
Infertilitas pria masih menjadi masalah global yang cukup serius. Diperkirakan satu dari enam pasangan di dunia mengalami kesulitan memiliki anak, dan sekitar 50% kasusnya melibatkan faktor pria. Sayangnya, banyak kasus infertilitas pria yang penyebab pastinya tidak jelas atau disebut idiopatik.
Salah satu aspek yang kini banyak diteliti adalah fungsi mitokondria. Mitokondria sering disebut sebagai “powerhouse” sel, karena bertugas menghasilkan energi. Dalam sel sperma, peran mitokondria jauh lebih krusial: ia menentukan gerakan (motilitas), kemampuan membuahi, bahkan kualitas DNA sperma.
Apa Hubungan Mitokondria dengan Sperma?
Struktur sperma terdiri dari kepala, leher, dan ekor. Pada bagian tengah (midpiece), terdapat deretan mitokondria yang rapi. Bagian inilah yang memasok energi agar ekor sperma bisa bergerak maju mencapai sel telur.
Jika mitokondria mengalami gangguan—baik karena mutasi genetik, stres oksidatif, penuaan, maupun gaya hidup—maka sperma bisa kehilangan kemampuan bergeraknya, mengalami kerusakan DNA, atau bahkan mati lebih cepat. Kondisi inilah yang akhirnya dapat menurunkan kesuburan pria.
Faktor yang Memengaruhi Fungsi Mitokondria
Beberapa hal yang diketahui dapat merusak mitokondria sperma antara lain:
- Stres oksidatif (Oxidative Stress/OS): produksi radikal bebas berlebihan yang merusak membran, protein, dan DNA sperma.
- Usia: semakin tua, fungsi mitokondria menurun sehingga sperma lebih rentan rusak.
- Gaya hidup: merokok, alkohol, pola makan buruk, kurang olahraga, dan paparan polusi mempercepat kerusakan mitokondria.
- Faktor lingkungan: paparan bahan kimia, logam berat, atau radiasi.
- Kelainan genetik: mutasi, penghapusan gen, maupun variasi nukleotida tunggal (SNPs) pada DNA mitokondria.
Dampaknya pada Kesuburan
Kerusakan mitokondria tidak hanya mengurangi jumlah sperma yang sehat, tetapi juga memengaruhi:
- Motilitas → sperma sulit bergerak maju.
- Morfologi → bentuk sperma abnormal.
- Viabilitas → sperma cepat mati.
- Kapasitasi → sperma gagal mengalami proses pematangan terakhir untuk menembus sel telur.
Semua faktor ini berkontribusi pada berkurangnya peluang pembuahan, baik secara alami maupun melalui teknologi reproduksi berbantu (ART).
Mitokondria ternyata bukan hanya sumber energi, tetapi juga kunci keberhasilan sperma dalam membuahi sel telur. Gangguan pada organel kecil ini dapat menjelaskan banyak kasus infertilitas pria yang selama ini dianggap “tidak jelas penyebabnya”. Dengan pemahaman lebih dalam mengenai hubungan mitokondria dan kesuburan paksu, diharapkan muncul cara diagnosis yang lebih akurat serta terapi yang lebih efektif. Informasi menarik lainnya jangan lupa follow Instagram @menujuduagaris.id
Referensi
- Mai, Z., Yang, D., Wang, D., Zhang, J., Zhou, Q., Han, B., & Sun, Z. (2024). A narrative review of mitochondrial dysfunction and male infertility. Translational Andrology and Urology, 13(9), 2134.