Apakah LH dan FSH Benar-benar Penting dalam Spermatogenesis pada Pria?

 

Sister dan paksu sudah tahu jika LH dan FSH itu penting buat kesuburan pria. Tapi, seberapa penting, sih, sebenarnya? Apakah tanpa salah satunya sperma tetap bisa diproduksi? Nah, yuk bahas bareng dengan MDG karena ini akan sangat penting untuk infertilitas paksu, baca sampai habis ya!

FSHR Rusak Tapi Masih Bisa Punya Anak?

Ada kasus menarik dari Finlandia di mana beberapa pria ditemukan memiliki mutasi inaktif pada gen reseptor FSH (FSHR). Mutasi ini menyebabkan protein reseptor FSH mereka tidak muncul dengan sempurna di permukaan sel, sehingga reseptor tidak bisa menerima sinyal hormon FSH dengan baik.

Yang unik, dari lima pria dengan mutasi ini, tidak ada yang benar-benar mengalami azoospermia (tanpa sperma sama sekali). Sebagian memiliki sperma normal (normozoospermia), dan sebagian lain mengalami oligozoospermia parah (jumlah sperma sangat sedikit). Empat dari mereka mengalami subfertilitas atau gangguan kesuburan, tetapi dua di antaranya tetap berhasil menjadi ayah dari dua anak!

Mereka memang memiliki kadar FSH yang tinggi dalam darah — kemungkinan sebagai respons tubuh yang berusaha ‘mengimbangi’ kerusakan pada reseptor. Studi laboratorium menunjukkan bahwa meski reseptor rusak, sebagian kecil dari reseptor mutan ini masih mampu menangkap sinyal FSH jika kadar hormon sangat tinggi.

Jadi, bagaimana ini bisa terjadi? Dengan kadar FSH yang sangat tinggi, ada sedikit aktivasi yang tetap bisa terjadi pada reseptor yang rusak. Ibaratnya, meski antenanya rusak, kalau sinyalnya sangat kuat, tetap ada kemungkinan nyambung sedikit. Ini mirip dengan kasus wanita yang punya mutasi reseptor LH inaktif, tapi tetap bisa merespons hormon hCG dalam dosis tinggi.

Kesimpulannya, reseptor FSH yang rusak total memang bisa mengganggu proses pembentukan sperma, tapi belum tentu menyebabkan infertilitas total. Semua tergantung seberapa parah kerusakannya dan seberapa tinggi kadar FSH di tubuh.

Gimana Kalau Permasalahan Ada di FSH-nya?

Nah, beda cerita kalau masalahnya bukan di reseptornya, tapi justru di hormon FSH-nya sendiri, tepatnya di bagian subunit beta FSH. Kerna laki-laki dengan permasalahan hormon FSH mereka cenderung mengalami azoospermia total, alias nggak ada sperma sama sekali, dan tentu saja jadi infertil.

Dapat kita lihat ternyata fungsi FSH ini krusial sejak masa perkembangan awal—bahkan sejak masa pubertas. Jadi kalau baru diobati pas dewasa, kerusakan atau “ketinggalannya” udah nggak bisa diperbaiki. Artinya, FSH nggak bisa ‘mengejar ketertinggalan’ kalau sistem pembentuk spermanya udah telanjur nggak berkembang sejak awal.

Fakta yang dapat sister dan paksu pahami bahwa:

  1. FSH itu penting banget untuk spermatogenesis manusia.
    Buktinya, mutasi pada gen FSH atau reseptornya berhubungan dengan gangguan produksi sperma.

  2. Mutasi FSHβ = infertil total.
    Mutasi di hormon itu sendiri berdampak lebih fatal dibandingkan mutasi di reseptornya.

  3. Reseptor FSH rusak belum tentu bikin mandul.
    Masih ada kemungkinan spermatogenesis jalan meski terganggu, tergantung tingkat kerusakan dan adaptasi tubuh.

  4. Waktu itu krusial.
    FSH kemungkinan punya peran penting saat masa perkembangan, yang nggak bisa digantikan kalau baru diintervensi saat dewasa.

Dari kasus-kasus langka ini, kita belajar bahwa sistem hormonal dalam tubuh manusia jauh dari kata sederhana. FSH dan reseptornya bekerja seperti kunci dan gembok karena jika salah satu rusak, bisa saja masih ada celah untuk “membuka”, tapi nggak akan seefektif versi normalnya. Sister dan paksu juga harus aware bahwa kesuburan pria itu nggak hanya soal jumlah sperma, tapi juga melibatkan kerjasama kompleks antara gen, hormon, dan waktu perkembangan. Informasi menarik lainnya jangan lupa follow Instagram @menujuduagaris.id

Referensi

  • Siegel, E.T.; Kim, H.-G.; Nishimoto, H.K.; Layman, L.C. The Molecular Basis of Impaired Follicle-Stimulating Hormone Action: Evidence from Human Mutations and Mouse Models. Reprod. Sci. 2013, 20, 211–233. [Google Scholar] [CrossRef] [Green Version]
  • Tapanainen, J.S.; Aittomäki, K.; Min, J.; Vaskivuo, T.; Huhtaniemi, I.T. Men Homozygous for an Inactivating Mutation of the Follicle-Stimulating Hormone (FSH) Receptor Gene Present Variable Suppression of Spermatogenesis and Fertility. Nat. Genet. 1997, 15, 205–206. [Google Scholar] [CrossRef]