• Skip to main content
Menuju Dua Garis
  • Home
  • About Us
  • Our Story
  • Articles
  • Services
  • Kata Mereka
  • Join Us
×
  • Home
  • About Us
  • Our Story
  • Articles
  • Services
  • Kata Mereka
  • Join Us

Artikel Informasi Untuk Pejuang Dua Garis

Kenali apa itu Infertilitas Oligospermia pada Laki-laki dan Apa Solusinya!

June 19, 2025

Diantara infertilitas yang banyak menimpa laki-laki salah satunya adalah mengalami oligospermia, yaitu kondisi di mana jumlah spermanya di bawah normal. Tapi kadang, masalahnya bisa jadi menjadi semakin kompleks karena bukan hanya karena jumlahnya sedikit tapi juga karena kualitas DNA sperma-nya rusak.

Jadi meskipun sperma itu masih bisa bergerak dan membuahi sel telur, kalau DNA-nya rusak, bisa bikin proses pembuahan jadi gagal total. Salah satu cara mengecek kerusakan ini adalah lewat uji TUNEL, yang melihat berapa banyak sperma dengan DNA yang terfragmentasi.

TUNEL Assay: Cara Mengecek Kerusakan DNA di Sperma

DNA dalam sperma punya peran penting dalam proses kehamilan mulai dari pembuahan sampai perkembangan janin. Kalau DNA-nya rusak, bisa bikin sperma sulit membuahi atau menyebabkan keguguran. Kerusakan ini disebut sebagai fragmentasi DNA sperma, dan ternyata lebih sering terjadi pada pria yang mengalami infertilitas. 

Nah salah satu cara untuk mengecek apakah ada kerusakan DNA di sperma adalah dengan tes terminal deoxynucleotidyl transferase dUTP Nick-End labeling (TUNEL). Tes ini bisa langsung mendeteksi kerusakan, baik yang ringan maupun berat, pada untaian DNA sperma. Biasanya, TUNEL dilakukan dengan alat bernama flow cytometer, yang membantu membaca hasilnya secara lebih akurat dan cepat. Hasil dari tes ini bisa membantu dokter memahami penyebab infertilitas yang nggak kelihatan dari hasil analisis sperma biasa. Bagaimana jika setelah dibaca ditemukan kerusakan pada sperma?

Ketika Sperma Ejakulasi Gagal dan Ditemukan Kerusakan pada Sperma

Pada beberapa kasus oligospermia, sperma yang keluar saat ejakulasi ternyata punya tingkat kerusakan DNA yang tinggi. Nah, disinilah banyak metode berbantu terutama dalam membantu mengambil sperma langsung dari testis lewat prosedur TESE (Testicular Sperm Extraction).

Ternyata, sperma yang diambil dari testis sering kali punya kualitas DNA yang jauh lebih baik. Kenapa? Karena sperma ejakulasi bisa rusak saat melewati saluran reproduksi, sementara sperma testis belum mengalami “perjalanan panjang” itu.

Buat pasangan dengan kondisi seperti ini oligospermia ditambah dengan sperma rusak banyak yang akhirnya berhasil hamil setelah mencoba bayi tabung lagi, tapi pakai sperma testis.

Menariknya, keberhasilan ini tidak tergantung pada usia pasangan, jumlah upaya sebelumnya, atau jumlah embrio yang ditransfer. Justru yang membedakan adalah dari mana sperma itu diambil.

Kalau paksu punya jumlah sperma yang sedikit dan kualitas DNA-nya buruk, sudah saatnya pertimbangkan jalur lain. Karena kadang, bukan tubuhnya yang gagal tapi strateginya yang perlu disesuaikan.

Dan siapa tahu, sperma testis-lah yang akhirnya jadi program hamil yang berhasil dalam perjalanan dua garis kalian.

Referensi

  • Mehta, A., Bolyakov, A., Schlegel, P. N., & Paduch, D. A. (2015). Higher pregnancy rates using testicular sperm in men with severe oligospermia. Fertility and sterility, 104(6), 1382-1387.
  • Sharma, R., Iovine, C., Agarwal, A., & Henkel, R. (2021). TUNEL assay—Standardized method for testing sperm DNA fragmentation. Andrologia, 53(2), e13738.

