
Pada proses kehamilan tanpa disangka perjalanan sister masih panjang salah satunya dalam membawa bayi selamat sampai ke dunia. Hal yang menghalangi salah satunya adalah preeklamsia. Ia merupakan salah satu komplikasi kehamilan yang masih menjadi tantangan besar dalam bidang obstetri. Kondisi ini biasanya muncul setelah usia kehamilan 20 minggu, ditandai dengan tekanan darah tinggi yang sering disertai bengkak, protein dalam urine, atau gangguan fungsi organ. Yuk pahami lebih lanjut!
Apa itu Preeklampsia
Secara klinis, preeklamsia terbagi menjadi dua jenis. Early-onset preeklampsia muncul sebelum usia kehamilan 34 minggu dan umumnya lebih berat serta berisiko tinggi bagi ibu maupun janin. Sementara itu, late-onset preeklampsia terjadi setelah 34 minggu. Jenis ini lebih sering dijumpai, tetapi kerap dianggap tidak seberat early-onset meskipun tetap dapat menimbulkan komplikasi serius.
Dengan memahami perbedaan karakteristik kedua jenis preeklampsia ini, diharapkan penanganan yang lebih tepat dan upaya pencegahan dapat dilakukan sejak dini demi melindungi kesehatan ibu dan bayi. Meski begitu, keduanya sama-sama bisa membahayakan ibu dan bayi.
Apa yang Terjadi di Plasenta?
Plasenta adalah organ penting yang jadi “jalur kehidupan” antara ibu dan janin. Pada ibu dengan preeklamsia, terutama yang muncul di akhir kehamilan, ternyata ada masalah di tingkat sel plasenta. Dampak dari preeklampsia ini diantaranya adalah:
- Radikal bebas meningkat, terjadi ketidakseimbangan antara radikal bebas dan pelindung alami tubuh (antioksidan). Dan kondisi ini disebut stres oksidatif, yang bisa merusak sel.
- Lemak di sel ikut rusak, radikal bebas menyerang lemak yang ada di dinding sel. dan akibatnya muncul zat bernama MDA yang menandakan adanya kerusakan lemak.
- Kematian sel karena zat besi (ferroptosis), Ada penumpukan zat besi di jaringan plasenta. Protein pelindung sel malah berkurang, sehingga sel lebih mudah mati.
Kenapa Penting untuk Diketahui?
Dapat diketahui bahwa late-onset preeklampsia tetap serius, meskipun sering dianggap lebih ringan. Kerusakan di plasenta bisa berpengaruh pada kesehatan ibu dan tumbuh kembang janin.
Dengan pemahaman ini, di masa depan mungkin akan ada cara deteksi dini lewat biomarker atau bahkan terapi baru untuk menekan stres oksidatif dan mengatur kadar zat besi selama kehamilan. Informasi menarik lainnya jangan lupa follow Instagram @menujuduagaris.id
Referensi
- Ortega, M. A., Garcia-Puente, L. M., Fraile-Martinez, O., Pekarek, T., García-Montero, C., Bujan, J., … & Saez, M. A. (2024). Oxidative stress, lipid peroxidation and ferroptosis are major pathophysiological signatures in the placental tissue of women with late-onset preeclampsia. Antioxidants, 13(5), 591.