
Sister, pernah nggak sih kamu merasa bingung atau takut bertanya soal kesehatan reproduksi? Atau mungkin paksu juga pernah clueless soal ini? faktanya pendidikan seks masih dianggap hal yang tabu, padahal seharusnya ini jadi kebutuhan dasar yang nggak boleh diabaikan. Bayangkan jika pendidikan seks tidak banyak yang tahu bagaimana untuk memahami infertilitas? seks saja tabu, jangan-jangan masih banyak baik laki-laki maupun perempuan ketika menikah dihadapkan pada ketidakpahaman terkait infertilitas. MDG ingin membahas lebih lanjut mengapa pendidikan seks ini penting?
Kenapa Pendidikan Seks Itu Penting?
Banyak orang masih menganggap pendidikan seks sebagai sesuatu yang nggak pantas dibahas, apalagi di lingkungan keluarga atau sekolah. Padahal, di banyak negara Barat, pendidikan seks sudah jadi bagian dari kurikulum sekolah dan terbukti bisa mengurangi angka kehamilan remaja, penyakit menular seksual, hingga pelecehan seksual. Jadi, bukan hanya soal tahu anatomi tubuh, tapi juga tentang bagaimana menghargai diri sendiri dan orang lain.
Di Indonesia, nilai budaya dan agama yang kuat sering membuat topik ini dianggap sensitif. Akibatnya, banyak remaja harus mencari informasi sendiri dari internet atau teman sebaya, yang belum tentu sumbernya akurat. Padahal, edukasi yang salah bisa berujung pada kesalahpahaman, risiko kesehatan, dan bahkan bahaya yang lebih besar.
Siapa yang Bertanggung Jawab?
Pendidikan seks bukan hanya tanggung jawab sekolah, tapi juga orang tua, guru, konselor, psikolog, dan masyarakat. Kalau paksu nanti punya anak, tentu nggak mau kan si kecil dapat informasi yang salah dari sumber yang nggak jelas? Nah, ini saatnya kita mulai mengubah pola pikir dan memberikan pemahaman yang benar sejak dini.
Di beberapa negara, pendidikan seks diberikan sesuai dengan usia anak. Misalnya, anak kecil diajarkan soal batasan tubuh (body boundaries), lalu saat remaja mulai belajar tentang kesehatan reproduksi dan hubungan yang sehat. Metode ini bisa jadi inspirasi buat diterapkan di Indonesia, tentunya dengan pendekatan yang sesuai dengan budaya kita.
Dampak Jika Pendidikan Seks Tetap Dianggap Tabu
Kalau pendidikan seks terus dianggap tabu, risikonya bisa semakin besar:
- Kehamilan remaja meningkat, karena kurangnya pengetahuan soal kontrasepsi, anak bisa menganggap bahwa kontak fisik pada area intim hanya sekedar pertemuan antar mukosa saja (tanpa resiko)
- Pelecehan seksual sulit dicegah, karena banyak anak nggak tahu cara melindungi diri atau mengenali tanda bahaya.
- Penyakit menular seksual menyebar, karena minimnya pemahaman soal kesehatan reproduksi.
Beberapa kebijakan pendidikan seks di Indonesia mulai mengalami perubahan, meskipun masih dalam tahap awal. Misalnya, ada beberapa inisiatif untuk memasukkan pendidikan seks ke dalam kurikulum, meski masih bersifat terbatas. Harapannya, dengan edukasi yang lebih terbuka dan berbasis ilmiah, kita bisa membangun generasi yang lebih sadar akan pentingnya kesehatan reproduksi.
Sister, baik kita sebagai orang tua ataupun masyarakat sudah wajib bagi kita untuk mulai berani membahas topik ini dengan cara yang sehat dan edukatif. Pendidikan seks bukan hal yang memalukan, justru ini adalah bentuk kasih sayang kita untuk diri sendiri dan orang-orang tersayang. Kalau paksu masih ragu atau bingung, yuk belajar bareng supaya nanti bisa jadi orang tua yang lebih siap!
Saatnya kita ubah mindset bahwa pendidikan seks itu tabu. Karena, semakin kita paham, semakin kita bisa melindungi diri sendiri dan orang lain. Setuju nggak, sister? Informasi menarik lainnya sister dan paksu dapat akses di Instagram @menujuduagaris.id
Referensi
- Biondi Situmorang, D. D. (2024). Implementation of Sex Education in Indonesia: A” Sine Qua Non” in Taboo. Buletin Psikologi, 32(1).
- https://health.kompas.com/read/23G17080000768/dampak-buruk-anak-tidak-dapat-pendidikan-seks-sejak-dini
- https://www.cnnindonesia.com/edukasi/20160314030425-317-117098/kekurangan-pendidikan-seks-di-indonesia