 

Bahaya Kecemasan dan mempertanyakan Mengapa Efikasi Diri Infertilitas Penting

June 18, 2025

Sister dan paksu sudah tahu jika masalah infertilitas tidak hanya berkaitan dengan kesehatan reproduksi tapi juga berdampak pada kesehatan mental. Sehingga agar akurat bermunculan banyak alat ukur kesehatan mental yang berfokus pada aspek tekanan dan masalah psikologis. Misalnya, Beck Depression Inventory dan State Trait Anxiety Measure yang digunakan untuk menilai tingkat depresi dan kecemasan. Alat lainnya seperti Ways of Coping, Fertility Problem Inventory, hingga Concerns During Assisted Reproductive Technologies scale lebih berfokus pada stres dan persoalan psikososial.

Nah pendekatan diatas belum ada yang melihat aspek yang tak kalah penting yaitu keyakinan pasien terhadap kemampuan mereka sendiri. Proses ini berkaitan dengan efikasi diri.

Pahami Efikasi Diri yang berfokus pada Kemampuan, Bukan Masalah

Efikasi diri berfokus pada kemampuan dan kepercayaan diri seseorang untuk terlibat dalam perilaku tertentu, baik itu menyuntik diri sendiri, menghadiri sesi terapi, atau tetap mengikuti regimen pengobatan yang ketat. Cara ini telah banyak digunakan dalam bidang kesehatan lain, seperti kanker, artritis, diabetes, perimenopause, aktivitas fisik, hingga penggunaan kondom.

Jadi sister dan paksu dapat membayangkan proses ini dilakukan “ketika seseorang memandang situasi sulit sebagai sesuatu yang dapat dikendalikan, maka situasi tersebut terasa lebih ringan, lebih bisa diprediksi, dan tidak terlalu mengancam.

Efikasi Diri Mempengaruhi Hasil Reproduksi? 

Efikasi diri tidak hanya berdampak pada kesehatan mental, tapi juga berpotensi memengaruhi biologis dalam kesehatan reproduksi. Misalnya, wanita yang awalnya percaya diri dalam menjalani pengobatan bisa kehilangan kepercayaan itu setelah beberapa kali keguguran atau siklus gagal. Dalam kondisi ini, intervensi psikologis sangat dibutuhkan untuk membangun kembali efikasi dirinya.

Fakta dilapangan bahwa perempuan yang infertil sering kali memulai perawatan dengan kepercayaan diri yang tinggi. Namun, kepercayaan tersebut perlahan terkikis seiring panjangnya proses pengobatan dan tekanan yang mereka alami.

Dilain sisi pada wanita terbukti mengalami tekanan yang lebih besar dibandingkan pasangan pria, terutama karena mereka yang menjalani sebagian besar prosedur invasif dan harus menyesuaikan hidupnya dengan siklus pengobatan. Namun demikian, baik pria maupun wanita dapat sama-sama mendapat manfaat dari intervensi psikososial, dan infertilitas tetap merupakan pengalaman baru bagi kebanyakan orang.

Menerapkan efikasi diri dalam konteks infertilitas bukan sekadar tambahan. Ini adalah langkah penting untuk memahami bagaimana pasien menghadapi diagnosis dan perawatan yang sangat menantang secara fisik dan emosional. Dengan berfokus pada kemampuan setidaknya dapat mengurangi rasa sakit dan rasa takut yang dihadapkan kepada pasangan pejuang dua garis. Salah satunya adalah dengan bergabung pada komunitas untuk mendapatkan dukungan. Informasi menarik lainnya jangan lupa follow Instagram @menujuduagaris.id.

Referensi

  • Cousineau, T. M., Green, T. C., Corsini, E. A., Barnard, T., Seibring, A. R., & Domar, A. D. (2006). Development and validation of the Infertility Self-Efficacy scale. Fertility and sterility, 85(6), 1684-1696.

 

Ketika “The value of motherhood” Jadi Ukuran: Infertilitas dan Luka yang Tak Terlihat

June 17, 2025

 

 

Sister dan paksu yang sudah menikah terutama bagi sister sering dihadapkan dengan realitas “Menjadi ibu seringkali dipandang sebagai puncak pencapaian seorang perempuan”. Dalam banyak budaya, termasuk Indonesia, keibuan bukan hanya pilihan tapi harapan, norma, bahkan identitas. Karena itu, ketika diagnosis infertilitas datang, luka yang timbul tak hanya di tubuh, tetapi juga di hati dan pikiran. Jadi jelas bahwa pejuang dua garis bukanlah hal yang mudah.

