
Pernah dengar istilah kista cokelat ovarium? Yup, ini salah satu jenis kista yang sering banget muncul pada perempuan dengan endometriosis. Warnanya kecokelatan karena berisi darah lama, dan sayangnya… sering juga jadi penyebab susah hamil
Biasanya dokter akan menyarankan operasi buat mengangkat kista ini. Tapi di titik ini, banyak pasien mulai galau “Kalau dioperasi, nanti fungsi indung telurku turun nggak, dok?” Pertanyaan itu valid banget, karena salah pilih metode operasi bisa berpengaruh ke cadangan sel telur.
Nah, penelitian dari Bozhou People’s Hospital dan Fuyang Hospital, Tiongkok, mencoba membandingkan dua metode operasi ini:
- Laparoskopi teknik minimal sayatan, pakai kamera kecil dan alat khusus.
- Laparotomi operasi terbuka dengan sayatan besar di perut.
Hasilnya Mengejutkan
Setelah meneliti 102 pasien kista cokelat, hasilnya cukup jelas:
laparoskopi bukan cuma lebih modern, tapi juga lebih aman dan lembut untuk tubuh. Proses operasinya lebih cepat rata-rata hanya 51 menit, sementara operasi terbuka butuh sekitar 80 menit. Pendarahannya juga lebih sedikit sekitar 27 mL dibanding 50 mL. Masa rawat inapnya lebih singkat 7 hari vs 12 hari. Dan yang paling penting: pemulihan tubuh jauh lebih cepat.
Pasien laparoskopi bahkan bisa mulai buang angin (tanda fungsi usus pulih) hanya 10 jam setelah operasi, sedangkan operasi terbuka butuh lebih dari 26 jam.
Dampaknya ke Hormon AMH
Nah, bagian ini penting banget buat sister yang lagi promil
Peneliti juga memeriksa kadar Anti-Müllerian Hormone (AMH) indikator utama cadangan sel telur.
Hasilnya? Setelah operasi, kedua kelompok memang mengalami penurunan AMH (karena sebagian jaringan ovarium ikut terangkat).
Tapi penurunan pada pasien laparoskopi lebih ringan dibanding operasi terbuka:
- AMH laparoskopi: 2,51 ng/mL
- AMH operasi terbuka: 1,84 ng/mL
Artinya, laparoskopi lebih “ramah” terhadap ovarium dan tidak terlalu mengganggu fungsi reproduksi.
Faktor yang Pengaruhi Keberhasilan Hamil
Selain metode operasi, ternyata banyak faktor lain yang juga menentukan keberhasilan hamil pascaoperasi, seperti:
- Usia dan lama menderita kista
- Kondisi tuba falopi
- Adanya perlengketan panggul
- Riwayat infertilitas sebelumnya
- Serta kadar AMH sebelum operasi
Faktanya, kadar AMH praoperasi bisa membantu dokter memperkirakan peluang kesuburan setelah operasi. Kalau nilainya di bawah 1,765 ng/mL, risiko gangguan kesuburan cenderung meningkat jadi pemeriksaan ini penting banget buat perencanaan promil ke depan.
Jadi, Kesimpulannya…
Buat sister yang punya kista cokelat ovarium dan sedang mempertimbangkan operasi,
laparoskopi bisa jadi pilihan yang lebih aman, cepat, dan bersahabat buat kesuburanmu. Prosedur ini minim luka, pemulihan lebih singkat, dan dampak terhadap fungsi ovarium juga lebih kecil. Tapi, tetap ya semua keputusan medis harus dibicarakan dulu dengan dokter yang memahami kondisi unik setiap pasien. Karena pada akhirnya, tujuan utama bukan cuma “mengangkat kista”, tapi juga menjaga harapan untuk dua garis.
Referensi
- Li, M. A., Xiaoli, Q. I., & Xiaoyan, S. H. I. Effects of different surgery methods on anti-mullerian hormone level and perioperative indicators in ovarian chocolate cyst patients. Journal of Clinical Medicine in Practice, 26(14), 79-83.