Artikel Informasi Untuk Pejuang Dua Garis

Dalam beberapa tahun terakhir, perkembangan aplikasi kesehatan medis meningkat pesat. Saat ini, lebih dari 40.000 aplikasi medis tersedia di pasaran, dan hampir 100 di antaranya didesain khusus untuk melacak kesuburan serta siklus menstruasi. Aplikasi-aplikasi ini memungkinkan perempuan memantau biomarker kesuburan mereka, baik untuk tujuan mencapai kehamilan maupun menghindarinya.
Namun, pertanyaan pentingnya: apakah aplikasi-aplikasi ini benar-benar akurat dan berbasis bukti ilmiah? yuk ketahui lebih lanjut!
Fertility Awareness-Based Methods (FABMs)
Sebagian aplikasi memang menggunakan fertility awareness-based methods (FABMs). Dengan penggunaan ideal, metode ini memiliki tingkat efektivitas yang sebanding dengan kontrasepsi hormonal yang umum digunakan. Artinya, jika diaplikasikan dengan benar, FABMs dapat menjadi pilihan kontrasepsi alami yang efektif.
Aplikasi program hamil bisa membantu pasangan memahami siklus menstruasi, masa subur, hingga waktu ovulasi agar peluang kehamilan lebih besar. Banyak di antaranya tersedia gratis dan mudah digunakan.
Rekomendasi Aplikasi
- My Calendar → Melacak siklus haid, ovulasi, dan waktu terbaik berhubungan.
- Flo Period & Ovulation → Memantau siklus dengan teknologi machine learning untuk prediksi lebih akurat.
- Ovulation Calendar & Fertility → Menggunakan metode symptothermal (suhu tubuh & lendir serviks) untuk prediksi masa subur.
- Pregnancy Due Date Calculator → Menghitung perkiraan tanggal konsepsi dan trimester kehamilan berdasarkan haid terakhir.
- Clue Period & Ovulation Tracker → Membantu catat suhu basal tubuh serta memprediksi ovulasi.
- Natural Cycles → Aplikasi berbasis suhu basal tubuh untuk deteksi masa subur dan ovulasi.
Tanda-Tanda Masa Subur
Selain aplikasi, tubuh juga memberi sinyal alami seperti Nyeri payudara, Lendir serviks lebih encer/elastis, Suhu basal tubuh meningkat, Perubahan posisi leher rahim dan Nyeri di perut bagian bawah.
Aplikasi pelacak kesuburan memang menawarkan kemudahan dalam memantau siklus, masa subur, hingga peluang kehamilan. Namun, perlu diingat bahwa tidak semua aplikasi memiliki akurasi yang sama. Prediksi berbasis kalender saja sering kali meleset, terutama pada perempuan dengan siklus tidak teratur.
Karena itu, aplikasi sebaiknya digunakan sebagai alat bantu awal, bukan satu-satunya pegangan. Perhatikan juga tanda-tanda alami tubuh dan, jika diperlukan, lengkapi dengan pemeriksaan medis untuk hasil yang lebih akurat.
Bagi sister dan paksu yang sedang promil, kombinasi antara teknologi, kesadaran akan sinyal tubuh, dan konsultasi dengan tenaga kesehatan akan jauh lebih efektif dibanding mengandalkan aplikasi semata. Dengan begitu, perjalanan menuju kehamilan bisa dijalani dengan lebih terarah, sehat, dan penuh harapan. Informasi menarik lainnya jangan lupa follow Instagram @menujuduagaris.id
Referensi
-
- Duane, M., Contreras, A., Jensen, E. T., & White, A. (2016). The performance of fertility awareness-based method apps marketed to avoid pregnancy. The Journal of the American Board of Family Medicine, 29(4), 508-511.
7 Rekomendasi Aplikasi Kesehatan yang Bisa Bantu Program Hamil Anda

Dalam beberapa dekade terakhir, minat wanita untuk mempelajari cara melacak siklus menstruasi atau siklus reproduksi meningkat pesat. Tidak hanya untuk pemantauan kesehatan, tetapi juga untuk tujuan perencanaan keluarga. Perkembangan teknologi mendukung tren ini: kini tersedia lebih dari 500 aplikasi kesehatan yang berfokus pada pelacakan siklus, jumlahnya meningkat tiga kali lipat dibandingkan lima tahun lalu.