Infertilitas dan Value Motherhood

Infertilitas didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk hamil setelah 12 bulan berhubungan tanpa kontrasepsi, atau 6 bulan jika usia perempuan sudah di atas 35 tahun. Infertilitas memiliki banyak dampak karena tidak hanya bergantung pada keberhasilan pengobatan tapi juga pada kesiapan mental dan sosial pasien.

Banyak perempuan yang menginternalisasi peran ibu sebagai tujuan hidup. Ketika harapan ini tidak tercapai, muncul perasaan gagal, malu, cemas, bahkan depresi. Sebuah riset menunjukkan bahwa perempuan yang mengalami infertilitas cenderung memiliki tingkat stres, kecemasan, dan depresi yang lebih tinggi dibandingkan pasangan mereka.

Perasaan tak cukup sebagai perempuan, stigma dari lingkungan, hingga tekanan untuk selalu tersenyum dan “tetap kuat” bisa membuat mereka menarik diri. Tak sedikit yang menyembunyikan diagnosis mereka karena takut dianggap tidak sempurna.

Strategi Bertahan: Dari Agama hingga Menyendiri

Untuk bertahan secara mental, perempuan menggunakan berbagai strategi coping. Sebuah upaya kognitif dan perilaku yang dilakukan seseorang untuk mengelola tekanan, stres, atau tuntutan yang dirasa melebihi kapasitasnya. Strategi ini membantu individu beradaptasi dengan situasi sulit, baik dengan mengatasi penyebab stres maupun mengatur respons emosional terhadap stres tersebut.

Beberapa memilih menghadapi masalah dengan aktif berbicara, mencari solusi, mencari dukungan. Namun ada juga yang memilih diam, menyangkal, menarik diri dari pergaulan sosial. Strategi pasif ini justru lebih sering dikaitkan dengan tingkat stres yang lebih tinggi.

Dalam budaya religius, banyak perempuan yang mengandalkan coping spiritual. Ada yang menemukan ketenangan melalui keyakinan bahwa Tuhan punya rencana, tapi ada juga yang justru merasa dihukum atau tidak layak. Dan ini semua sangatlah wajar tapi setidaknya segala usaha sudah dilakukan. 

Karena Jadi Ibu Masih Dianggap “Wajib”

Di masyarakat yang pronatalis, perempuan tanpa anak kerap dinilai tidak lengkap. Mereka dicap egois, tidak bertanggung jawab, atau terlalu mementingkan diri sendiri. Bahkan ketika infertilitas bukan pilihan, tekanan sosial tetap membekas. Tak jarang, perempuan merasa gagal memenuhi “takdir biologisnya”. Padahal, menjadi ibu bukan satu-satunya ukuran kebermaknaan hidup.

Infertilitas bukan hanya masalah rahim, tetapi juga tentang bagaimana perempuan dipaksa membuktikan diri melalui keibuan. Maka, penting bagi kita semua untuk mengubah cara pandang terhadap peran perempuan. Bahwa mereka tetap utuh, meski tanpa status “ibu”.

Yang dibutuhkan perempuan infertil bukan hanya dokter dan teknologi. Tapi juga empati, ruang aman untuk bercerita, dan masyarakat yang berhenti menjadikan anak sebagai satu-satunya validasi hidup perempuan. Kami MDG selalu ingin berbagi dan mendengarkan sister dan hadir sebagai ruang aman. Semoga usaha kalian dimudahkan dan diberikan ruang untuk dapat berbahagia. Informasi menarik lainnya jangan lupa follow Instagram @menujuduagaris.id

Referensi

  • Foti, F. L., Karner-Huţuleac, A., & Maftei, A. (2023). The value of motherhood and psychological distress among infertile women: The mediating role of coping strategies. Frontiers in Public Health, 11, 1024438.

