Mitos atau Fakta Sperma Kental itu Normal?

Ketika sister dan paksu sulit mendapatkan dua garis, banyak yang langsung menyorot sisi perempuan. Padahal, sekitar 20% kasus infertilitas justru disebabkan sepenuhnya oleh faktor pria, dan 30%–40% lainnya merupakan kontribusi gabungan pria dan wanita.

Sayangnya, patofisiologi infertilitas pria masih menyimpan banyak misteri. Tidak ada tes khusus yang bisa langsung menunjuk penyebab pasti kerusakan fungsi sperma. Kita hanya bisa melihat “permukaan” nya melalui analisis air mani standar, yang meskipun bukan tes sempurna, tapi tentu saja ini bisa menjadi langkah yang bagus. Terutama dalam mengungkap dari fakta terkait sperma kental itu normal. Padahal tidak, yuk pahami lebih lanjut!

Mengapa penting Melakukan Analisis Sperma?

Analisis sperma memang tidak bisa menjamin kesuburan. Bahkan jika hasilnya “normal,” belum tentu paksu bisa membuahi. Tapi, tes ini masih dibutuhkan untuk mengidentifikasi kondisi absolut seperti sperma tidak bergerak total atau tidak ada sperma sama sekali (azoospermia). 

Tapi bagaimana kalau hasil spermanya terlihat normal, tapi tetap belum ada tanda dua garis? Bisa jadi masalahnya ada pada plasma mani, komponen tempat sperma “berenang” saat ejakulasi.

Plasma mani adalah campuran dari cairan testis, epididimis, vesikula seminalis, prostat, dan kelenjar bulbouretralis. Ternyata, komposisi plasma mani juga bisa berpengaruh besar terhadap motilitas sperma (kemampuannya untuk berenang dan mencapai sel telur). Nah hal ini juga menunjukkan bagaimana jika sperma paksu itu kental? Yuk pahami istilah medisnya!

Hiperviskositas Mani Kondisi Sperma Kental

Jadi sperma kental ini disebut dengan hiperviskositas mani, yaitu kondisi di mana air mani terlalu kental atau lengket. Ini terjadi pada 12%–29% kasus, kondisi hiperviskositas bisa mengindikasikan masalah pada kelenjar seks aksesori dan berpotensi memengaruhi kualitas sperma serta peluang pembuahan.

Bahkan sebuah studi menemukan bahwa hiperviskositas ini tidak hanya mengganggu secara mekanis, tapi juga mungkin menjadi indikator prognostik keberhasilan program bayi tabung (IVF/ICSI). Hiperviskositas mani ternyata berkaitan dengan kualitas embrio yang lebih rendah dan tingkat kehamilan yang juga menurun.

Masalah infertilitas paksu memang kompleks, dan hiperviskositas hanyalah salah satu dari banyak faktor yang bisa memengaruhi. Tapi dengan mengetahui ini, kita bisa menyadari bahwa mengevaluasi air mani bukan hanya soal jumlah dan bentuk sperma, tapi juga lingkungan tempat mereka hidup. Buat sister dan paksu yang sedang berjuang, jangan ragu untuk meminta pemeriksaan menyeluruh, termasuk aspek-aspek seperti ini. Informasi menarik lainnya follow Instagram @menujuduagaris.id.