Dengan bimbingan tenaga terlatih atau melalui program edukasi, wanita dapat belajar mengenali tanda-tanda eksternal yang mencerminkan pola hormonal normal maupun abnormal. Informasi ini bermanfaat baik untuk memahami kondisi kesehatan reproduksi maupun untuk perencanaan kehamilan.
Dari Natural Family Planning ke FABMs
Secara historis, metode ini dikenal sebagai Natural Family Planning (NFP), yaitu cara menghindari atau merencanakan kehamilan dengan mengamati tanda-tanda alami fase subur dan tidak subur. Kini, istilah Fertility Awareness-Based Methods (FABMs) lebih sering digunakan. Alasannya, FABMs tidak hanya berfungsi untuk perencanaan keluarga, tetapi juga sebagai alat penting untuk evaluasi dan perawatan medis terkait kesehatan reproduksi wanita.
Siklus Menstruasi sebagai Tanda Vital
Siklus menstruasi kini diakui sebagai salah satu tanda vital kesehatan wanita. Sama seperti tekanan darah atau denyut jantung, variasi dalam pola menstruasi bisa menjadi indikator dini adanya masalah kesehatan.
Dengan FABMs, wanita dapat melacak perdarahan menstruasi, perubahan lendir serviks, suhu basal tubuh (basal body temperature/BBT), hingga kadar hormon urin. Catatan harian, baik manual maupun aplikasi digital, menjadi “peta tubuh” yang mencerminkan kondisi reproduksi. Sayangnya, hanya sekitar 4% dokter yang menerima pelatihan formal terkait FABMs, sehingga banyak informasi penting dari catatan siklus yang terlewatkan dalam praktik klinis.
Dasar Fisiologi FABMs
FABMs berangkat dari pemahaman bahwa organ reproduksi wanita menghasilkan tanda-tanda biologis yang dapat diamati. Misalnya:
- Lendir serviks: berubah sesuai kadar estrogen, dari kental menjadi bening dan licin saat mendekati ovulasi.
- Hormon luteinizing (LH): lonjakan hormon ini memicu ovulasi.
- Suhu basal tubuh (BBT): meningkat setelah ovulasi akibat pengaruh progesteron.
Puncak kesuburan biasanya ditandai dengan cairan serviks yang bening, licin, dan elastis. Ovulasi terjadi dalam 2–3 hari setelah tanda ini muncul. Jika tidak terjadi pembuahan, kadar progesteron menurun, endometrium luruh, dan menstruasi dimulai kembali.
Jenis-jenis FABMs
Secara umum, ada enam kategori FABMs yang digunakan untuk mengidentifikasi masa subur, yaitu:
- Metode lendir serviks
- Metode suhu basal tubuh (BBT)
- Metode hormon urin
- Metode sympto-thermal (gabungan gejala tubuh + suhu)
- Metode sympto-hormonal (gabungan gejala tubuh + hormon urin)
- Metode kalender (cycle length-based)
FABMs dan Kesehatan Wanita
Fungsi ovulasi dapat bervariasi sepanjang fase kehidupan wanita: menarke, kehamilan, menyusui, hingga menopause. Dengan melacak indikator kesuburan, FABMs membantu mendeteksi gangguan ovulasi yang sering berkaitan dengan masalah hormonal.
Beberapa kondisi yang bisa terdeteksi melalui pola siklus antara lain:
- Gangguan hipotalamus akibat olahraga berlebihan, pola makan tidak sehat, atau stres.
- PCOS (Polycystic Ovary Syndrome), dialami sekitar 10% wanita usia reproduksi.
- Endometriosis, juga mengenai sekitar 10% wanita usia reproduksi dan menjadi penyebab umum subfertilitas.
FABMs bukan sekadar metode untuk merencanakan atau menghindari kehamilan, tetapi juga merupakan alat penting dalam menjaga kesehatan reproduksi wanita. Dengan pemahaman dan pemantauan yang tepat, FABMs dapat membantu deteksi dini gangguan hormonal, mendukung diagnosis, dan menjadi panduan perawatan. Informasi menarik lainnya jangan lupa buat follow Instagram @menujuduagaris.id
Referensi
- Duane, M., Stanford, J. B., Porucznik, C. A., & Vigil, P. (2022). Fertility awareness-based methods for women’s health and family planning. Frontiers in Medicine, 9, 858977.

