Mampukah Kedekatan dari Keluarga Mengurangi Pikiran Irasional pada Perempuan yang Mengalami Infertilitas?

 

Infertilitas bisa jadi salah satu pukulan terberat dalam hidup baik pada sister maupun paksu, Meski demikian faktor standar sosial  lebih banyak menekankan perempuan. Pada budaya tertentu tidak lain di Indonesia menjadi seorang ibu bahkan dianggap sebagai bagian dari identitas dan harga diri perempuan. Ketika kehamilan tak kunjung datang, banyak perempuan yang mulai dihantui pikiran-pikiran irasional seperti merasa gagal, tidak layak, atau kehilangan arti hidup.

Hal ini tentu tidak lain dipengaruhi oleh ruang yang mengkonstruksi perempuan, Perempuan diajarkan untuk tunduk, patuh, dan memiliki sumbu sabar tak terhingga semata demi menyempurnakan visi masyarakat patriarkis mengenai sosok istri dan ibu ideal. Para perempuan diajarkan bahwa tujuan utama menjadi perempuan adalah menjadi tiang keluarga dan bersama itu pula dibebankan pula segala tanggung jawab dan tugas menjaga keutuhan, kedamaian, dan keharmonisan keluarga kepada perempuan seorang. Peran ganda ini akhirnya menjadi kesalahan jika perempuan tidak berhasil hamil terlepas tidak diketahui siapa penyebab infertilitasnya. Dilain sisi keluarga atau orang terdekat memiliki peran yang sangat signifikan menjadi support system pada mereka yang juga merupakan pejuang dua garis. 

Peran Keluarga dalam Pemberdayaan Perempuan Infertil 

MDG menemukan sebuah studi menarik yang mencoba menjawab pertanyaan penting ini bisakah dukungan keluarga membantu mengurangi tekanan psikologis akibat infertilitas? Dalam studi tersebut menerapkan family-centered empowerment model (model pemberdayaan berbasis keluarga). 

Model pemberdayaan berbasis keluarga dalam konteks infertilitas perempuan itu intinya ngajak keluarga, terutama pasangan, buat bareng-bareng ngadepin situasi ini. Jadi bukan cuma perempuan saja yang dibebani, tapi keluarga juga ikut belajar tentang penyebab dan cara penanganannya, saling dukung secara emosional, dan ambil keputusan bareng. Dengan cara ini, perempuan yang sedang berjuang punya support system yang solid, bikin dia nggak merasa sendirian, lebih percaya diri, dan lebih siap jalani proses pengobatan atau program hamil.

Penelitian yang mencoba mengujikan kepada 80 pasangan infertil, yang dibagi menjadi dua kelompok intervensi dan kontrol. Dan hasilnya skor pikiran irasional turun drastis, Model pemberdayaan berbasis keluarga terbukti efektif dalam mengurangi pikiran irasional perempuan yang mengalami infertilitas. Pendekatan ini bukan hanya memperkuat mental perempuan, tapi juga mempererat hubungan dalam keluarga, sehingga mereka tidak merasa sendirian menghadapi perjuangan ini.

Kalau kamu sedang menjalani perjalanan serupa, ingatlah: kamu nggak sendiri. Libatkan pasanganmu, bangun komunikasi yang terbuka, dan jangan ragu untuk mencari bantuan profesional. Kadang, kekuatan kita justru muncul saat kita mau membuka diri dan menerima dukungan. Informasi menarik lainnya jangan lupa follow Instagram @menujuduagaris.id

Referensi 

  • Modarres, M., Abunasri, M., Alhani, F., & Ebrahimi, E. (2022). The effectiveness of implementing family-centered empowerment model on irrational thoughts of Iranian infertile women: a randomized clinical trial. Journal of Caring Sciences, 11(4), 224.
  • https://www.perempuanberkisah.id/2022/09/10/menjadi-ibu-bukanlah-tujuan-mutlak-melainkan-pilihan-sadar-perempuan/#:~:text=%E2%80%9CSudah%20bagus%20ada%20yang%20melamar,foto%20idul%20fitri%20setahun%20sekali?