Dalam dunia fertilitas, pria dengan jumlah sperma yang sangat rendah seperti oligozoospermia atau bahkan kriptozoospermia seringkali dihadapkan pada pertanyaan penting, lebih baik menggunakan sperma dari ejakulasi atau langsung dari testis untuk prosedur ICSI (Injeksi Sperma Intrasitoplasma)? Sebelum itu apakah kalian tahu perbedaan antara dua infertilitas itu?
Oligozoospermia dan Kriptozoospermia
Oligozoospermia adalah kondisi ketika jumlah sperma dalam air mani lebih sedikit dari jumlah normal. WHO (2021) menetapkan batas normalnya yaitu sekitar 16 juta sperma per mililiter. Kalau di bawah angka itu, bisa disebut oligozoospermia.
Nah, kondisi ini kadang dikategorikan jadi ringan, sedang, atau berat, tapi sebenarnya pembagian ini nggak menunjukkan penyebab pastinya. Artinya, meski jumlahnya sedikit, belum tentu tahu langsung apa penyebabnya.
Yang penting diingat, diagnosis oligozoospermia harus berdasarkan analisis laboratorium air mani yang dilakukan dengan prosedur ketat sesuai panduan WHO. Jadi, bukan asal tebak-tebakan atau satu kali tes aja.
Sedangkan berdasarkan standar WHO, kriptozoospermia didefinisikan sebagai tidak adanya sperma dalam air mani yang diejakulasi melalui pemeriksaan mikroskopis, tetapi ada dalam sedimen sentrifus. Kriptozoospermia, yang juga dikenal sebagai kriptozoospermia, adalah jenis khusus oligospermia ekstrem, dengan insidensi sekitar 8,73%.4 Karena manifestasi klinisnya yang unik, kondisi ini mudah salah didiagnosis sebagai azoospermia. Lalu kira-kira bagaimana program hamil yang dapat dipilih, salah satunya adalah melalui ICSI dengan metode pengambilan sperma.
ICSI Sebagai Program Hamil
Pada sebuah penelitian dengan pasangan yang menjalani prosedur ICSI, di mana sel telur dibuahi menggunakan sperma dari ejakulasi atau sperma testis yang diambil lewat aspirasi jarum halus. Peneliti kemudian membandingkan beberapa parameter penting: tingkat pembuahan, pembelahan sel, kualitas embrio, dan pembentukan blastokista (embrio tahap lanjut).
Hasilnya menunjukkan bahwa:
- Pada pria dengan sperma dibawah 1 juta/mL, sperma testis memberikan hasil yang jauh lebih baik. Tingkat pembuahan, pembelahan embrio, dan jumlah embrio berkualitas tinggi lebih tinggi dibandingkan dengan sperma dari ejakulasi.
- Pada kasus kriptozoospermia, sperma testis juga lebih unggul secara signifikan dalam hal pembuahan, meskipun keunggulan kualitas embrio tidak terlalu mencolok.
- Namun, pada pria dengan sperma di atas 1 juta/mL, sperma dari ejakulasi justru menunjukkan hasil yang lebih baik.
Dari temuan di atas sister dan paksu dapat tahu bahwa tidak ada satu pendekatan yang cocok untuk semua. Tapi setidaknya konsentrasi sperma bisa menjadi kunci dalam menentukan dari mana sperma sebaiknya diambil untuk prosedur ICSI. Dengan berfokus pada hal ini, nantinya dokter dapat memberikan rekomendasi yang lebih tepat dan personal bagi sister dan paksu yang sedang berjuang menghadapi infertilitas terutama pada paksu. Informasi menarik lainnya follow Instagram @menujuduagaris.id
Referensi
- Derakhshan, M., Salehi, P., Derakhshan, M., Naghshineh, E., Movahedi, M., Tehrani, H. G., & Salehi, E. (2024). Should testicular sperm retrieval be implemented for intracytoplasmic sperm injection in all patients with severe oligozoospermia or cryptozoospermia?. Korean Journal of Fertility and Sterility.
- Liu, H., Luo, Z., Chen, J., Zheng, H., & Zeng, Q. (2023). Treatment progress of cryptozoospermia with Western Medicine and traditional Chinese medicine: A literature review. Health Science Reports, 6(1), e1019.