Bagi pasangan yang sedang menjalani program hamil, pemeriksaan kesuburan merupakan langkah penting. Salah satu hal yang diperiksa adalah tuba falopi (apakah saluran indung telur tersumbat atau tidak), karena gangguan pada tuba menjadi penyebab umum sulit hamil.
Selama ini, pemeriksaan yang paling sering digunakan adalah Hysterosalpingography (HSG). Namun, ada metode lain yang semakin dilirik, yaitu Transvaginal Hydrolaparoscopy (THL). Pertanyaannya, mana yang lebih efektif dan efisien?
Apa itu HSG dan THL?
HSG adalah pemeriksaan menggunakan sinar-X dengan bantuan cairan kontras untuk melihat kondisi rahim dan saluran tuba. Prosedur ini sudah lama dipakai, tapi bisa menimbulkan rasa nyeri dan risiko paparan radiasi. Sedangkan THL adalah prosedur minimal invasif yang dilakukan dengan memasukkan kamera kecil melalui vagina ke arah rongga panggul, sehingga bisa melihat langsung kondisi saluran tuba, rahim, dan organ reproduksi lainnya.
Keduanya Aman, Namun Pendekatannya Berbeda.
Kalau dibandingkan dengan HSG, peluang hamil setelah pemeriksaan ternyata sama aja. Bedanya, THL justru lebih hemat di kantong. Kok bisa? Karena pasien yang pakai HSG seringkali butuh pemeriksaan tambahan, sementara THL biasanya cukup sekali jalan. Jadi, kalau ngomongin efisiensi, THL bisa dibilang pilihan yang lebih ramah buat promil bareng paksu.
Apa Artinya untuk Pasangan yang Ingin Punya Anak?
THL bisa menjadi pilihan yang lebih efisien dalam pemeriksaan kesuburan, terutama bagi pasangan dengan risiko rendah adanya sumbatan tuba. Namun, perlu dicatat bahwa tentu Masih dibutuhkan riset tambahan untuk melihat faktor lain, seperti kenyamanan pasien dan penerimaan prosedur.
Baik HSG maupun THL sama-sama dapat memberikan gambaran kondisi saluran tuba. Tapi dari sisi biaya keseluruhan dan hasil kehamilan, THL cenderung lebih unggul.
Meski begitu, setiap pasien punya kondisi berbeda. Karena itu, diskusi dengan dokter kandungan adalah langkah terbaik untuk menentukan pemeriksaan mana yang paling sesuai.
Buat sister dan paksu yang lagi berjuang menuju dua garis, ingat bahwa setiap perjalanan promil itu unik. Baik HSG maupun THL punya kelebihan masing-masing, dan yang terpenting adalah menemukan metode yang paling pas dengan kondisi kalian. Jadi, jangan ragu buat ngobrol terbuka dengan dokter, tanyakan opsi terbaik, dan pilih jalan yang bikin sister dan paksu merasa lebih tenang. Karena pada akhirnya, tujuan kita sama: menghadirkan kebahagiaan kecil di tengah keluarga. Informasi menarik lainnya jangan lupa follow Instagram @menujudagaris.id
Referensi
- Van Kessel, M. A., Pham, C. T., Tros, R., Oosterhuis, G. J. E., Kuchenbecker, W. K. H., Bongers, M. Y., … & Koks, C. A. M. (2022). The cost-effectiveness of transvaginal hydrolaparoscopy versus hysterosalpingography in the work-up for subfertility. Human Reproduction, 37(12), 2768-2776.

Lalu, apa bedanya HSG dan HyFoSy? Dan mana yang lebih baik untuk pasien? Yuk pahami lebih lanjut!
HSG vs HyFoSy: Bedanya di Mana?
Jadi HSG: Menggunakan cairan kontras yang dimasukkan ke rahim lalu dilakukan foto rontgen. Prosedur ini cukup akurat, tapi melibatkan radiasi dan cairan berbasis yodium yang bisa menimbulkan reaksi alergi. HyFoSy sendiri menggunakan cairan busa khusus yang dimasukkan ke rahim lalu dipantau dengan USG. Tidak ada radiasi, tidak perlu kontras yodium, dan prosedurnya bisa dilakukan di ruang praktik dokter (lebih sederhana dan murah).
