Kenali Prosedur Teknologi Reproduksi berbantuan (ART) IVF dan ICSI Sebelum melakukan Program Hamil

 

 

Bagi sister dan paksu yang sedang mengalami infertilitas, dan akan segera membuat keputusan untuk program. Baik secara alami maupun berbantuan, jangan lupa untuk memahami mulai dari perbedaan dan bagaimana temuan-temuan dengan kasus yang serupa agar menjadi pendukung dalam mempertimbangkan. MDG akan menjelaskan bagaimana prosedur yang paling umum digunakan yaitu IVF dan ICSI

Tentang Prosedur IVF dan ICSI

IVF singkatan dari ‘fertilisasi in-vitro’ dan ICSI ‘injeksi sperma intrasitoplasma’. Kedua perawatan ini hadir sebagai konsepsi berbantuan. Pada prosedur IVF melibatkan pengambilan sel telur dari pasien wanita menggunakan jarum yang dimasukkan melalui vagina dan ke dalam setiap ovarium di bawah bimbingan USG. Prosedur ini dilakukan dengan sedasi jadi tidak akan merasakan sakit apa pun. Sel telur kemudian dicampur dengan sperma dalam cawan laboratorium, dan diperiksa setelah 16-20 jam untuk melihat apakah sperma telah membuahi sel telur secara alami. Jika perawatan berhasil, sel telur yang telah dibuahi akan berkembang di laboratorium selama dua hingga lima hari sebelum dipindahkan ke rahim. 

Sedangkan ICSI atau intracytoplasmic sperm injection adalah prosedur penyuntikan satu sperma hidup ke pusat sel telur (sitoplasma) yang telah matang. Prosedur ini dilakukan bertujuan untuk meningkatkan peluang keberhasilan In Vitro Fertilization (IVF) atau bayi tabung. Prosedur ICSI ini dilakukan ketika IVF konvensional tidak membuahkan hasil yang maksimal. 

Kapan ICSI digunakan?

Pada sebuah penelitian dengan judul “Opportunities and Limits of Conventional IVF versus ICSI: It Is Time to Come off the Fence” menunjukkan bagaimana metode Intracytoplasmic Sperm Injection (ICSI) semakin banyak digunakan, termasuk pada kasus infertilitas yang bukan disebabkan oleh faktor laki-laki. Salah satu alasan utama adalah untuk mengurangi risiko kegagalan fertilisasi total (total fertilization failure atau TFF), yaitu kondisi ketika sel telur tidak berhasil dibuahi. TFF sendiri merupakan hasil yang sangat mengecewakan, baik bagi pasien maupun tenaga medis, dengan resiko terjadi sekitar 5-20% dalam siklus IVF konvensional (c-IVF).

Dari penjelasan singkat tersebut, bagaimana memahami prosedur In Vitro Fertilization (IVF) dan Intracytoplasmic Sperm Injection (ICSI) menjadi penting sebelum memulai program kehamilan berbantuan. Setiap metode memiliki kelebihan, kekurangan, dan indikasi khusus yang perlu disesuaikan dengan kondisi sister dan paksu. Sehingga konsultasi dengan tenaga medis yang kompeten sangat dianjurkan untuk menentukan metode yang paling sesuai, sehingga peluang keberhasilan dapat dimaksimalkan. Yuk ambil langkah sister dan paksu, bisa dengan mengikuti forum Morula Fertility Bootcamp yang akan MDG adakan untuk PDG di februari mendatang. Informasi lainnya dapat sister dan paksu akses di Instagram kami @menujuduagaris.id

Referensi