
Infertilitas merupakan masalah kesehatan reproduksi yang memengaruhi sekitar 12–18%. Dari kasus tersebut, sekitar 20% disebabkan oleh faktor pria saja, sedangkan 30–40% merupakan kombinasi faktor pria dan wanita.
Salah satu metode reproduksi berbantu yang sering digunakan adalah inseminasi intrauterin (IUI). Teknik ini banyak direkomendasikan pada pasangan dengan infertilitas akibat faktor pria ringan, anovulasi, endometriosis, maupun infertilitas yang tidak terjelaskan. Sebaliknya, untuk kasus infertilitas akibat faktor pria berat, umumnya lebih disarankan in vitro fertilization (IVF).
Keberhasilan IUI
Keberhasilan IUI dipengaruhi oleh banyak faktor, meliputi diagnosis infertilitas, parameter semen, serta regimen stimulasi ovarium. Artikel ini meninjau bukti terkini mengenai faktor paternal, maternal, dan siklus yang memengaruhi luaran IUI, yaitu clinical pregnancy rate (CPR), live birth rate (LBR), angka keguguran spontan, kehamilan ektopik, serta angka kehamilan ganda.
Faktor Paternal dan Parameter Semen
- Total Motile Count (TMC)
- Sebagian besar studi menunjukkan keberhasilan IUI lebih tinggi bila TMC >5–10 juta.
- Pada TMC <5 juta, tingkat kehamilan menurun drastis, sehingga IVF lebih disarankan.
- Post-wash Sperm Count
- Ambang minimal yang umum digunakan adalah >1 juta sperma setelah pencucian.
- Tingkat kehamilan meningkat hingga jumlah 4 juta, namun tidak ada keuntungan tambahan di atas angka tersebut.
- DNA Fragmentation Index (DFI)
- DFI >30% dianggap abnormal.
- Data mengenai pengaruhnya terhadap hasil IUI masih kontradiktif. Studi besar terbaru menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna dalam angka kehamilan, meskipun DFI tinggi dapat meningkatkan risiko keguguran.
- Usia Ayah
- Efek usia paternal tidak konsisten. Beberapa penelitian menemukan penurunan keberhasilan pada pria >35–40 tahun, namun studi lain menunjukkan pengaruh minimal setelah dikontrol dengan usia ibu.
- Indeks Massa Tubuh (BMI) Paternal
- Obesitas pria berhubungan dengan penurunan volume semen, konsentrasi, TMC, dan morfologi.
- Risiko infertilitas meningkat bila kedua pasangan memiliki BMI ≥30.
IUI memiliki peluang keberhasilan yang lebih tinggi bila jumlah sperma motil total (TMC) melebihi 5 juta dan jumlah sperma motil pasca pencucian (post-wash) lebih dari 1 juta. Faktor seperti usia ayah yang lebih lanjut dan obesitas dapat menjadi risiko yang menurunkan keberhasilan, sedangkan kerusakan DNA sperma (DFI) hingga kini belum terbukti secara konsisten berpengaruh terhadap hasil IUI.
Faktor Maternal
- Usia
- Usia merupakan faktor paling penting.
- Tingkat kehamilan per siklus pada wanita <40 tahun berkisar 11–18%, sedangkan pada usia ≥40 tahun menurun drastis menjadi 4–7%.
- Pada wanita usia 38–42 tahun, IVF lebih efektif dibanding IUI.
- BMI
- Obesitas meningkatkan kebutuhan obat stimulasi, namun tidak secara signifikan menurunkan angka kehamilan pada IUI.
- Status underweight dapat mengganggu ovulasi dan meningkatkan risiko bayi kecil untuk usia kehamilan, sehingga perlu ditangani sebelum terapi.
- Ras/Etnis
- Terdapat disparitas akses layanan infertilitas pada kelompok minoritas.
- Studi menunjukkan perempuan kulit hitam dan kelompok etnis lain mengalami infertilitas lebih lama sebelum mendapatkan perawatan.
- Beberapa penelitian melaporkan penurunan angka kelahiran hidup pada kelompok tertentu, meskipun data masih terbatas.
- Diagnosis Infertilitas
- Ovulatory dysfunction: tingkat keberhasilan tertinggi (hingga 65–84% setelah beberapa siklus).
- Unexplained infertility dan cervical factor: tingkat kehamilan moderat (sekitar 38–55%).
- Endometriosis: keberhasilan tergantung stadium. Stadium I–II masih bisa diatasi dengan IUI, tetapi stadium III–IV memiliki angka kehamilan rendah (5–11%) sehingga IVF lebih dianjurkan.
- Tubal factor: tingkat keberhasilan terendah (20–26%), dan biasanya hanya berhasil pada dua siklus pertama.
Faktor Siklus
- Regimen Stimulasi
- Letrozole vs Clomiphene Citrate (CC): hasil kehamilan serupa, namun letrozole lebih disukai untuk wanita obesitas dengan PCOS.
- Gonadotropin: meningkatkan risiko kehamilan ganda, sehingga tidak direkomendasikan sebagai pilihan utama.
- Pemicu Ovulasi (Trigger vs Spontaneous Surge)
- Keberhasilan sama baiknya apakah IUI dilakukan setelah ovulasi alami maupun dengan pemicu hCG.
- Jumlah Siklus IUI
- Sebagian besar kehamilan terjadi dalam 3–4 siklus pertama.
- Setelah 4 siklus gagal, sebaiknya pasangan dipertimbangkan untuk beralih ke IVF.
IUI merupakan pilihan terapi lini pertama pada infertilitas akibat anovulasi, faktor pria ringan, endometriosis stadium awal, dan infertilitas yang tidak terjelaskan.
Keberhasilan IUI dipengaruhi oleh:
- Faktor paternal: TMC >5 juta, post-wash count >1 juta, obesitas dan usia lanjut pria dapat mengurangi hasil.
- Faktor maternal: usia <38–40 tahun, diagnosis ovulatory dysfunction, dan kondisi BMI normal meningkatkan peluang.
- Faktor siklus: pemilihan regimen stimulasi yang tepat (letrozole/CC lebih aman dibanding gonadotropin) dan batas maksimal 3–4 siklus sebelum beralih ke IVF.
Referensi
Starosta, A., Gordon, C. E., & Hornstein, M. D. (2020). Predictive factors for intrauterine insemination outcomes: a review. Fertility research and practice, 6(1), 23.