
Ketika sister dan paksu dihadapkan masalah ketidaksuburan, mungkin juga dihadapkan pada rasa sendirian bahkan seperti tengah berjalan dalam kegelapan. Pada posisi ini baik teman dan keluarga mungkin hadir mengisi salah satu ruang kekosongan tersebut dengan energi positif. Namun, terkadang sikap baik tersebut bisa saja tidak membantu sama sekali terutama ketika sister dalam keadaan rentan. Selain berusaha untuk program hamil, tidak luput sister dan paksu juga dihadapkan pada mitos tentang infertilitas yang hadir bahkan stigma negatif.
Dengan banyaknya alat bantu yang baru memungkinkan pasangan untuk dapat hamil mulai dari In vitro fertilization (IVF) hingga surrogate, Meski demikian masih banyak informasi yang salah di luar sana, terutama berkaitan dengan mitos yang dilanggengkan di masyarakat. Memahami ini setidaknya untuk menyelamatkan mental sister dan paksu yang sedang menjadi pejuang dua garis.
Apakah Infertilitas hanya disebabkan oleh Perempuan?
Penelitian telah menunjukkan bahwa dari semua pasangan yang dirawat karena kondisi infertilitas, Perempuan memiliki peran sebesar 40-50% pada kasus infertilitas sedangkan laki-laki sebesar 30% dan penyebab lainnya sekitar 20-30% dari keduanya. Permasalahannya hampir setengah terkait dengan infertilitas pria. Sering kali, masalah infertilitas ini dapat disebabkan oleh kualitas atau kuantitas sperma sehat yang memiliki tingkat perawatan yang tinggi.
Sehingga, faktanya pada kasus infertilitas harus dilihat siapa yang tengah mengalami infertilitas karena dapat terjadi baik pada perempuan ataupun laki-laki. sehingga tentu pada kedua pasangan harus menjalani tes infertilitas.
Apakah Stres yang Berkepanjangan Dapat Menyebabkan Infertilitas?
Selama menjalani kehidupan memang akan dihadapkan oleh berbagai macam tekanan. Dari masalah yang berhubungan dengan pekerjaan hingga hubungan pribadi, ada banyak pemicu stres sehari-hari dalam kehidupan seseorang. Tapi bukan berarti tingkat stress berhubungan dengan infertilitas.
Infertilitas sendiri merupakan kondisi medis, sedangkan stress berkaitan dengan psikologis. sehingga perlu adanya pendekatan yang benar.
Tidak akan terjadi Kasus infertilitas ketika Sudah ada Anak
Bahwa anggapan jika seorang perempuan mungkin tidak mengalami kemandulan jika Sudah memiliki anak, sayangnya kemandulan sekunder sangat nyata. WHO mendefinisikan kemandulan sekunder sebagai “ketika seorang wanita tidak dapat memiliki anak, baik karena ketidakmampuan untuk hamil atau ketidakmampuan untuk mempertahankan kehamilan hingga kelahiran hidup setelah kehamilan sebelumnya atau kemampuan sebelumnya untuk mempertahankan kehamilan hingga kelahiran hidup.” penyebabnya pun beragam bahwa kemungkinan faktor yang sama yang menyebabkan kemandulan primer juga dapat menyebabkan kemandulan sekunder.
Dari penjelasan diatas, setidaknya sister dan paksu harus lebih skeptis untuk dapat membedakan mana yang fakta dan mitos, sehingga tidak mengganggu sister dan paksu terutama yang sedang menjalani program hamil. Jika ada keraguan yang dirasakan agar dapat segera berkonsultasi pada dokter. Untuk informasi menarik lainnya sister dan paksu dapat follow Instagram @menujuduagris.id
Referensi
- Rae, L., Wiweko, B., Bell, L., Shafira, N., Pangestu, M., Adayana, I. B. P., Armstrong, G. (2015). Patient Education needs among Indonesian women infertility patient attending three fertility clinics. Patient Education and Counseling, 98(3), 364-369.
- https://www.atlantainfertility.com/about-us/blogs/2022/february/myths-about-infertility/
- https://www.onefertilitykitchenerwaterloo.com/7-infertility-myths-debunked-fertility-specialists/