SERM untuk Endometriosis: Harapan Baru atau Masih Sekadar Wacana?

Sister dan paksu pasti pernah dengar salah satu penyebab infertilitas yaitu endometriosis. Infertilitas ini tentu lebih tidak asing buat banyak perempuan, apalagi yang sering mengalami nyeri haid hebat atau dispareunia (nyeri saat berhubungan intim). 

Penyakit ini terjadi saat jaringan yang seharusnya tumbuh di dalam rahim malah tumbuh di luar rahim. Kondisi ini kronis, berulang, dan bisa jadi biang masalah kesuburan. Nah kira-kira ada tidak ya penanganan yang tepat? Yuk pahami lebih lanjut!

SERM untuk Endometriosis

Kita tahu bahwa selama ini, pengobatan endometriosis umumnya fokus pada penekanan siklus menstruasi untuk meredakan gejala. Tapi, seiring berkembangnya penelitian, muncullah harapan baru seperti selective oestrogen receptor modulators  (SERM). Obat ini digadang-gadang bisa menargetkan hormon estrogen biang keladi utama dalam pertumbuhan jaringan endometriosis.

Nah karena endometriosis bergantung pada estrogen, para peneliti ingin tahu: bisakah SERM bekerja efektif untuk mengontrol gejala dan perkembangan endometriosis? 

Hasil studi menunjukkan bahwa raloxifene belum memberikan harapan yang meyakinkan dalam penanganan endometriosis; nyeri panggul justru lebih cepat kambuh dibanding plasebo, tidak ada bukti kuat terkait penurunan gejala lain seperti kista ovarium, sakit kepala, atau depresi, dan kualitas hidup mental malah lebih baik pada kelompok plasebo. Selain itu, tingkat kekambuhan endometriosis dan dampak terhadap kesuburan maupun biaya pengobatan masih belum jelas karena keterbatasan data dan hanya berasal dari satu studi kecil dengan kualitas bukti sangat rendah.

Jadi SERM faktanya belum bisa digunakan sebagai pengobatan efektif, lalu apa yang dapat dilakukan?

Penanganan endometriosis 

Saran seperti yang kutip oleh aladokter.com pengobatan bisa meliputi obat pereda nyeri seperti ibuprofen dan diklofenak, serta terapi hormon yang bekerja dengan menekan produksi estrogen, seperti pil KB, Gn-RH analog, progestogen, hingga danazol. 

Terapi ini efektif mengontrol gejala, namun bisa menimbulkan efek samping seperti perubahan suasana hati dan berat badan. Bila gejala tak membaik, dokter dapat menyarankan operasi, mulai dari laparoskopi (operasi minimal invasif), laparotomi (sayatan besar), hingga histerektomi (pengangkatan rahim), tergantung pada tingkat keparahan dan rencana kesuburan pasien. 

Catatan buat sister yang sedang berjuang dengan endometriosis, setiap tubuh itu unik. Apa yang berhasil untuk satu orang belum tentu cocok untuk yang lain. Diskusikan semua pilihan pengobatan dengan dokter dan jangan ragu untuk mencari second opinion. Baca informasi menarik lainnya di Instagram kami @menujuduagaris.id

Referensi