Infertilitas Tak Hanya Soal Rahim: Luka Mental yang Sering Terlupakan

 

Jika MDG seringkali membahas tentang Infertilitas secara fisik, maka kini akan mencoba menunjukkan pada sister dan paksu bagaimana dampak secara non-fisik. Karena bukan sekadar soal kehamilan yang belum terjadi, bagi sebagian besar perempuan, ini adalah pergulatan batin yang tidak terlihat mata membekas di mental, menusuk rasa percaya diri, dan membuat mereka merasa sendirian. Tapi apakah semua perempuan yang menghadapi infertilitas mengalami dampak psikologis yang sama?

Infertilitas dan Gangguan Mental

MDG ingin menunjukkan salah satu tinjauan sistematis yang dilakukan terhadap 32 studi dari tahun 2010 hingga 2023 dan menunjukkan bahwa perempuan dengan infertilitas memiliki risiko tinggi mengalami gangguan kesehatan mental, seperti depresi, kecemasan, stres, dan tekanan psikologis lainnya. Dan yang mengejutkan, efek ini bisa tetap terasa meskipun kehamilan akhirnya tercapai. Artinya, luka mental akibat infertilitas bukanlah luka yang otomatis sembuh dengan keberhasilan punya anak karena dampaknya dapat berkepanjangan.

Peran Penentu adalah Lingkungan Sekitar

Fakta juga menunjukkan bahwasanya faktor sosial ternyata berperan besar dalam menentukan dampak infertilitas terhadap kesehatan mental, karena pada wanita yang memiliki pendidikan tinggi, pekerjaan dan pendapatan yang stabil, asuransi kesehatan,
dukungan sosial yang kuat, dan spiritualitas yang kokoh menunjukkan kondisi psikologis yang lebih baik saat menghadapi infertilitas. Sebaliknya, mereka yang tidak memiliki fondasi sosial ini lebih rentan terhadap gangguan mental.

Butuh Layanan Kesehatan Mental yang Lebih Manusiawi dan Spesifik

Tidak hanya faktor sosial karena layanan kesehatan mental bagi perempuan infertil tidak bisa bersifat satu resep untuk semua. Kita butuh pendekatan yang personal, yang menyentuh sisi sosial, ekonomi, dan spiritual. Perempuan butuh sistem yang tidak hanya menyemangati, tapi benar-benar hadir dan mendukung secara nyata.

Infertilitas tidak boleh jadi perjalanan yang dijalani dalam diam. Mimpi menjadi ibu adalah hal besar. Tapi lebih besar lagi keberanian untuk terus mencoba dan tetap waras dalam prosesnya. Melalui artikel ini i, kita belajar bahwa merawat mental perempuan pejuang dua garis bukanlah hal tambahan melainkan pondasi penting dalam memperjuangkan harapan mereka.

Dan ingat, kalian juga berhak memiliki ruang untuk tumbuh, saling membersamai, dan menemukan dukungan yang nyata. Komunitas Menuju Dua Garis selalu ada untuk kalian. Jangan merasa sendirian, sister. Yuk, kita hadapi semuanya bersama dengan belajar, saling menguatkan, dan tetap update dengan informasi yang valid sesuai dengan perjalanan masing-masing. Informasi menarik lainnya jangan lupa follow Instagram @menujuduagaris.id.

Referensi

  • Warne, E., Oxlad, M., & Best, T. (2023). Evaluating group psychological interventions for mental health in women with infertility undertaking fertility treatment: a systematic review and meta-analysis. Health psychology review, 17(3), 377-401.