Mengapa Fertilitas Selalu dikaitkan dengan Umur?

 

Bagi sister dan paksu yang sedang berjuang, pasti sering mendengarkan saran dokter untuk segera melaksanakan program baik alami maupun berbantuan, karena ditakutkan bertambah umur yang berarti menyulitkan atau berpotensi gagal yang semakin tinggi? MDG akan mencoba menjabarkan dari beberapa referensi tentang fertilitas yang dikaitkan dengan umur.

Kesuburan Perempuan dan usia Eksponensial

Kesuburan perempuan menurun seiring bertambahnya usia secara eksponensial, penurunan yang lambat dan stabil antara usia 20 dan 35 tahun, diikuti oleh fase yang dipercepat selama 10 tahun berikutnya, sehingga bagi perempuan yang berusia lebih dari 45 tahun, akan sulit melakukan program kehamilan.

Dalam sebuah penelitian dengan judul “Reproductive span and rate of reproduction among Hutterite women” dengan objek masyarakat hutterite dengan paham pelarangan menggunakan alat kontrasepsi menemukan wanita infertil meningkat dari 3,5% untuk wanita berusia 25 tahun menjadi 33% untuk mereka yang berusia 40 tahun, dan akhirnya menjadi 87% untuk mereka yang berusia 45 tahun. Temuan dari penelitian memperlihatkan bagaimana usia ibu rata-rata saat kelahiran anak terakhir dalam kelompok-kelompok ini adalah sekitar 42 hingga 43 tahun.

Sebuah studi Federation CECOS juga menghitung tingkat kehamilan kumulatif setelah 12 siklus inseminasi buatan dengan sperma donor segar, dan mencatat penurunan yang nyata pada wanita yang berusia lebih dari 35 tahun (6). Sebuah studi Inggris yang serupa mengekstrapolasi tren penurunan fertilitas, yang pada usia 42 tahun turun menjadi nol.

Bagaimana dengan Kesuburan Laki-Laki 

Sedangkan pada pria juga elemen umur sangat penting, dimana kesuburan pria biasanya mulai berkurang sekitar usia 40 hingga 45 tahun dimana di umur tersebut kualitas sperma menurun, Anak-anak dari ayah yang lebih tua juga memiliki peningkatan risiko masalah kesehatan mental (walaupun jarang terjadi). Anak-anak dari ayah yang berusia 40 atau lebih adalah 5 kali lebih mungkin untuk mengembangkan gangguan spektrum autisme daripada anak-anak dari ayah yang berusia 30 atau kurang. Di sisi lain, anak juga memiliki sedikit peningkatan risiko mengalami skizofrenia dan gangguan kesehatan mental lainnya di kemudian hari. 

Meski demikian, tentu ada banyak jalan yang membantu kehamilan, salah satunya melalui IVF, dengan diimbangi pola hidup sehat, olahraga dan mengkonsumsi makanan yang mengandung antioksidan dan asam folat. Selain itu sister dan paksu juga harus berkonsultasi pada dokter terutama berkaitan dengan program hamil yang ingin dijalani. Informasi menarik lainnya sister dan paksu dapat follow Instagram @menujuduagaris.id

Referensi