Program Hamil dengan Endometriosis: Laparoskopi atau IVF Dulu?

Bagi banyak perempuan, endometriosis bukan hanya sekadar “penyakit haid yang nyeri”. Kondisi ini jauh lebih kompleks dan sering kali baru benar-benar terasa dampaknya ketika mereka mencoba untuk hamil. Pertanyaan yang kemudian muncul adalah: haruskah dilakukan operasi laparoskopi terlebih dahulu untuk membersihkan endometriosis, atau langsung memulai program bayi tabung (IVF)?

Dilema ini sangat relevan, karena baik laparoskopi maupun IVF sama-sama memiliki peran penting, namun keputusan yang tepat sangat tergantung pada kondisi masing-masing pasien.

Endometriosis dan Hubungannya dengan Kesuburan

Endometriosis adalah kondisi ketika jaringan mirip endometrium dimana lapisan dalam rahim tumbuh di luar rahim, seperti di ovarium, tuba falopi, atau bahkan rongga panggul. Penyakit ini bersifat estrogen-dependent, artinya pertumbuhannya sangat dipengaruhi oleh hormon estrogen.

Menariknya, penelitian terbaru menemukan adanya kondisi yang disebut local hypoestrogenism, yaitu kadar estrogen yang lebih rendah di jaringan endometriosis dibandingkan jaringan sehat di sekitarnya. Akibat ketidakseimbangan ini, muncul beberapa masalah:

  • Peradangan kronis: jaringan endometriosis memicu reaksi imun yang berlebihan, menimbulkan nyeri yang persisten.
  • Fibrosis (jaringan parut): proses penyembuhan yang berulang membuat organ menjadi kaku.
  • Adhesi: organ-organ di panggul dapat saling menempel, sehingga anatomi normal terganggu.
  • Gangguan kesuburan: tuba falopi bisa tersumbat, pelepasan sel telur terganggu, dan pertemuan sperma dengan sel telur jadi semakin sulit.

 

Selain itu, endometriosis juga berdampak langsung pada ovarium. Cairan dari kista endometriosis kaya akan zat besi yang dapat memicu stres oksidatif, yaitu ketidakseimbangan antara radikal bebas dan antioksidan di dalam tubuh. Kondisi ini merusak sel-sel folikel, sehingga kualitas dan jumlah sel telur menurun. Pada akhirnya, cadangan ovarium (ovarian reserve) menjadi lebih cepat berkurang dibandingkan perempuan tanpa endometriosis. Jika sudah begitu penanganan apa yang dapat pilih?

Laparoskopi atau IVF?

Dalam konteks program hamil, ada dua jalur utama yang bisa dipilih: laparoskopi atau IVF.

Laparoskopi adalah prosedur bedah minimal invasif yang dilakukan dengan memasukkan kamera kecil melalui sayatan kecil di perut. Tujuannya antara lain Mengangkat jaringan endometriosis, Membersihkan kista endometriosis, Memperbaiki anatomi panggul dengan memutus adhesi dan Mengurangi nyeri yang mengganggu kualitas hidup.

laparoskopi, anatomi organ reproduksi bisa kembali lebih normal, sehingga peluang hamil secara alami bisa meningkat. Namun, laparoskopi juga membawa risiko: semakin sering ovarium dioperasi, cadangan sel telur justru bisa semakin berkurang.

Sedangkan In Vitro Fertilization (IVF) atau program bayi tabung bekerja dengan cara “melewati” hambatan yang ditimbulkan oleh endometriosis. Proses pembuahan dilakukan di laboratorium, sehingga masalah adhesi atau kerusakan tuba tidak lagi menjadi halangan utama.

IVF biasanya lebih disarankan untuk perempuan Berusia di atas 35 tahun. Karena kualitas dan cadangan sel telur menurun secara alami seiring usia. Memiliki cadangan ovarium rendah. IVF bisa membantu memaksimalkan sel telur yang tersisa. Dan Tidak mengalami nyeri hebat. Karena tujuan utama langsung difokuskan ke kehamilan, bukan perbaikan kualitas hidup.

Lalu, Mana yang Harus Dipilih Lebih Dulu?

Jawabannya: tidak ada satu pilihan yang berlaku untuk semua orang.

  • Jika nyeri akibat endometriosis sangat parah sampai mengganggu aktivitas sehari-hari, laparoskopi sering kali menjadi langkah awal yang bijak.
  • Jika usia sudah tidak lagi muda dan cadangan sel telur menurun, IVF bisa menjadi jalan yang lebih efisien.
  • Dalam beberapa kasus, kombinasi keduanya juga dilakukan—laparoskopi untuk memperbaiki anatomi, kemudian dilanjutkan IVF untuk memaksimalkan peluang kehamilan.

 

Memutuskan apakah harus melakukan laparoskopi dulu atau langsung IVF pada promil dengan endometriosis bukanlah keputusan yang sederhana. Faktor usia, tingkat nyeri, kondisi ovarium, dan derajat keparahan endometriosis semuanya perlu dipertimbangkan.

Yang pasti, setiap strategi harus disesuaikan secara personal, karena apa yang tepat untuk satu orang belum tentu sama untuk orang lain. Konsultasi mendalam dengan dokter kandungan yang berpengalaman dalam menangani endometriosis adalah kunci utama sebelum memutuskan langkah.

Nah, kalau sister sedang menghadapi kondisi ini, lebih condong ke mana: laparoskopi dulu atau langsung IVF? Informasi menarik lainnya jangan lupa follow Instagram @menujuduagaris.id

Referensi

  • Colombi, I., Ginetti, A., Cannoni, A., Cimino, G., d’Abate, C., Schettini, G., … & Centini, G. (2024). Combine surgery and in vitro fertilization (IVF) in endometriosis-related infertility: when and why. Journal of Clinical Medicine, 13(23), 7349.