
Sister dan paksu, sebagai pejuang dua garis pasti dihadapkan dengan banyak rintangan salah satunya adalah potensi stress. Faktanya stres hadir sebagai bagian dari kehidupan modern yang sulit dihindari.
Berbagai faktor seperti tekanan pekerjaan, perubahan lingkungan, dan gaya hidup yang tidak sehat dapat meningkatkan tingkat stres dalam masyarakat. Pada perempuan, khususnya mereka yang berada dalam usia reproduksi, lebih rentan mengalami stres psikologis, fisik, dan fisiologis. Hal ini dapat berdampak negatif pada kesehatan reproduksi. MDG akan membahas lebih lanjut, baca sampai habis ya!
Bagaimana stress ini berdampak pada Infertilitas?
Stres psikologis yang berkepanjangan terbukti dapat mengganggu kesehatan reproduksi dengan meningkatkan produksi spesies oksigen reaktif (ROS), yang menyebabkan stres oksidatif (OS). OS yang tinggi dapat mempengaruhi fisiologi ovarium, menurunkan kualitas oosit, serta menyebabkan gangguan kesuburan. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan untuk mengurangi efek negatif stres terhadap sistem reproduksi wanita.
Lalu bagaimana Dampak Stres pada Kesehatan Reproduksi Perempuan? stres psikologis dan fisiologis memiliki peran besar dalam menurunkan tingkat kesuburan wanita. Stres kronis diketahui dapat menurunkan keberhasilan fertilisasi in vitro (IVF), Meningkatkan produksi ROS yang merusak sel telur dan Menghambat biosintesis hormon estradiol-17β di ovarium, yang berdampak pada penurunan jumlah serta kualitas oosit
Hubungan Pengobatan Herbal dengan Infertilitas
Menurut WHO, sekitar 60–80 juta pasangan di seluruh dunia mengalami masalah infertilitas. Salah satu pengobatan tradisional yang telah lama digunakan untuk mengatasi gangguan reproduksi wanita adalah shatavari (Asparagus racemosus). Lalu apa Itu Shatavari?
Shatavari adalah tanaman herbal dari keluarga Liliaceae yang banyak digunakan dalam pengobatan Ayurveda. Dalam bahasa Sanskerta, “shatavari” berarti “mampu memiliki seratus suami”, yang mencerminkan perannya dalam meningkatkan kesuburan wanita. Tanaman ini umumnya tumbuh di daerah tropis dan subtropis seperti India dan Himalaya.
Sebagai salah satu obat herbal utama dalam Ayurveda, shatavari dikenal memiliki berbagai manfaat, terutama dalam menjaga keseimbangan hormon, meningkatkan kualitas sel telur, serta memperbaiki gangguan reproduksi yang disebabkan oleh stres.
Shatavari mengandung lebih dari 50 senyawa bioaktif, termasuk:
- Saponin steroid: Komponen utama yang berperan dalam menyeimbangkan hormon reproduksi.
- Flavonoid dan glikosida: Berperan sebagai antioksidan yang membantu mengurangi stres oksidatif.
- Asparagamine, racemosol, dan kaempferol: Senyawa aktif yang dapat meningkatkan kesehatan ovarium.
Shatavari merupakan salah satu solusi herbal yang telah digunakan selama berabad-abad dalam Ayurveda untuk mengatasi masalah reproduksi yang disebabkan oleh stres. Dengan kandungan antioksidan dan zat aktifnya, shatavari berpotensi membantu mengurangi stres oksidatif, menyeimbangkan hormon, dan meningkatkan kualitas oosit. Namun, meskipun manfaatnya cukup menjanjikan, diperlukan lebih banyak penelitian untuk memahami mekanisme kerjanya secara lebih mendalam.
Bagi wanita yang mengalami gangguan reproduksi akibat stres, shatavari dapat menjadi pilihan alternatif yang alami. Namun, sebelum menggunakannya, Sister dan paksu tentu membutuhkan untuk konsultasi lebih lanjut, agar penggunaannya lebih optimal dan sesuai dengan kondisi sister dan paksu. Untuk informasi menarik lainnya jangan lupa follow Instagram @menujuduagaris.id
Referensi
Pandey, A. K., Gupta, A., Tiwari, M., Prasad, S., Pandey, A. N., Yadav, P. K., … & Chaube, S. K. (2018). Impact of stress on female reproductive health disorders: Possible beneficial effects of shatavari (Asparagus racemosus). Biomedicine & pharmacotherapy, 103, 46-49