Infertilitas dan Biaya yang Tak Terhindarkan: Gambaran Beban Sosial dari Sudut Pandang Finansial

June 16, 2025

 

Infertilitas bukan hanya perkara medis, tapi juga isu sosial dan ekonomi yang semakin mendapat sorotan di berbagai belahan dunia. Diperkirakan, 22,3% pasangan mengalami infertilitas angka yang mencerminkan bahwa ini bukan masalah individu semata, melainkan sudah menjadi tantangan global dalam ranah kesehatan reproduksi.

Salah satu hambatan utama yang dialami pasangan infertil adalah minimnya informasi mengenai akses layanan dan kesiapan finansial. Akibatnya, banyak yang tidak mendapatkan penanganan dini yang sebenarnya sangat krusial. 

Program Hamil dan Biaya 

Dalam artikel ini ingin menunjukkan sebuah hasil dari penelitian guna memberikan gambaran konkret mengenai alokasi biaya yang diperlukan untuk menangani satu kasus infertilitas, dari perspektif sosial. Angka Biaya dan Realitas Psikososial melibatkan 17 wanita dalam wawancara mendalam, Hasilnya menunjukkan bahwa biaya satu siklus IVF sangat bervariasi tergantung usia, penyebab infertilitas, metode yang digunakan, dan jenis fasilitas kesehatan. Rinciannya sebagai berikut:

  1. Biaya berdasarkan usia: <35 tahun: Rp99,139,468, 35–39 tahun: Rp112,547,433, ≥40 tahun: Rp109,943,598
  2. Biaya berdasarkan penyebab infertilitas: Faktor wanita: Rp94,877,925, Faktor pria: Rp110,292,261 dan Faktor pria dan wanita: Rp114,732,351
  3. Biaya berdasarkan metode IVF: Semi natural: Rp53,673,111, Injeksi hormon: Rp110,548,132
  4. Biaya berdasarkan jenis fasilitas: Fasilitas negeri: Rp102,319,691, Fasilitas swasta: Rp143,823,928

Selain dari sisi ekonomi, aspek psikososial juga tak kalah penting. Rata-rata skor kualitas hidup dengan infertilitas mengalami gangguan kejiwaan, terutama depresi (16,36%) dan kecemasan (16,36%). Ini membuktikan bahwa beban infertilitas bukan hanya soal biaya, tapi juga emosi dan mental yang terkuras.

Infertilitas membawa beban ganda finansial dan psikologis. Biaya tinggi yang dikeluarkan untuk satu siklus IVF berpotensi menyebabkan pengeluaran katastropik, yakni pengeluaran medis yang membebani ekonomi keluarga. Di sisi lain, kualitas hidup dan kesehatan mental perempuan infertil juga berdampak signifikan.

Indonesia dan Infertilitas

Dari realitas ini fakta yang sister dan paksu harus siap hadapi adalah perlunya perhatian lebih besar pada isu infertilitas, baik dari sisi kebijakan publik, edukasi masyarakat, maupun sistem pembiayaan yang lebih inklusif dan terjangkau. Selama 2018-2023, pemerintah Indonesia bekerja sama dengan UNFPA dan UNICEF melalui Program Better Sexual and Reproductive Health and Rights for All in Indonesia atau BERANI, sudah berupaya meningkatkan kualitas kesehatan dan hak-hak seksual dan reproduksi bagi perempuan dan anak muda di seluruh Indonesia. Salah satu fokus BERANI adalah menyediakan layanan dan informasi kesehatan seksual dan reproduksi yang ramah anak muda.

Selama program berlangsung, banyak pencapaian yang signifikan telah terjadi. Lebih dari 20 kebijakan, strategi advokasi, dan peta jalan telah dikembangkan untuk mempromosikan kesehatan dan hak-hak seksual dan reproduksi. Klinik-klinik swasta juga telah diperkuat untuk menyediakan layanan berkualitas yang ramah bagi kaum muda. Ribuan remaja telah menerima pendidikan seksualitas yang komprehensif dan informasi tentang manajemen kebersihan menstruasi. Ini tentu menjadi salah satu kabar yang menyenangkan untuk sister dan paksu yang sedang berjuang. Informasi menarik lainnya jangan lupa follow Instagram @menujuduagaris.id 

Referensi

  • Damayanti, F., Hakimi, M., Anwar, M., & Puspandari, D. A. (n.d.). Cost of illness infertilitas di Indonesia.
  • https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/blog/20240605/2745655/who-1-dari-6-orang-tidak-subur/#:~:text=Selaras%20dengan%20hal%20itu%2C%20selama,lebih%20dari%20600%20ribu%20remaja.

