
Polycystic Ovary Syndrome (PCOS) adalah gangguan hormonal yang paling sering dialami perempuan usia reproduktif, dengan prevalensi sekitar 5–10%. Salah satu dampak paling umum dari PCOS adalah anovulasi, yaitu kondisi ketika sel telur tidak dilepaskan secara teratur. Tidak heran, sekitar 70–80% perempuan dengan anovulasi ditemukan mengalami PCOS.
Namun, PCOS bukan hanya soal kesuburan. Banyak perempuan dengan PCOS juga menghadapi masalah lain, seperti obesitas, sindrom metabolik, gangguan kesehatan mental, hingga penurunan kualitas hidup. Oleh karena itu, penanganan PCOS terutama yang terkait dengan subfertilitas idealnya dilakukan dengan pendekatan multidisipliner.
MDG kali ini akan membahas lebih detail apa saja sih opsi terapi kesuburan pada PCOS, mulai dari intervensi gaya hidup, terapi obat, hingga teknologi reproduksi berbantu.
Pendekatan untuk PCOS ada Apa Saja Sih?
PCOS tidak hanya memengaruhi kesuburan, tetapi juga meningkatkan risiko jangka panjang seperti diabetes, penyakit jantung, dan gangguan psikologis. Untuk itu tidak hanya pendekatan yang praktis karena pendekatannya harus multidisplin. Karena dengan pendekatan multidisipliner, dokter sister dan paksu dapat:
- Melakukan penilaian risiko pra-kehamilan.
- Mengoptimalkan kesehatan sebelum terapi.
- Meningkatkan kualitas hidup (HQoL).
- Meminimalkan komplikasi jangka panjang.
Nah langkah tersebut dapat melalui dokter umum atau obgyn, lalu pasien bisa dirujuk ke spesialis gizi, psikolog, atau endokrinolog sesuai kebutuhan.
Intervensi Non-Farmakologis
Manajemen Berat Badan Sekitar 40–60% perempuan dengan PCOS mengalami kelebihan berat badan atau obesitas. Kondisi ini memperburuk resistensi insulin dan hiperandrogenisme ovarium, yang akhirnya memperparah gejala seperti haid tidak teratur, hirsutisme (pertumbuhan rambut berlebih), hingga infertilitas. Manfaat penurunan berat badan pada PCOS:
- Penurunan kadar testosteron dan indeks androgen bebas.
- Peningkatan SHBG (sex hormone-binding globulin).
- Perbaikan profil lipid dan metabolik.
- Peningkatan kesehatan mental.
Strateginya bisa melalui diet, olahraga, dan terapi perilaku, langkah selanjutnya adalah modifikasi gaya hidup, dimana riset menunjukkan olahraga intensitas sedang selama 150 menit/minggu dapat memperbaiki siklus haid, meningkatkan ovulasi, serta menurunkan resistensi insulin 9–30%.
Untuk menurunkan berat badan, direkomendasikan 250 menit/minggu aktivitas sedang atau 150 menit/minggu intensitas tinggi, ditambah latihan kekuatan 2 kali/minggu. Caranya bagaimana salah satunya melalui diet, diantaranya ada:
- Pola makan rendah kalori, rendah indeks glikemik, tinggi serat, dan kaya protein membantu meningkatkan sensitivitas insulin.
- Diet rendah karbohidrat terbukti memperbaiki siklus haid, kadar lipid, serta menurunkan risiko diabetes dan penyakit jantung.
- Defisit energi sekitar 500–750 kkal/hari (setara 1200–1500 kkal/hari) direkomendasikan untuk penurunan berat badan.
Terapi Perilaku & Kesehatan Mental
Selain itu sister yang menghadapi PCOS dapat aware jika kesehatan metal itu sangat penting salah satunya dapat melalukan:
- PCOS sering berdampak pada citra tubuh dan kesehatan mental. Prevalensi depresi pada PCOS 3–8 kali lebih tinggi dibanding populasi umum.
- Terapi kognitif-perilaku (CBT), psikoterapi, dan pengobatan dapat membantu memperbaiki kualitas hidup.
- Studi juga menunjukkan olahraga rutin, seperti brisk walking, dapat mengurangi distress terkait citra tubuh, bahkan tanpa penurunan BMI yang signifikan.
Pemilihan terapi dilakukan secara bertahap (stepwise), mulai dari yang paling sederhana hingga intervensi yang lebih kompleks, sesuai kondisi pasien.
PCOS adalah penyebab utama anovulasi dan infertilitas pada perempuan. Namun, terapi kesuburan tidak bisa hanya fokus pada ovulasi. Diperlukan pendekatan yang lebih luas, mencakup manajemen berat badan, perbaikan pola hidup, dukungan psikologis, hingga penggunaan teknologi reproduksi jika diperlukan.
Dengan perawatan multidisipliner yang tepat, perempuan dengan PCOS tidak hanya berpeluang lebih besar untuk hamil, tetapi juga dapat meningkatkan kualitas hidup serta mencegah komplikasi jangka panjang.
Referensi
- Sawant, S., & Bhide, P. (2019). Fertility treatment options for women with polycystic ovary syndrome. Clinical Medicine Insights: Reproductive Health, 13, 1179558119890867.