
Antiphospholipid syndrome (APS) hadir sebagai salah satu gangguan autoimun yang ditandai dengan pembentukan antibodi antifosfolipid, yang dapat mengganggu proses pembekuan darah dan menyebabkan berbagai komplikasi, termasuk abortus berulang dan infertilitas. Dalam konteks reproduksi, APS memiliki dampak yang signifikan terutama pada kehamilan bahlan kemampuan sister untuk hamil. MDG akan menjelaskan lebih lanjut terkait APS baca sampai habis ya!
Apa itu Antiphospholipid Syndrome
Sindroma antifosfolipid merupakan kelainan yang disebabkan oleh antibodi antifosfolipid dan mengakibatkan kematian janin berulang, morbiditas maternal, dan infertilitas akibat berbagai proses imunopatogenik pada plasenta yang dihubungkan dengan terbentuknya trombosis atau terhambatnya proses fibrinolitik.
Berdasarkan internasional di Sapporo, konsensus sindrom antifosfolipid didefinisikan sebagai kelainan dengan gejala trombosis vaskuler dan atau morbiditas obstetrik antibodi disertai antikardiolipin antikoagulan lupus.
Faktor Penyebab APS
Meski belum diketahui secara jelas penyebab APS namun ada beberapa beberapa faktor dan kondisi yang diketahui bisa meningkatkan resiko seseorang mengalami sindrom ini, yaitu berjenis kelamin perempuan, memiliki keluarga yang menderita sindrom antifosfolipid, menderita penyakit autoimun lain, misalnya lupus, mengalami infeksi virus atau bakteri, seperti hepatitis C, HIV/AIDS, cytomegalovirus (CMV), atau sifilis, mengonsumsi obat-obatan tertentu, seperti anti kejang, antibiotik amoxicillin, obat hipertensi, atau obat antiaritmia.
Hubungan APS dengan Infertilitas
Setelah melihat bagaimana faktor penyebabnya sangat berdampak pada perempuan, terutama jika berkaitan dengan Infertilitas pada wanita diantaranya adalah trombosis vaskularisasi plasenta pada perempuan hamil dengan APS, pembekuan darah yang abnormal dapat menyebabkan trombosis di pembuluh darah plasenta. Hal ini mengakibatkan insufisiensi uteroplasenta, yang dapat menghambat pertumbuhan janin dan menyebabkan keguguran.
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa wanita dengan antibodi antifosfolipid memiliki risiko tinggi untuk mengalami abortus berulang. Sekitar 50% hingga 85% wanita dengan APS mengalami keguguran setelah 10 minggu kehamilan. Infark pada plasenta akibat trombosis juga menjadi salah satu penyebab utama keguguran pada kelompok ini.
Yang terakhir berkaitan dengan kualitas sel telur dan implantasi, Adanya antibodi antifosfolipid dapat mempengaruhi kualitas sel telur dan proses implantasi embrio. Gangguan dalam sirkulasi darah dapat mempengaruhi pasokan nutrisi dan oksigen ke embrio, sehingga mengurangi peluang untuk terjadinya kegagalan kehamilan.
Antiphospholipid syndrome ternyata memiliki dampak signifikan terhadap kesuburan dan kesehatan reproduksi wanita. Dengan pemahaman yang lebih baik mengenai hubungan antara APS dan infertilitas, sister dapat segera mengetahui kondisi ini dan dapat meningkatkan peluang untuk hamil dan menjalani kehamilan yang sehat. Dan segera konsultasikan pada dokter kandungan sister dan paksu. Untuk informasi menarik lainnya dapat follow Instagram @menujuduagris.id.
Referensi
- Bick RL. Antiphospholipid Syndrome in Pregnancy. Hematol Oncol Clin N Am 2008;22:10720
- mattaher Jambi, R. Kehamilan Dengan Sindroma Antifosfolipid.
- https://www.alodokter.com/sindrom-antifosfolipid