Apakah Aspermia pada Pria Muda Penderita Diabetes Berdampak pada Infertilitas?

 

Aspermia sendiri merupakan kondisi ketika paksu mengalami orgasme tanpa mengeluarkan sperma. Kondisi ini disebut juga sebagai orgasme kering (dry orgasm). Aspermia dapat terjadi sesekali dan hilang dengan sendirinya, tetapi bisa juga terjadi dalam jangka panjang dan berdampak pada kesuburan pria.

Aspermia dapat terjadi ketika air mani atau sperma berkurang. Bisa juga akibat adanya sumbatan pada saluran sperma sehingga air mani dan sperma tidak dapat dikeluarkan saat ejakulasi.

Beberapa faktor yang bisa menjadi penyebab aspermia adalah Operasi prostat (prostatektomi), Operasi kandung kemih, Vasektomi, Radioterapi pada organ reproduksi pria misalnya testis dan prostat, Kelainan genetik yang mengganggu fungsi organ reproduksi, Kadar hormon testosteron yang terlalu rendah, Ejakulasi terbalik Infeksi, misalnya orchitis dan epididimitis, Varikokel, Sumbatan di saluran sperma atau saluran kemih dan Multiple sclerosis dan Cedera tulang belakang. Sekarang bagaimana jika kondisi ini jika terjadi pada laki-laki dengan diabetes? Yuk ketahui lebih lanjut!

Aspermia dan Diabetes

Diabetes melitus bukan hanya soal gula darah, karena kondisi kronik ini juga bisa menyentuh aspek kehidupan yang lebih dalam dan personal, termasuk kesuburan. Salah satu komplikasi yang jarang dibicarakan tapi nyata terjadi adalah aspermia. Fakta bahwa kondisi saat pria tidak bisa mengeluarkan air mani saat ejakulasi. Sekitar 40% pria penderita diabetes bisa mengalami kondisi ini, dan dampaknya tidak main-main terhadap peluang mereka menjadi seorang ayah. Lalu bagaimana jika pada paksu yang memiliki kondisi ini ingin melakukan program hamil?

Penanganan Melalui Kombinasi Bedah dan Terapi Obat

Masalah ejakulasi seperti ejakulasi kering atau gagal emisi pada pria dengan diabetes bukan hal yang bisa dianggap sepele. Ini bisa menjadi bagian dari komplikasi diabetes jangka panjang, khususnya yang memengaruhi pembuluh darah dan sistem saraf otonom yang mengatur fungsi seksual dan reproduksi.

Salah satu pendekatan yang bisa dilakukan adalah kombinasi antara tindakan bedah dan terapi medis. Misalnya, bila ditemukan kondisi varikokel (pelebaran pembuluh darah di skrotum), prosedur varikokelektomi dapat dilakukan untuk memperbaiki aliran darah di sekitar testis. Dalam beberapa kasus, bisa juga dilakukan tindakan ekstraksi sperma dari testis (TESE) untuk mengetahui kondisi spermatogenesis secara langsung.

Selain itu, terapi obat juga bisa menjadi bagian penting dalam pemulihan fungsi ejakulasi. Salah satu pilihan yang digunakan adalah Imipramine, yaitu obat antidepresan trisiklik yang telah ditemukan memiliki efek positif terhadap ejakulasi, terutama pada pria dengan diabetes. Obat ini bekerja dengan memengaruhi saraf dan otot yang terlibat dalam proses ejakulasi.

Dengan pendekatan yang tepat dan dilakukan secara bertahap, kemungkinan pemulihan fungsi ejakulasi tetap terbuka. Jika kualitas sperma setelah terapi membaik, prosedur seperti inseminasi intrauterin (IUI) bisa menjadi langkah selanjutnya dalam program kehamilan.

Yang penting untuk diingat paksu, infertilitas bukan hanya soal jumlah sperma tetapi juga bagaimana tubuh bekerja untuk mengeluarkannya. Dan ya diabetes memang bisa memengaruhi proses ini. Tapi kabar baiknya, penanganan tetap bisa dilakukan dengan pendekatan menyeluruh, bukan hanya fokus pada satu aspek saja. Jangan lupa tetap melakukan pemeriksaan ke dokter kalian yaa! Informasi menarik lainnya jangan lupa follow Instagram @menujuduagaris.id

Referensi

  • Aghajani, M. M. R., Golsorkhtabaramiri, M., & Mirabi, P. (2021). Treatment of aspermia (anejaculation) in a diabetic infertile man (a case report). Journal of Clinical and Translational Endocrinology: Case Reports, 20, 100083.
  • https://www.alodokter.com/aspermia