Sebuah studi besar di Belanda yang melibatkan lebih dari 1.000 wanita infertil menemukan bahwa HyFoSy dan HSG memiliki akurasi yang sama dalam mendeteksi saluran tuba terbuka atau tersumbat, serta peluang kehamilan yang serupa dalam setahun setelah pemeriksaan; perbedaannya hanya pada tingkat kenyamanan, di mana pasien menilai HyFoSy lebih nyaman dengan skor nyeri rata-rata 3,1/10 dibandingkan HSG yang mencapai 5,4/10.
Dengan kata lain, meski secara angka kehamilan tidak ada perbedaan besar, HyFoSy jauh lebih disukai pasien karena rasa sakitnya lebih ringan.
Kelebihan HyFoSy
- Tidak ada radiasi,
- Tidak pakai kontras berbasis yodium,
- Bisa dilakukan di ruang praktik dokter,
- Lebih nyaman bagi pasien.
Sister, kalau lagi promil bareng paksu, salah satu hal penting yang biasanya dicek adalah kondisi tuba falopi apakah terbuka atau ada yang tersumbat. Nah, ada dua cara yang sering dipakai, yaitu HSG dan HyFoSy. Keduanya sama-sama bisa dipercaya untuk memberi gambaran jelas tentang tuba, jadi kamu dan paksu bisa tahu langkah selanjutnya.
Bedanya, HyFoSy sering dianggap lebih ramah pasien karena rasanya lebih nyaman dan tanpa paparan radiasi. Jadi, buat sister yang lagi mencari opsi pemeriksaan, HyFoSy bisa jadi alternatif modern yang lebih bersahabat, apalagi kalau ingin proses promil terasa lebih ringan bersama paksu.
Jika dokter menawarkan pilihan HyFoSy, ini bisa menjadi opsi yang patut dipertimbangkan terutama bagi mereka yang ingin prosedur yang lebih nyaman tanpa mengurangi akurasi hasil. Informasi menarik lainnya jangan lupa follow Instagram @menujuduagaris.id
Referensi
- Van Welie, N., Van Rijswijk, J., Dreyer, K., Van Hooff, M. H., De Bruin, J. P., Verhoeve, H. R., … & Mijatovic, V. (2022). Can hysterosalpingo-foam sonography replace hysterosalpingography as first-choice tubal patency test? A randomized non-inferiority trial. Human Reproduction, 37(5), 969-979.

Infertilitas bukan hanya masalah medis, tapi juga berdampak besar pada kehidupan pasangan – mulai dari sisi psikologis, sosial, hingga ekonomi. Dari pada mendengarkan banyak asumsi lebih baik segera mengetahui bukan apa penyebab dari infertilitas. Nah untuk mencari penyebabnya, dokter biasanya merekomendasikan berbagai pemeriksaan, salah satunya histerosalpingografi (HSG).
HSG adalah prosedur radiologi yang digunakan untuk memeriksa kondisi rongga rahim dan apakah saluran tuba falopi terbuka atau tersumbat. Pemeriksaan ini sering menjadi langkah awal dalam evaluasi infertilitas karena mampu memberikan gambaran anatomi reproduksi wanita dengan jelas.
Apa Itu HSG dan Bagaimana Prosedurnya?
Pada pemeriksaan HSG, cairan kontras khusus dimasukkan ke dalam rahim melalui leher rahim. Kemudian dilakukan foto rontgen untuk melihat apakah cairan tersebut mengalir keluar melalui tuba falopi. Dari sini, dokter bisa menilai:
- Apakah rongga rahim berbentuk normal,
- Apakah ada kelainan seperti polip, miom, atau perlengketan,
- Apakah saluran tuba falopi terbuka atau tersumbat.
Prosedur ini biasanya hanya memakan waktu sekitar 10–15 menit. Pasien mungkin merasakan nyeri ringan hingga sedang, mirip dengan kram menstruasi, tetapi umumnya bisa ditoleransi.
Mengapa HSG Penting dalam Infertilitas?
HSG sangat membantu dokter dalam menentukan arah terapi. Misalnya:
- Infertilitas primer (belum pernah hamil): HSG dapat menemukan kelainan rahim seperti polip atau bentuk rahim yang tidak normal.
- Infertilitas sekunder (pernah hamil sebelumnya): HSG sering menemukan masalah di saluran tuba, seperti sumbatan akibat infeksi atau perlengketan.
Dengan hasil HSG, dokter bisa menyesuaikan penanganan. Jika tuba terbuka, program hamil alami masih mungkin dilakukan. Jika ada sumbatan, langkah selanjutnya bisa berupa tindakan pembedahan atau langsung ke program bayi tabung.