Gaya Hidup Modern dan Penurunan Kualitas Sperma: Bisakah Nutrisi Jadi Solusinya?

June 15, 2025

 

Ketika berbicara soal kesuburan pria, tentu memiliki banyak faktor yang memengaruhinya diantaranya adalah dari hormon, gaya hidup, hingga nutrisi. Saat ini ditengah gaya hidup yang semakin instan maka penting bagi paksu juga turut memperhatikan nutrisi yang dikonsumsi, karena kebiasaan memakan makanan instan dapat berdampak kepada kesehatan salah satunya adalah kesehatan reproduksi yang lebih spesifik berdampak terhadap kesehatan reproduksi. 

Apalagi jika yang dihadapi berhubungan dengan kualitas sperma maka paksu dapat berfokus pada nutrisi yang baik untuk sperma, tapi kira-kira nutrisi apa itu? yuk bahas lebih lanjut!

Mengenal apa itu DHA dan EPA

Eicosapentaenoic Acid (EPA) dan Docosahexaenoic Acid (DHA) adalah dua jenis utama asam lemak omega-3 yang memiliki peran penting bagi kesehatan. EPA merupakan asam karboksilat rantai panjang yang umumnya ditemukan dalam ikan seperti cod, makarel, salmon, sarden, serta pada fitoplankton, rumput laut, mikroalga, dan ASI. EPA dikenal bermanfaat dalam menjaga kesehatan jantung, menurunkan kadar trigliserida, bersifat anti-inflamasi untuk sistem kardiovaskular dan sendi, serta dapat membantu mengurangi depresi. 

Sementara itu, DHA adalah asam lemak dengan rantai karbon lebih panjang, berperan sebagai komponen struktural utama pada otak, korteks serebral, retina, kulit, sperma, dan testis. DHA sangat rentan terhadap oksidasi, sehingga sumber makanan yang mengandungnya seperti minyak ikan cenderung memiliki daya simpan yang singkat akibat kerusakan oleh radikal bebas. Apakah DHA dan EPA juga dapat memperbaiki kualitas sperma?

DHA dan EPA: Nutrisi Penting untuk Sperma?

Sebuah penelitian yang lakukan oleh Hosseini (2019) turut mengevaluasi Konsentrasi sperma total, Kadar DHA dalam sperma dan konsentrasi DHA dalam plasma mani, dan ditemukan bahwa suplementasi omega-3 secara signifikan meningkatkan motilitas sperma, yaitu kemampuan sperma untuk bergerak menuju sel telur. 

Hasil studi tersebut menyiratkan bahwa suplemen omega-3 mungkin belum tentu meningkatkan jumlah sperma secara keseluruhan, namun dapat membantu meningkatkan kualitas sperma, khususnya dalam hal pergerakan dan lingkungan kimiawi tempat sperma berkembang (plasma mani).

DHA dan EPA, memiliki potensi untuk meningkatkan motilitas sperma dan kandungan DHA dalam plasma mani pria infertil. Meskipun belum terbukti meningkatkan jumlah sperma, peningkatan kualitas ini dapat menjadi salah satu faktor penting dalam membantu keberhasilan program kehamilan.

Suplemen omega-3 dapat dipertimbangkan sebagai bagian dari pendekatan holistik dalam mengatasi infertilitas paksu, terutama jika disertai dengan pola hidup sehat dan penanganan medis yang sesuai. Namun, konsultasi dengan dokter tetap diperlukan untuk menyesuaikan dosis dan kebutuhan masing-masing individu, karena tubuh paksu satu dengan lainnya berbeda jadi penanganannya juga akan berbeda. Informasi menarik lainnya jangan lupa follow Instagram @menujuduagaris.id

Referensi

  • Hosseini, B., Nourmohamadi, M., Hajipour, S., Taghizadeh, M., Asemi, Z., Keshavarz, S. A., & Jafarnejad, S. (2019). The effect of omega-3 fatty acids, EPA, and/or DHA on male infertility: a systematic review and meta-analysis. Journal of dietary supplements, 16(2), 245-256.
  • https://www.halodoc.com/artikel/4-manfaat-dha-dan-epa-yang-perlu-diketahui?srsltid=AfmBOopF4nezCOPC0WlEhF4JIcLevc7Ymqf6Et0aqRBBjUdKQJWXyGwt
  • https://nutrilite.co.id/healthy-lifestyle/uncategorized/mengenal-epa-dha

