Ngobrolin Hal-hal yang Bikin IVF Gagal Bersama MDG dan ASHA-IVF

 

 

Komunitas MDG kembali menggelar sesi edukasi seputar program hamil melalui live Instagram yang kali ini menghadirkan dokter obgyn dan fertility specialist, dr. Andra Kusuma Putra, Sp.OG Subsp. F.E.R. Acara ini dipandu langsung oleh Mizz Rosie, founder MDG, yang sekaligus menjadi host dalam sesi tersebut.

Live Instagram ini ditujukan bagi para sister dan paksu yang sedang mempertimbangkan program hamil berbantu seperti IVF (In Vitro Fertilization), maupun yang tengah menjalani perjuangan sebagai IVF warrior. Sesi dimulai dengan penjelasan tentang tahapan IVF, dimulai dari stimulasi ovarium, pemantauan folikel, dan suntikan pemicu ovulasi, hingga proses ovum pick up (OPU) dan pengambilan sperma. Selanjutnya, sel telur dibuahi dengan metode konvensional atau ICSI, dikultur menjadi embrio, lalu dilakukan transfer embrio ke dalam rahim. Proses ini dilanjutkan dengan dukungan hormon progesteron dan diakhiri dengan tes kehamilan β-hCG.

Lebih dari sekadar prosedur medis, dr. Andra juga menekankan pentingnya dua aspek eksternal yang sangat memengaruhi keberhasilan IVF, yaitu kesiapan fisik dan non-fisik. Salah satu critical point penyebab kegagalan IVF yang sering terjadi adalah kualitas sperma, yang seringkali tidak optimal dan bahkan menyulitkan pengambilan keputusan dalam program hamil. Kualitas sperma dipengaruhi oleh proses spermatogenesis yang berlangsung sekitar 64–74 hari, sementara oosit (sel telur) juga membutuhkan waktu sekitar 3 bulan untuk mencapai kondisi prima.

Hal lain yang juga disoroti adalah pentingnya menjaga berat badan ideal, karena tubuh dengan berat seimbang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan program hamil.

Sesi berlangsung sangat interaktif, dengan banyak pertanyaan dari peserta yang memenuhi kolom komentar. Beberapa pertanyaan yang muncul mencerminkan antusiasme dan kekhawatiran nyata dari para pejuang dua garis, seperti:  “Saya memiliki 5 embrio yang sudah di-PGTA, 4 good dan 1 low mosaic. FET pertama gagal, dan ingin mencoba FET kedua. Usia saya sudah 35 tahun, sebaiknya tanam 1 atau 2 embrio? Apa saja yang memengaruhi keberhasilan FET? Perlukah cek INR?” atau pertanyaan teknis lainnya seperti “Usia saya 35 tahun, saat OPU ada 7 telur, namun yang mencapai 2PN hanya 3. Sisanya gagal. Apa penyebabnya? Apakah 3 embrio tersebut masih berpeluang bertahan hingga day 5?”

Acara ini tidak hanya informatif, tapi juga menjadi ruang diskusi hangat antara dokter dan para peserta. Jangan sampai ketinggalan sesi-sesi berikutnya dari MDG yang selalu penuh ilmu dan dukungan untuk para pejuang dua garis! jangan lupa follow Instagram @menujuduagaris.id