Peran Mitokondria dalam Kualitas Sperma: Harapan Baru dari Antioksidan untuk Kualitas Sperma

Infertilitas kini menjadi tantangan besar di era modern. Sekitar 10%–15% pasangan usia reproduktif mengalami kesulitan untuk hamil, dan dalam 50% kasus, faktor laki-laki turut berperan baik sebagai penyebab tunggal atau bersama dengan faktor perempuan. Salah satu penyebab utamanya adalah gangguan fungsi sperma. Lalu adakah penyebab dan obat untuk menangani masalah ini? yuk pahami lebih lanhjut!

Mitokondria dan Kualitas Sperma

Mitokondria adalah organela penghasil energi (ATP) yang sangat penting bagi sel sperma. Letaknya berada di bagian leher sperma dan fungsinya memasok energi untuk pergerakan ekor, sehingga sperma mampu berenang menuju sel telur dan melakukan pembuahan. Mitokondria yang bekerja optimal sangat menentukan kualitas motilitas (pergerakan), daya tahan sperma di saluran reproduksi, hingga kemampuannya bertahan hidup setelah proses pembekuan (cryopreservation). Dengan kata lain, tanpa energi yang cukup dari mitokondria, sperma akan kesulitan bergerak aktif dan peluang terjadinya pembuahan pun menurun.

Namun, produksi energi oleh mitokondria juga menghasilkan radikal bebas yang disebut Reactive Oxygen Species (ROS). Dalam batas wajar, ROS berguna untuk pematangan sperma, tapi jika jumlahnya berlebihan akan terjadi stres oksidatif. Stres oksidatif dapat merusak struktur sperma, menurunkan kemampuan bergerak, dan bahkan merusak DNA sperma. Banyak kasus infertilitas pria bahkan yang penyebabnya tidak jelas—kini dihubungkan dengan stres oksidatif akibat kelebihan ROS dari mitokondria. Oleh karena itu, menjaga fungsi mitokondria melalui gaya hidup sehat dan asupan antioksidan sangat penting untuk mendukung kesehatan dan kualitas sperma.

Apa yang Bisa Dilakukan?

Selama beberapa dekade terakhir, para peneliti telah mengembangkan berbagai metode untuk mengukur dan menilai fungsi mitokondria dalam sperma secara lebih akurat. Pengujian ini meliputi penilaian produksi energi, aktivitas enzim, serta tingkat produksi radikal bebas (ROS) di mitokondria sperma. Saat ini, parameter fungsi mitokondria sudah mulai digunakan sebagai indikator langsung kualitas sperma, karena kemampuan mitokondria sangat berkaitan erat dengan motilitas dan daya tahan sperma. Dengan memahami kondisi mitokondria, dokter dan ahli reproduksi dapat memperoleh gambaran yang lebih lengkap tentang potensi kesuburan seorang pria.

Perkembangan terbaru dalam bidang ini menunjukkan potensi besar dari penggunaan senyawa antioksidan yang ditargetkan langsung ke mitokondria. Zat antioksidan khusus ini dirancang untuk menetralisir ROS secara spesifik di tempat produksinya, yaitu dalam mitokondria. Pendekatan ini dianggap lebih efektif dibandingkan antioksidan umum dalam melindungi sperma dari kerusakan oksidatif. Terapi yang menargetkan mitokondria ini mulai dilirik sebagai upaya untuk meningkatkan fungsi sperma secara menyeluruh, sekaligus digunakan sebagai dukungan terapi setelah proses pembekuan sperma (cryopreservation) agar kualitasnya tetap terjaga.

Pendekatan terapi yang menargetkan mitokondria sperma sebagai “jantung energi” sel ini membuka jalan baru yang menjanjikan dalam meningkatkan kualitas dan fungsi sperma. Dalam beberapa dekade terakhir, kemajuan teknologi memungkinkan para peneliti mengukur langsung kesehatan mitokondria sperma sebagai indikator utama kesuburan. Terutama, penggunaan antioksidan yang difokuskan pada mitokondria berhasil menetralisir radikal bebas (ROS) di sumber produksinya, sehingga melindungi sperma dari stres oksidatif yang merusak. Langkah ini berbeda dari terapi tradisional yang biasanya tidak secara spesifik menargetkan mitokondria, sehingga potensi meningkatkan motilitas, daya tahan, dan kualitas sperma menjadi lebih besar sekaligus menjaga kualitas sperma setelah pembekuan.

Meski metode ini masih memerlukan penelitian lebih lanjut untuk memastikan efektivitas dan keamanannya secara klinis, pendekatan langsung ke mitokondria sudah mulai dianggap sebagai solusi strategis untuk mengatasi infertilitas pria, terutama dalam kasus yang sulit diobati dengan terapi konvensional. Kedepannya, integrasi terapi tersebut ke dalam perawatan infertilitas dapat meningkatkan peluang kehamilan bagi banyak pasangan. Pendekatan ini juga menimbulkan pertanyaan penting tentang langkah-langkah selanjutnya, seperti bagaimana memaksimalkan terapi mitokondria, mengelola potensi risiko klinis, dan menggabungkannya ke dalam protokol pengobatan fertilitas yang ada saat ini. Informasi menarik lainnya jangan lupa follow Instagram @menujuduagaris.id

Referensi

  • Escada-Rebelo, S., Cristo, M. I., Ramalho-Santos, J., & Amaral, S. (2022). Mitochondria-targeted compounds to assess and improve human sperm function. Antioxidants & Redox Signaling, 37(7-9), 451-480.