Multinukleasi pada Embrio: Pengaruhnya terhadap Keberhasilan IVF-ET dan Kehamilan Klinis

Sister, pernah dengar tentang embrio yang punya lebih dari satu inti sel alias multinukleasi? Nah, MDG dalam artikel kali ini mau ngulik lebih dalam apakah fenomena ini berpengaruh terhadap perkembangan embrio dan peluang keberhasilan kehamilan klinis. Yuk, kita bahas!

Kenapa Multinukleasi Itu Penting?

Sister pasti sudah tahu bahwa dalam dunia bayi tabung alias in vitro fertilization-embryo transfer (IVF-ET), kualitas embrio yang ditransfer itu punya peran besar dalam keberhasilan program. Semakin bagus kualitasnya, semakin tinggi peluang implantasi dan kehamilan klinis. Biasanya, dokter menilai embrio berdasarkan tahap perkembangan, tingkat fragmentasi, dan simetris atau tidaknya sel-selnya. Tapi nih, satu hal yang sering luput dari perhatian adalah kondisi inti selnya apakah normal (satu inti) atau malah ada lebih dari satu inti (multinukleasi)? Yuk pahami lebih lanjut! 

Apa Kata Penelitian?

Penelitian ini menemukan bahwa kalau lebih dari 50% embrio yang ditransfer punya blastomer multinukleasi, angka implantasi, kehamilan klinis, maka hal ini akan memperlihatkan prediksi kelahiran hidup jadi lebih rendah dibandingkan embrio dengan inti sel normal. Jadi, jelas ya, multinukleasi ini bukan hal sepele. Karena kehadirannya bisa jadi tanda embrio punya potensi perkembangan yang lebih rendah. Trus kapan bisa mengecek kalau embrio ini multinukleasi?

Nah embrio disebut multinukleus jika lebih dari satu nukleus dapat terlihat dalam setiap sel pada hari ke-2 atau ke-3. Setelah hari ke-3, sangat sulit untuk mengidentifikasi keberadaan multinukleus. Sebagian besar embrio multinukleus telah terbukti memiliki kelainan kromosom.

Namun, terkadang embrio berinti banyak tertanam dan menghasilkan kehamilan yang sehat serta kelahiran bayi yang normal. Embrio ini umumnya hanya ditransfer ke rahim jika hanya embrio tersebut yang tersedia.

Apa Kaitannya dengan Induksi Ovulasi?

Ternyata, multinukleasi ini sering muncul pada siklus yang punya respons lebih agresif terhadap terapi gonadotropin. Beberapa faktor yang ditemukan dalam siklus dengan embrio multinukleasi adalah:

  • Kadar estrogen (E2) lebih tinggi saat pemberian hCG.
  • Jumlah folikel lebih banyak pada hari pemberian hCG.
  • Jumlah oosit yang diambil lebih banyak.
  • Tingkat fertilisasi lebih tinggi.
  • Jumlah embrio yang ditransfer lebih banyak.

Artinya, respons ovarium yang terlalu agresif bisa meningkatkan risiko munculnya embrio multinukleasi. Ini jadi pertimbangan penting buat paksu dan sister yang lagi menjalani program bayi tabung!

Yang lebih menarik, kalau dalam satu siklus ada embrio multinukleasi (meskipun tidak ditransfer), saudara kembarnya alias sibling embryo ternyata juga cenderung punya potensi perkembangan yang lebih rendah. Ini makin menguatkan bahwa multinukleasi itu memang bukan tanda yang baik dalam perkembangan embrio.

Evaluasi status inti sel dengan mikroskop cahaya sederhana bisa jadi alat prediksi yang berguna untuk menilai kapasitas perkembangan embrio. Jadi, dalam pemilihan embrio untuk transfer, nggak cukup hanya lihat bentuk luar saja, tapi juga harus perhatiin ada atau nggaknya multinukleasi. Selain itu, perlu lebih berhati-hati dalam pemberian terapi gonadotropin agar respons ovarium tetap optimal dan nggak berlebihan.

So, sister dan paksu yang lagi berjuang dalam program bayi tabung, yuk lebih aware sama kualitas embrio! Jangan ragu diskusi sama dokter soal ini ya. Semoga programnya lancar dan segera dapat garis dua. Semangat! Untuk informasi menarik lainnya sister dapat follow Instagram @menujuduagaris.id

Referensi