
Kehamilan ektopik (ectopic pregnancy/EP) merupakan salah satu kondisi serius yang bisa terjadi di awal kehamilan, terutama pada trimester pertama. Penjelasannya ini bahwa EP terjadi saat sel telur yang telah dibuahi tidak menempel di dalam rahim, melainkan tumbuh di lokasi yang tidak semestinya. Yang paling umum adalah di saluran tuba falopi, tapi ternyata ada juga yang terjadi di tempat lain seperti isthmus, bekas luka operasi caesar, serviks, kornua, ovarium, bahkan di rongga perut. Yuk pelajari lebih lanjut, baca sampai habis ya!
Kehamilan Ektopik pada ART dan Faktor yang Mempengaruhinya
Beberapa faktor teknis yang dapat mempengaruhi kehamilan ektopik adalah tahap embrio saat transfer (pembelahan vs blastokista), jenis siklus transfer (segar vs beku)
frekuensi kontraksi uterus selama siklus segar, penggunaan progesteron untuk dukungan fase luteal, dan kesulitan teknis saat transfer embrio
Dalam hal ini, sebuah studi retrospektif yang dilakukan di salah satu pusat fertilitas di Milan, Italia, menyertakan data dari 27.376 siklus ART dan IUI selama 10 tahun (2009–2018), mencatat faktor-faktor lain ini seperti usia pasien, BMI, riwayat kehamilan ektopik sebelumnya, cadangan ovarium (FSH, AMH, AFC), dan kondisi seperti infeksi panggul atau endometriosis.
Faktor Risiko Tambahan: Siapa yang Lebih Rentan?
Selain faktor teknis ART, ada pula sejumlah faktor risiko lain yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya EP, seperti riwayat kehamilan ektopik sebelumnya, Infeksi panggul, endometriosis, atau perlengketan di area reproduksi, usia wanita, kebiasaan merokok, dan lama infertilitas, kualitas cadangan ovarium yang rendah dan prosedur transfer embrio yang sulit atau traumatis.
Yang perlu dicatat, banyak faktor risiko EP juga tumpang tindih dengan faktor risiko infertilitas. Dengan semakin banyaknya pasangan yang mengandalkan teknologi reproduksi berbantu untuk mendapatkan keturunan, penting untuk bagi sister dan paksu untuk mengenali dan memahami risiko kehamilan ektopik.
Deteksi dini dan pendekatan yang tepat dapat menyelamatkan nyawa serta meningkatkan peluang kehamilan yang sehat dan berkelanjutan. Pencegahan lainnya adalah dengan edukasi, yaitu memahami informasi yang jelas tentang kondisi yang dialami.
Selain itu, pengawasan ketat selama prosedur ART serta pengembangan protokol yang lebih aman dan personalisasi kasus menjadi langkah penting dalam mengurangi angka kejadian kehamilan ektopik (EP).
Untuk informasi menarik lainnya, jangan lupa follow Instagram @menujuduagaris.id!
Referensi
Ramaraju, G. A., Teppala, S., Prathigudupu, K., Kalagara, M., Thota, S., Kota, M., & Cheemakurthi, R. (2018). Association between obesity and sperm quality. Andrologia, 50(3), e12888.