 

Ternyata Asam Lemak Tak Jenuh Ganda Berperan dalam Menurunkan Risiko Depresi

June 14, 2025

 

 

Infertilitas adalah kondisi yang tidak hanya berdampak pada fisik, tetapi juga pada kesehatan mental, terutama pada wanita. Ketidakmampuan untuk hamil setelah 12 bulan mencoba bisa menyebabkan tekanan psikologis yang berat. Bahkan, sekitar 31% hingga 58% wanita dengan infertilitas mengalami depresi. Durasi infertilitas yang makin lama dapat memperburuk kualitas hidup, memperparah stres, dan memperbesar risiko gangguan kesehatan mental.

Tapi apakah itu adalah akhir dari segalanya? atau adakah faktor yang dapat mengurangi rasa stress yang terjadi akibat dari infertilitas?, tentu saja dalam konteks ini, penting bagi sister dan paksu mengetahui faktor-faktor yang mungkin dapat membantu mengurangi gejala depresi pada wanita infertil. Tapi apa itu? bahasa lebih lanjut yuk!

Polyunsaturated Fatty Acids (PUFAs) dan Faktor Mengurangi Stress

Meski infertilitas memberi dampak pada mental tapi tentu saja tubuh harus diperhatikan, Salah satu faktor potensial dapat membantu adalah nutrisi, khususnya peran asam lemak tak jenuh ganda polyunsaturated fatty acids (PUFAs) seperti omega-3 dan omega-6.

PUFAs adalah jenis lemak sehat yang memiliki banyak ikatan rangkap dan berperan dalam berbagai proses biologis, termasuk regulasi peradangan. Omega-3 umumnya bersifat anti inflamasi, sedangkan omega-6 cenderung proinflamasi. Keseimbangan antara dua jenis asam lemak ini menjadi penting, karena peradangan kronis telah dikaitkan dengan depresi dan infertilitas.

Sebuah penelitian telah menunjukkan bahwa peningkatan konsumsi DHA (salah satu komponen omega-3) dapat menurunkan risiko infertilitas. Sementara itu, rasio omega-6/omega-3 yang terlalu tinggi justru dikaitkan dengan peningkatan risiko depresi dan infertilitas.

Sister pernah dengar nggak sih, kalau asupan lemak baik bisa berpengaruh ke mood? Nah, ternyata ini juga berlaku buat sister yang sedang berjuang dengan infertilitas.

Sebuah penelitian dari NHANES (National Health and Nutrition Examination Survey) coba melihat apakah ada hubungan antara konsumsi PUFA (lemak tak jenuh ganda) dan gejala depresi pada wanita infertil. Mereka pakai alat yang namanya PHQ-9 buat menilai gejala depresi alat standar yang biasa dipakai dalam dunia medis.

Hasilnya? Cukup menarik, sister. Wanita yang mengonsumsi PUFA dalam jumlah sedang (bukan yang paling tinggi, tapi juga bukan yang paling rendah) justru punya risiko gejala depresi yang lebih rendah dibanding yang asupannya paling sedikit. Jadi, bisa dibilang, menjaga asupan lemak baik itu penting, bukan cuma buat kesuburan, tapi juga buat kesehatan mental.

Artinya, asupan sedang dari berbagai jenis PUFA dapat dikaitkan dengan penurunan kemungkinan mengalami gejala depresi.

Apa Artinya untuk Perawatan Sister dengan Infertilitas? keadaan tersebut menunjukkan bahwa mengonsumsi makanan kaya omega-3 dan omega-6 PUFA dalam jumlah seimbang bisa menjadi bagian dari strategi untuk mendukung kesehatan mental wanita dengan infertilitas. Bukan sebagai pengganti terapi psikologis atau medis, tapi sebagai pendukung yang memperkuat pendekatan menyeluruh. Jadi sister dan paksu penting untuk mengetahui faktor.

