
Polycystic Ovarian Syndrome (PCOS) menjadi salah satu gangguan endokrin dan metabolik yang paling umum, memengaruhi sekitar 6–20% wanita usia reproduktif. Gejalanya biasanya sudah mulai terlihat sejak masa pubertas. Karena melibatkan kombinasi tanda dan gejala yang beragam, PCOS dikenal sebagai gangguan yang heterogen, mengapa begitu? yuk pahami lebih lanjut!
Kriteria Diagnosis Untuk PCOS
Kriteria yang paling sering digunakan adalah Rotterdam Criteria, yang menetapkan diagnosis PCOS jika terdapat minimal dua dari tiga kondisi berikut:
- Hiperandrogenisme (peningkatan hormon androgen, ditandai dengan jerawat, pertumbuhan rambut berlebih, atau rambut rontok).
- Oligo- atau anovulasi (menstruasi jarang atau tidak terjadi).
- Ovarium polikistik (terlihat banyak folikel kecil pada pemeriksaan USG).
Ketidakseimbangan hormon yang berlangsung lama dapat memicu pembentukan banyak folikel antral kecil, siklus menstruasi yang tidak teratur, dan pada akhirnya mengakibatkan infertilitas.
Dampak Kesehatan yang Terkait PCOS
PCOS tidak hanya berdampak pada kesuburan. Kondisi ini juga berkaitan dengan: Resistensi insulin dan diabetes, penyakit kardiovaskular, obesitas abdominal, gangguan psikologis dan kanker tertentu.
Semua faktor ini saling terkait. Misalnya, hiperandrogenisme dapat memicu resistensi insulin dan hiperglikemia, yang kemudian meningkatkan pembentukan reactive oxygen species (ROS) dan stres oksidatif. Akibatnya, peradangan kronis, resistensi insulin, dan kadar androgen yang tinggi semakin memburuk.
Peran AGEs, Inflamasi, dan Stres Oksidatif
Tingginya Advanced Glycation End Products (AGEs), baik yang dihasilkan tubuh maupun dari makanan dapat memperparah gejala PCOS dan mengganggu fungsi ovarium. Inflamasi tingkat rendah yang berlangsung lama dan stres oksidatif berperan penting dalam memperburuk kondisi ini.
Meski penyebab pasti PCOS belum diketahui, kombinasi faktor genetik dan lingkungan dianggap berperan besar. Beberapa faktor yang diduga memengaruhi:
- Paparan prenatal terhadap hormon AMH, androgen berlebih, atau zat toksik seperti bisphenol-A dan endocrine disruptors.
- Gaya hidup: kurang aktivitas fisik dan pola makan tidak sehat dapat mempercepat progresi PCOS.
- Penggunaan obat tertentu, termasuk antiepilepsi dan obat psikiatri, dapat memicu perkembangan PCOS.
Pendekatan Terapi PCOS
- Metformin: efektif membantu memperbaiki fungsi endokrin dan ovarium, terutama pada pasien dengan resistensi insulin.
- Antiandrogen: memulai terapi ini pada usia ≤ 25 tahun dapat meningkatkan peluang terjadinya konsepsi spontan.
- Kisspeptin & KNDy neurons: berperan dalam mengatur pelepasan GnRH secara pulsatif, yang penting untuk proses ovulasi.
PCOS adalah gangguan kompleks dengan interaksi antara hormon, metabolisme, genetika, dan lingkungan. Penanganannya memerlukan pendekatan holistik yang mencakup modifikasi gaya hidup, terapi medis, serta pemantauan jangka panjang untuk mencegah komplikasi. Untuk itu sister tetap harus melakukan konsultasi dengan dokter ya, Informasi menarik lainnya jangan lupa follow Instagram @menujuduagaris.id
Referensi
- Siddiqui, S., Mateen, S., Ahmad, R., & Moin, S. (2022). A brief insight into the etiology, genetics, and immunology of polycystic ovarian syndrome (PCOS). Journal of assisted reproduction and genetics, 39(11), 2439-2473.