Mengenal Lebih Dekat Kesehatan Rahim dan Peluang Kehamilan di Usia 30+ bersama Asha IVF dan Menuju Dua Garis

 

Surabaya, 16 Juli 2025 – Komunitas Menuju Dua Garis (MDG) bekerja sama dengan Asha IVF Indonesia menggelar bootcamp bertema “Mengenal Lebih Dekat Kesehatan Rahim dan Peluang Kehamilan di Usia 30+”. Acara ini diselenggarakan secara daring melalui Zoom dan berhasil menarik lebih dari 230 peserta yang hadir dari seluruh Indonesia.

Bootcamp dibuka oleh Bumin Tivani dan dilanjutkan dengan sambutan hangat dari founder MDG, Mizz Rosie, yang menyapa para Pejuang Dua Garis (PDG) dan mengajak mereka untuk merenungkan pentingnya rahim sebagai ruang kehidupan yang tumbuh selama sembilan bulan. “Kita semua pasti punya kesempatan. Maka, penting untuk bertanya pada diri sendiri: apa yang bisa saya lakukan untuk menjaga kesehatan rahim saya?” ujarnya.

Materi utama disampaikan oleh Dr. dr. Amang Surya P., SpOG., F-MAS., yang memaparkan struktur sistem reproduksi perempuan dan bagaimana proses kehamilan sangat dipengaruhi oleh banyak faktor termasuk usia. Ia menegaskan bahwa perempuan perlu waspada terhadap kondisi rahim mereka, terutama jika ada kelainan organik seperti polip atau mioma. Tidak semua kondisi harus dioperasi, terutama jika tidak mengganggu peluang kehamilan. Dr. Amang juga menyoroti bahwa kompleksitas reproduksi perempuan jauh lebih tinggi dibanding laki-laki, karena pada laki-laki fokus utamanya hanya pada kualitas sperma.

Diskusi semakin hidup ketika peserta mulai mengajukan berbagai pertanyaan. Salah satu peserta bercerita bahwa ia berusia 33 tahun, telah menikah selama 4 tahun, dengan suami yang didiagnosis oligozoospermia. Ia sendiri memiliki jumlah sel telur yang sedikit dan berukuran kecil, meski siklus menstruasinya normal. Ia bertanya, masihkah ada peluang untuk hamil secara alami, dan langkah apa yang sebaiknya diambil selanjutnya?

Ada juga peserta yang ingin tahu apakah hasil HSG yang menunjukkan pembengkakan pada saluran tuba bisa berubah jika tes diulang setelah satu tahun. Pertanyaan lain datang dari peserta yang memiliki kista 4 cm tanpa adenomiosis, dan ingin tahu apakah kondisi ini akan mengganggu proses implantasi embrio.

Beberapa PDG juga berbagi kondisi yang lebih kompleks. Seorang peserta berusia 36 tahun mengalami adenomiosis di dinding luar rahim, kista coklat di ovarium, dan low AMH, sementara suaminya mengalami OAT. Setelah tiga kali IVF, mereka mendapatkan embrio berkualitas baik pada hari kelima dan bertanya mengenai peluang keberhasilan untuk IVF keempat.

Menanggapi semua pertanyaan tersebut, Dr. Amang menekankan pentingnya mengetahui kondisi diri sendiri sedini mungkin. “Jangan menunda-nunda untuk tahu kondisi kalian. Keputusan yang diambil hari ini adalah langkah berani. Jangan khawatir berlebihan kalau belum tahu kondisinya, karena bagaimana kalian bisa menentukan langkah kalau belum tahu harus dari mana memulainya?” pesannya.

Untuk informasi menarik dan edukasi seputar program kehamilan, MDG mengajak para PDG untuk mengikuti Instagram @menujuduagaris.id. Sampai jumpa di bootcamp selanjutnya.