Referensi

  • Hong, Y., Jin, X., & Shi, L. (2024). Association between polyunsaturated fatty acids and depression in women with infertility: a cross-sectional study based on the National Health and Nutrition Examination Survey. Frontiers in Psychiatry, 15, 1345815.

Infertilitas dan Kesepian yang Tak Terlihat: Menggali Pengalaman Emosional Pria dan Wanita

June 14, 2025

 

Infertilitas bukan hanya persoalan fisik, tetapi juga menyentuh aspek psikologis dan sosial. Pengalaman sister dan paksu dalam menghadapi infertilitas sangat dipengaruhi oleh dukungan lingkungan sekitar, MDG ingin menunjukkan bagaimana pria dan wanita memaknai pengalaman mereka dalam konteks dukungan sosial.

Infertilitas dan Dukungan Sosial

Usaha pejuang dua garis sering kali membawa beban emosional yang berat dan dapat berdampak pada kesehatan mental, termasuk meningkatkan risiko depresi. Faktor-faktor pemicunya antara lain tekanan untuk melacak siklus, mengikuti pengobatan dan pemeriksaan, harapan sosial tentang kehamilan, perasaan gagal, serta pengaruh perubahan hormonal akibat terapi kesuburan. Obat-obatan seperti klomifen dan gonadotropin juga dapat menyebabkan efek samping psikologis seperti depresi, kecemasan, dan gangguan tidur. Kombinasi stres emosional dan perubahan hormon ini membuat pengalaman PDG semakin menantang secara mental.

Bahkan sebuah penelitian menemukan bagaimana pengalaman emosional mereka yang menghadapi infertilitas mereka merasakan isolasi dan kesepian, stigma dan sentimen kesalahpahaman, reaksi sosial yang tidak sensitif dan dukungan yang tidak membantu

Yang membuat lebih rentan lagi bahwa pada wanita lebih sering melaporkan pengalaman-pengalaman ini, terutama dalam bentuk tekanan sosial dan rasa tidak dimengerti oleh orang-orang terdekat. Di sisi lain, pria juga mengungkapkan perasaan tertekan dan distigma, namun mereka merasa jauh lebih diabaikan dalam diskursus publik mengenai infertilitas, meskipun turut merasakan dampak yang sama berat.

Mengapa demikian? Kebutuhan Pemahaman pada Ruang Sosial

Pada keadaan tersebut mereka cenderung menunjukkan bahwa perasaan keterasingan yang dirasakan oleh individu dengan infertilitas sebagian besar bersumber dari minimnya pemahaman masyarakat terhadap kondisi ini. Ketika orang-orang di sekitar tidak memiliki pengalaman serupa atau gagal menunjukkan empati, rasa kesepian menjadi semakin dalam.

Karena itu, penting untuk tidak hanya membangun kesadaran di kalangan penyintas infertilitas, tetapi juga mengedukasi masyarakat luas agar lebih peka dan mendukung. Dukungan sosial yang efektif dan empatik dapat menjadi kekuatan besar dalam menjaga kesehatan mental mereka.

Infertilitas bukan sekadar diagnosis medis. Ini adalah pengalaman hidup yang kompleks, menyentuh identitas, hubungan, dan kesejahteraan emosional. Baik sister maupun paksu sama-sama membutuhkan ruang untuk didengar dan dimengerti. Dengan membuka percakapan yang lebih inklusif, kita dapat mulai mengikis stigma dan membangun lingkungan yang lebih suportif bagi semua yang sedang berjuang. Informasi menarik lainnya follow Instagram @menujuduagaris.id

Referensi 

  • Pinzon, M., & Rotoli, S. (2022). A qualitative exploration of social support in males and females experiencing issues with infertility. Cureus, 14(9).
  • https://www.get-carrot.com/blog/infertility-and-depression-a-complex-relationship

Mampukah Kedekatan dari Keluarga Mengurangi Pikiran Irasional pada Perempuan yang Mengalami Infertilitas?

June 13, 2025

 

Infertilitas bisa jadi salah satu pukulan terberat dalam hidup baik pada sister maupun paksu, Meski demikian faktor standar sosial  lebih banyak menekankan perempuan. Pada budaya tertentu tidak lain di Indonesia menjadi seorang ibu bahkan dianggap sebagai bagian dari identitas dan harga diri perempuan. Ketika kehamilan tak kunjung datang, banyak perempuan yang mulai dihantui pikiran-pikiran irasional seperti merasa gagal, tidak layak, atau kehilangan arti hidup.