Pertimbangan Sebelum Menjalani HSG
Meski bermanfaat, HSG tetap memiliki hal-hal yang perlu diperhatikan diantaranya adalah rasa nyeri saat dan sesudah prosedur, Paparan radiasi meski dalam jumlah kecil, dan juga Risiko alergi terhadap cairan kontras (jarang terjadi).
Karena itu, dokter biasanya mempertimbangkan usia pasien, lama infertilitas, serta faktor risiko sebelum merekomendasikan HSG. Pada wanita muda dengan infertilitas jangka pendek, HSG mungkin belum perlu dilakukan segera.
Histerosalpingografi (HSG) adalah pemeriksaan yang penting dan relatif sederhana dalam mencari tahu penyebab infertilitas. Prosedur ini bisa memberikan informasi berharga tentang kondisi rahim dan saluran tuba, sehingga membantu dokter menentukan langkah terbaik untuk pasangan yang berjuang mendapatkan kehamilan.
Jika dokter merekomendasikan HSG, jangan ragu untuk bertanya lebih lanjut tentang manfaat, risiko, serta bagaimana hasilnya bisa memengaruhi rencana program hamil sister. Informasi menarik lainnya jangan lupa follow Instagram @menujuduagaris.id
Referensi
- Canday, M., Yurtkal, A., & Kirat, S. (2023). Evaluation and perspectives on hysterosalpingography (HSG) procedure in infertility: a comprehensive study. European Review for Medical & Pharmacological Sciences, 27(15).

Kalau dengar kata PCOS (Polycystic Ovary Syndrome), kebanyakan orang langsung ingatnya ke masalah haid tidak teratur, jerawat, atau susah hamil. Padahal, di balik itu semua, ada satu hal yang sering luput dibicarakan adalah peradangan kronis tingkat rendah yang diam-diam terjadi di tubuh.
Apa itu Peradangan Kronis Tingkat Rendah?
Peradangan sebenarnya adalah respon alami tubuh saat melawan infeksi atau memperbaiki jaringan yang rusak. Tapi pada peradangan kronis tingkat rendah (low-grade chronic inflammation), proses ini berlangsung terus-menerus dalam intensitas rendah — tanpa kita sadari. Nah, pada perempuan dengan PCOS, berbagai penelitian menemukan kadar penanda peradangan yang lebih tinggi dibanding perempuan tanpa PCOS, misalnya: CRP, IL-6, TNF-α, hingga jumlah sel darah putih yang meningkat.
Kenapa PCOS Bisa Memicu Peradangan?
Ada beberapa hal“pemain utama” yang saling memengaruhi diantaranya adalah:
- Obesitas: jaringan lemak memproduksi zat proinflamasi yang memperburuk kondisi tubuh.
- Resistensi insulin: kadar insulin tinggi bisa memicu dan mempertahankan peradangan.
- Kelebihan hormon androgen: ikut memengaruhi metabolisme dan sistem imun.
Ketiganya membentuk lingkaran setan sehingga peradangan memperburuk PCOS, dan PCOS sendiri memicu peradangan.
Dampaknya ke Kesehatan
Peradangan kronis ini tidak cuma bikin hormon dan metabolisme makin kacau, tapi juga memengaruhi pembuluh darah. Lapisan dalam pembuluh darah (endotel) bisa rusak, meningkatkan risiko penyakit jantung, hipertensi, dan aterosklerosis.
Buat yang sedang promil kondisi tersebut juga bisa berdampak pada rahim. Peradangan di lapisan rahim dapat mengganggu proses menempelnya embrio, meningkatkan risiko keguguran, hingga masalah plasenta saat hamil.
Apa yang Bisa Dilakukan?
Kabar baiknya, peradangan kronis tingkat rendah bisa dikendalikan. Beberapa langkah yang disarankan oleh para ahli antara lain:
- Menjaga berat badan ideal
- Mengatur pola makan seimbang (tinggi serat, kaya antioksidan, rendah gula olahan)
- Tetap aktif berolahraga
- Mengelola stres
Pendekatan ini membantu bukan hanya mengurangi gejala PCOS, tapi juga melindungi tubuh dari dampak jangka panjangnya. Informasi menarik lainnya jangan lupa follow Instagram @menujuduagaris.id
Referensi
- Rudnicka, E., Suchta, K., Grymowicz, M., Calik-Ksepka, A., Smolarczyk, K., Duszewska, A. M., … & Meczekalski, B. (2021). Chronic low grade inflammation in pathogenesis of PCOS. International journal of molecular sciences, 22(7), 3789.

