengiritasi jaringan di dekatnya dan menimbulkan jaringan parut. Ini bisa menyebabkan beberapa gejala seperti:
- Sakit perut. Ini adalah gejala yang paling umum dan biasanya memburuk saat waktu menstruasi
- Nyeri di punggung atau kaki atau sakit saat atau setelah berhubungan seksual
- Perdarahan menstruasi yang berat dan menyakitkan
- Sakit saat buang air besar dan air kecil
- Mual, muntah atau merasa lelah.
Sedangkan pada adenomiosis, bagian rahim menjadi tebal dan besar. Kondisi inilah yang tidak terjadi pada endometriosis. Rahim yang membesar bisa menimbulkan gejala antara lain:
- Memberikan tekanan pada kandung kemih dan dubur
- Mengubah cara otot rahim berkontraksi
- Menyebabkan periode menstruasi yang berat dan menyakitkan.
Itu dia beberapa hal yang perlu kamu ketahui terkait beda endometriosis dan adenomiosis. Untuk memastikan kondisi mana yang kamu alami, jangan ragu untuk memeriksakan diri ke dokter.