Jadi lebih Paham dengan Efek Anti-Androgen pada Sindrom Ovarium Polikistik

 

 

Salah satu dari kasus infertilitas tertinggi untuk perempuan adalah Sindrom Ovarium Polikistik (PCOS). Ia hadir sebagai salah satu gangguan hormonal yang umum terjadi pada wanita usia reproduktif, hal tersebut ditandai melalui peningkatan kadar androgen, ketidakteraturan menstruasi, dan adanya kista pada ovarium. 

Seperti yang sister ketahui salah satu aspek penting dalam pengelolaan PCOS adalah penggunaan anti-androgen, yang bertujuan untuk mengurangi efek negatif dari kelebihan hormon androgen. Kira-kira ada nggak sih efek dari penggunaan anti androgen. MDG akan mencoba menjelaskan lebih lanjut, baca sampai habis ya!

Memahami apa itu Anti-androgen untuk PCOS

Anti-androgen bekerja dengan menurunkan kadar hormon androgen dalam tubuh. Beberapa jenis obat anti-androgen yang dapat digunakan untuk PCOS, di antaranya, Spironolactone (Aldactone, Pfizer), Flutamide (Eulexin, Schering/Merck), Finasteride (Propecia, Merck).

Anti-androgen dapat dipertimbangkan jika kontrasepsi oral kombinasi (COCP) tidak efektif, tidak dapat ditoleransi, atau tidak menunjukkan respons yang optimal. 

Penggunaan Anti-Androgen dengan kombinasi COCP

Penggunaan anti-androgen bersama dengan Combined Oral Contraceptive Pills (COCP) pada pasien dengan Polycystic Ovary Syndrome (PCOS) adalah pendekatan yang sering dipertimbangkan untuk menangani gejala hiperandrogenisme, dimana gejala berkaitan dengan hirsutisme, jerawat dan alopesia androgenik.

Dalam artikel dengan judul Correction of meta-analysis after retraction of article on the effects of anti-androgens in polycystic ovary syndrome, penelitian tersebut mengevaluasi penggunaan anti-androgen (misalnya, finasteride, flutamide, spironolactone) dibandingkan dengan berbagai intervensi dalam penanganan sindrom ovarium polikistik (PCOS). 

Bahwa anti-androgen tidak boleh digunakan untuk hiperandrogenisme pada PCOS, tetapi dapat dipertimbangkan untuk hirsutisme ketika COCP dikontraindikasikan, tidak dapat ditoleransi dengan baik, atau tidak efektif.

Dari sini sister dan paksu dapat menjadikan pertimbangan, terutama bagi sister yang memiliki PCOS, agar lebih hati-hati dan dapat memilah dalam mengkonsumsi anti-androgen. Untuk informasi menarik lainnya sister dapat follow Instagram @menujuduagris.id

Referensi

  • Alesi, S., Forslund, M., Melin, J., Romualdi, D., Peña, A., Tay, C. T., … & Mousa, A. (2025). Correction of meta-analysis after retraction of article on the effects of anti-androgens in polycystic ovary syndrome. Clinical Medicine, 79.
  • Alesi, S., Forslund, M., Melin, J., Romualdi, D., Peña, A., Tay, C. T., … & Mousa, A. (2023). Efficacy and safety of anti-androgens in the management of polycystic ovary syndrome: a systematic review and meta-analysis of randomised controlled trials. EClinicalMedicine, 63.