Polycystic Ovary Syndrome (PCOS) adalah gangguan endokrin kompleks yang memengaruhi sebagian besar perempuan usia reproduktif. Salah satu tantangan utama dalam menangani PCOS adalah sifatnya yang heterogen, yaitu gejala dan penyebabnya bervariasi antar individu.
Perjalanan Kriteria Diagnosis PCOS
Sejak 1990, berbagai organisasi ilmiah di bidang reproduksi manusia berupaya merumuskan kriteria diagnosis yang tepat. Kriteria yang paling dikenal adalah Rotterdam Criteria, yang disepakati secara internasional, dan telah diperbarui menjadi evidence-based diagnostic criteria dalam International PCOS Guideline tahun 2018 dan 2023, yang didukung oleh 39 organisasi di seluruh dunia.
Menurut Rotterdam Criteria, diagnosis PCOS ditegakkan jika terdapat minimal dua dari tiga ciri berikut:
- Hiperandrogenisme (peningkatan hormon androgen, baik gejala klinis maupun laboratorium). Artinya kadar hormon androgen (hormon “maskulin” seperti testosteron) lebih tinggi dari normal. Bisa dibuktikan lewat Gejala klinis: misalnya tumbuh rambut berlebih di wajah atau tubuh (hirsutisme), jerawat yang parah dan menetap, rambut kepala menipis (alopecia). dan Pemeriksaan laboratorium: hasil tes darah menunjukkan kadar androgen yang meningkat.
- Oligo/anovulasi (siklus menstruasi jarang atau tidak terjadi). Oligo-ovulasi: ovulasi jarang terjadi. Anovulasi: ovulasi tidak terjadi sama sekali. Ditandai dengan siklus menstruasi yang jarang (biasanya >35 hari sekali) atau bahkan tidak haid sama sekali.Ini penting karena ovulasi yang jarang atau tidak ada akan memengaruhi kesuburan.
- Polycystic ovarian morphology (PCOM) pada USG. Ditemukan lewat pemeriksaan USG transvaginal atau abdominal. Ciri khasnya Banyak folikel kecil di ovarium (biasanya ≥20 folikel per ovarium, tergantung definisi terbaru). Ovarium berukuran lebih besar dari normal. “Polycystic” di sini bukan berarti kista besar yang berbahaya, tapi kumpulan folikel kecil yang tidak matang sempurna.
Tiga ciri utama PCOS hiperandrogenisme (hormon androgen tinggi), oligo/anovulasi (siklus haid jarang atau tidak ada), dan polycystic ovarian morphology/PCOM (gambaran ovarium polikistik di USG) bisa muncul dalam empat kombinasi yang disebut fenotipe. Fenotipe A memiliki semua tanda tersebut, fenotipe B memiliki hiperandrogenisme dan oligo/anovulasi tanpa PCOM, fenotipe C memiliki hiperandrogenisme dan PCOM dengan siklus haid tetap teratur, sedangkan fenotipe D memiliki oligo/anovulasi dan PCOM tanpa hiperandrogenisme.
Tantangan dari Bukti Genetik
Penelitian berbasis GWAS (Genome-Wide Association Studies) terbaru menunjukkan bahwa pembagian fenotipe menurut Rotterdam Criteria tidak tercermin secara jelas dalam pola genetik. Artinya, “fenotipe” tersebut lebih tepat disebut subtipe klinis dibanding kategori biologis murni. Dengan memahami kompleksitas PCOS, para ahli menilai kriteria diagnosis saat ini mungkin perlu ditinjau kembali. Parameter tambahan seperti resistensi insulin dan ketebalan endometrium dapat dipertimbangkan untuk meningkatkan akurasi diagnosis sekaligus membantu penentuan terapi yang lebih personalized sesuai karakteristik pasien.
PCOS bukanlah satu penyakit dengan satu penyebab, melainkan kumpulan kondisi dengan mekanisme berbeda. Memahami variasi fenotipe dan faktor penyebabnya dapat membantu tenaga medis memberikan perawatan yang lebih tepat sasaran. Pembaruan kriteria diagnosis yang mempertimbangkan faktor metabolik, hormonal, dan struktural diharapkan mampu memperbaiki deteksi dan penanganan PCOS di masa depan. Informasi menarik lainnya jangan lupa follow Instagram @menujuduagaris.id
Referensi
- Gleicher, N., Darmon, S., Patrizio, P., & Barad, D. H. (2022). Reconsidering the polycystic ovary syndrome (PCOS). Biomedicines, 10(7), 1505.

