
Repeated Implantation Failure (RIF) atau disebut kegagalan berulang turut menjadi masalah yang sering dihadapi dalam dunia fertilisasi in-vitro (IVF). Meskipun IVF telah membantu banyak pasangan untuk memiliki anak, kegagalan implantasi tetap menjadi tantangan besar, terutama bagi mereka yang mengalami kegagalan berulang.
Jadi kira-kira ada tidak ya? pendekatan untuk bisa membantu masalah ini? MDG akan menjelaskan bagaimana temuan yaitu melalui personalisasi transfer embrio. Baca lebih lanjut ya sister!
Mengapa Personalisasi Itu Penting?
Salah satu metode terbaru yang terbukti efektif dalam mengatasi kegagalan implantasi adalah penggunaan Endometrial Receptivity Array (ERA). ERA adalah teknologi yang digunakan untuk menilai kondisi endometrium (lapisan dalam rahim) dan menentukan kapan waktu terbaik untuk melakukan transfer embrio. Dengan mempersonalisasi jadwal transfer embrio berdasarkan hasil dari ERA, kemungkinan untuk berhasil hamil menjadi lebih tinggi.
Bagaimana ini dapat dipahami? jadi setiap wanita memiliki “jendela implantasi” yang berbeda-beda, yaitu waktu ketika rahim paling siap untuk menerima embrio yang telah dibuahi. Jika embrio ditransfer terlalu awal atau terlambat, meskipun kualitas embrionya baik, implantasi bisa gagal. Dengan menggunakan ERA, dokter dapat mengetahui kapan endometrium berada dalam kondisi terbaik untuk menerima embrio, sehingga waktu transfer embrio bisa disesuaikan secara tepat.
Selain itu, teknologi pengujian genetik pra-implantasi (PGT-A) juga dapat digunakan untuk memastikan bahwa embrio yang dipilih untuk transfer bebas dari gangguan genetik. Ini sangat penting karena embrio dengan kromosom yang tidak lengkap atau abnormal dapat menyebabkan kegagalan implantasi atau keguguran.
Hasil yang Lebih Baik dengan Pengujian Genetik
Dengan menggabungkan ERA dan PGT-A, banyak pasangan yang sebelumnya mengalami kegagalan implantasi berulang kini mendapatkan kesempatan lebih besar untuk berhasil hamil. Pengujian genetik membantu memilih embrio yang sehat, sementara ERA memastikan embrio tersebut ditransfer pada waktu yang tepat.
Bahkan temuan dari peneliti menunjukkan bahwa pasien yang menjalani transfer embrio yang dipersonalisasi setelah tes ERA, serta pengujian genetik untuk memastikan kualitas embrio, memiliki tingkat keberhasilan yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan metode konvensional.
Melalui pendekatan ini, pasangan yang menjalani IVF memiliki peluang lebih besar untuk hamil dan melahirkan anak yang sehat. Dengan menyesuaikan transfer embrio berdasarkan data yang diperoleh melalui ERA dan memastikan kualitas embrio dengan PGT-A, prosedur IVF menjadi lebih terarah dan hasilnya lebih dapat diprediksi.
Bagi pasangan yang telah lama berjuang untuk memiliki anak, personalisasi transfer embrio ini memberi harapan baru. Ini adalah langkah maju yang signifikan dalam dunia reproduksi berbantu, yang tidak hanya mengoptimalkan peluang kehamilan tetapi juga mengurangi risiko keguguran akibat masalah genetik atau waktu transfer yang tidak tepat. Meski begitu sister dan paksu jangan gegabah menggunakan prosedur ini ya! karena harus disesuaikan dengan saran dokter. Informasi menarik lainnya jangan lupa untuk follow Instagram @menujuduagaris.id
Referensi
- Amin Sr, J., Patel, R., JayeshAmin, G., Gomedhikam, J., Surakala, S., Kota, M., & Gomedhikam, J. (2022). Personalized embryo transfer outcomes in recurrent implantation failure patients following endometrial receptivity array with pre-implantation genetic testing. Cureus, 14(6).