Hal ini tentu tidak lain dipengaruhi oleh ruang yang mengkonstruksi perempuan, Perempuan diajarkan untuk tunduk, patuh, dan memiliki sumbu sabar tak terhingga semata demi menyempurnakan visi masyarakat patriarkis mengenai sosok istri dan ibu ideal. Para perempuan diajarkan bahwa tujuan utama menjadi perempuan adalah menjadi tiang keluarga dan bersama itu pula dibebankan pula segala tanggung jawab dan tugas menjaga keutuhan, kedamaian, dan keharmonisan keluarga kepada perempuan seorang. Peran ganda ini akhirnya menjadi kesalahan jika perempuan tidak berhasil hamil terlepas tidak diketahui siapa penyebab infertilitasnya. Dilain sisi keluarga atau orang terdekat memiliki peran yang sangat signifikan menjadi support system pada mereka yang juga merupakan pejuang dua garis. 

Peran Keluarga dalam Pemberdayaan Perempuan Infertil 

MDG menemukan sebuah studi menarik yang mencoba menjawab pertanyaan penting ini bisakah dukungan keluarga membantu mengurangi tekanan psikologis akibat infertilitas? Dalam studi tersebut menerapkan family-centered empowerment model (model pemberdayaan berbasis keluarga). 

Model pemberdayaan berbasis keluarga dalam konteks infertilitas perempuan itu intinya ngajak keluarga, terutama pasangan, buat bareng-bareng ngadepin situasi ini. Jadi bukan cuma perempuan saja yang dibebani, tapi keluarga juga ikut belajar tentang penyebab dan cara penanganannya, saling dukung secara emosional, dan ambil keputusan bareng. Dengan cara ini, perempuan yang sedang berjuang punya support system yang solid, bikin dia nggak merasa sendirian, lebih percaya diri, dan lebih siap jalani proses pengobatan atau program hamil.

Penelitian yang mencoba mengujikan kepada 80 pasangan infertil, yang dibagi menjadi dua kelompok intervensi dan kontrol. Dan hasilnya skor pikiran irasional turun drastis, Model pemberdayaan berbasis keluarga terbukti efektif dalam mengurangi pikiran irasional perempuan yang mengalami infertilitas. Pendekatan ini bukan hanya memperkuat mental perempuan, tapi juga mempererat hubungan dalam keluarga, sehingga mereka tidak merasa sendirian menghadapi perjuangan ini.

Kalau kamu sedang menjalani perjalanan serupa, ingatlah: kamu nggak sendiri. Libatkan pasanganmu, bangun komunikasi yang terbuka, dan jangan ragu untuk mencari bantuan profesional. Kadang, kekuatan kita justru muncul saat kita mau membuka diri dan menerima dukungan. Informasi menarik lainnya jangan lupa follow Instagram @menujuduagaris.id

Referensi 

  • Modarres, M., Abunasri, M., Alhani, F., & Ebrahimi, E. (2022). The effectiveness of implementing family-centered empowerment model on irrational thoughts of Iranian infertile women: a randomized clinical trial. Journal of Caring Sciences, 11(4), 224.
  • https://www.perempuanberkisah.id/2022/09/10/menjadi-ibu-bukanlah-tujuan-mutlak-melainkan-pilihan-sadar-perempuan/#:~:text=%E2%80%9CSudah%20bagus%20ada%20yang%20melamar,foto%20idul%20fitri%20setahun%20sekali?
  • « Previous
  • 1
  • …
  • 17
  • 18
  • 19
  • 20
  • 21
  • …
  • 57
  • Next »
ayo-gabung-mdg

Tentang MDG

Menuju Dua Garis merupakan komunitas yang dibentuk oleh Rosiana Alim, atau akrab disapa Mizz Rosie untuk berbagi kisah perjuangan hidupnya dalam menantikan buah hati serta mewadahi para wanita yang sedang berjuang menghadapi infertilitas dan menantikan kehadiran buah hati.

Join Komunitas MDG

Join Komunitas

Follow Social Media Kami

© 2025 Menuju Dua Garis. All Rights Reserved.