Polycystic Ovarian Syndrome (PCOS) menjadi salah satu gangguan endokrin dan metabolik yang paling umum, memengaruhi sekitar 6–20% wanita usia reproduktif. Gejalanya biasanya sudah mulai terlihat sejak masa pubertas. Karena melibatkan kombinasi tanda dan gejala yang beragam, PCOS dikenal sebagai gangguan yang heterogen, mengapa begitu? yuk pahami lebih lanjut!
Kriteria Diagnosis Untuk PCOS
Kriteria yang paling sering digunakan adalah Rotterdam Criteria, yang menetapkan diagnosis PCOS jika terdapat minimal dua dari tiga kondisi berikut:
- Hiperandrogenisme (peningkatan hormon androgen, ditandai dengan jerawat, pertumbuhan rambut berlebih, atau rambut rontok).
- Oligo- atau anovulasi (menstruasi jarang atau tidak terjadi).
- Ovarium polikistik (terlihat banyak folikel kecil pada pemeriksaan USG).
Ketidakseimbangan hormon yang berlangsung lama dapat memicu pembentukan banyak folikel antral kecil, siklus menstruasi yang tidak teratur, dan pada akhirnya mengakibatkan infertilitas.
Dampak Kesehatan yang Terkait PCOS
PCOS tidak hanya berdampak pada kesuburan. Kondisi ini juga berkaitan dengan: Resistensi insulin dan diabetes, penyakit kardiovaskular, obesitas abdominal, gangguan psikologis dan kanker tertentu.
Semua faktor ini saling terkait. Misalnya, hiperandrogenisme dapat memicu resistensi insulin dan hiperglikemia, yang kemudian meningkatkan pembentukan reactive oxygen species (ROS) dan stres oksidatif. Akibatnya, peradangan kronis, resistensi insulin, dan kadar androgen yang tinggi semakin memburuk.
Peran AGEs, Inflamasi, dan Stres Oksidatif
Tingginya Advanced Glycation End Products (AGEs), baik yang dihasilkan tubuh maupun dari makanan dapat memperparah gejala PCOS dan mengganggu fungsi ovarium. Inflamasi tingkat rendah yang berlangsung lama dan stres oksidatif berperan penting dalam memperburuk kondisi ini.
Meski penyebab pasti PCOS belum diketahui, kombinasi faktor genetik dan lingkungan dianggap berperan besar. Beberapa faktor yang diduga memengaruhi:
- Paparan prenatal terhadap hormon AMH, androgen berlebih, atau zat toksik seperti bisphenol-A dan endocrine disruptors.
- Gaya hidup: kurang aktivitas fisik dan pola makan tidak sehat dapat mempercepat progresi PCOS.
- Penggunaan obat tertentu, termasuk antiepilepsi dan obat psikiatri, dapat memicu perkembangan PCOS.
Pendekatan Terapi PCOS
- Metformin: efektif membantu memperbaiki fungsi endokrin dan ovarium, terutama pada pasien dengan resistensi insulin.
- Antiandrogen: memulai terapi ini pada usia ≤ 25 tahun dapat meningkatkan peluang terjadinya konsepsi spontan.
- Kisspeptin & KNDy neurons: berperan dalam mengatur pelepasan GnRH secara pulsatif, yang penting untuk proses ovulasi.
PCOS adalah gangguan kompleks dengan interaksi antara hormon, metabolisme, genetika, dan lingkungan. Penanganannya memerlukan pendekatan holistik yang mencakup modifikasi gaya hidup, terapi medis, serta pemantauan jangka panjang untuk mencegah komplikasi. Untuk itu sister tetap harus melakukan konsultasi dengan dokter ya, Informasi menarik lainnya jangan lupa follow Instagram @menujuduagaris.id
Referensi
- Siddiqui, S., Mateen, S., Ahmad, R., & Moin, S. (2022). A brief insight into the etiology, genetics, and immunology of polycystic ovarian syndrome (PCOS). Journal of assisted reproduction and genetics, 39(11), 2439-2473.