Artikel Informasi Untuk Pejuang Dua Garis

Polycystic Ovary Syndrome (PCOS) adalah salah satu masalah kesehatan reproduksi yang cukup sering dialami perempuan. Diperkirakan sekitar 8–13% perempuan usia reproduksi mengalami kondisi ini.
Gejalanya bisa berupa haid tidak teratur, jerawat, tumbuh rambut berlebih, sampai sulit hamil. Selain memengaruhi kesuburan, PCOS juga sering dikaitkan dengan masalah metabolisme, seperti resistensi insulin dan risiko diabetes.
Kenapa PCOS bisa terjadi?
Sampai saat ini, penyebab PCOS belum sepenuhnya jelas. Faktor hormon, gaya hidup, hingga keturunan semuanya bisa ikut berperan. Nah, salah satu yang menarik perhatian para ahli adalah hubungan antara vitamin D dengan PCOS.
Apa hubungannya vitamin D dengan PCOS? Vitamin D bukan hanya penting untuk kesehatan tulang, tapi juga punya peran dalam keseimbangan hormon reproduksi dan metabolisme tubuh. Tubuh kita “membaca” vitamin D melalui reseptor khusus yang disebut Vitamin D Receptor (VDR).
Masalahnya, setiap orang bisa punya variasi genetik berbeda pada reseptor ini. Variasi kecil pada gen inilah yang disebut polimorfisme genetik. Kalau terjadi pada VDR, tubuh mungkin merespons vitamin D dengan cara yang berbeda.
Beberapa penelitian menemukan bahwa ada varian tertentu pada gen VDR—misalnya FokI, TaqI, atau BsmI—yang lebih sering muncul pada perempuan dengan PCOS. Jadi, bukan sekadar pola makan atau gaya hidup saja, tapi faktor genetik juga punya peran.
Kenapa penting buat kita tahu?
- Lebih personal → Setiap orang bisa punya “bekal genetik” berbeda. Ini bisa menjelaskan kenapa ada perempuan yang lebih rentan terkena PCOS.
- Peran vitamin D → Banyak studi menemukan kadar vitamin D yang rendah pada perempuan dengan PCOS. Meski belum pasti apakah ini penyebab atau akibat, jelas ada keterkaitan.
- Arah ke depan → Pemahaman soal genetik ini bisa membuka jalan untuk terapi yang lebih tepat sasaran di masa depan, mungkin termasuk strategi personalisasi berdasarkan profil genetik dan kadar vitamin D seseorang.
Jadi, apa artinya buat sister?
PCOS bukan cuma soal hormon atau gaya hidup, tapi juga ada campur tangan genetik—termasuk gen reseptor vitamin D. Mengetahui faktor ini bisa membantu kita lebih memahami tubuh sendiri dan membuka peluang perawatan PCOS yang lebih personal di masa depan.
Buat kamu yang punya gejala PCOS atau merasa berisiko, jangan ragu untuk cek kesehatan reproduksi sekaligus memeriksa kadar vitamin D. Selain itu, pola hidup sehat tetap jadi kunci mulai dari makan bergizi, rutin olahraga, sampai mengelola stres. Informasi menarik lainnya jangan lupa follow Instagram @menujuduagaris.id
Referensi
Heidarzadehpilehrood, R., Hamid, H. A., & Pirhoushiaran, M. (2025). Vitamin D receptor (VDR) gene polymorphisms and risk for polycystic ovary syndrome and infertility: An updated systematic review and meta-analysis. Metabolism Open, 25, 100343.

Pada proses kehamilan tanpa disangka perjalanan sister masih panjang salah satunya dalam membawa bayi selamat sampai ke dunia. Hal yang menghalangi salah satunya adalah preeklamsia. Ia merupakan salah satu komplikasi kehamilan yang masih menjadi tantangan besar dalam bidang obstetri. Kondisi ini biasanya muncul setelah usia kehamilan 20 minggu, ditandai dengan tekanan darah tinggi yang sering disertai bengkak, protein dalam urine, atau gangguan fungsi organ. Yuk pahami lebih lanjut!
Apa itu Preeklampsia
Secara klinis, preeklamsia terbagi menjadi dua jenis. Early-onset preeklampsia muncul sebelum usia kehamilan 34 minggu dan umumnya lebih berat serta berisiko tinggi bagi ibu maupun janin. Sementara itu, late-onset preeklampsia terjadi setelah 34 minggu. Jenis ini lebih sering dijumpai, tetapi kerap dianggap tidak seberat early-onset meskipun tetap dapat menimbulkan komplikasi serius.
Dengan memahami perbedaan karakteristik kedua jenis preeklampsia ini, diharapkan penanganan yang lebih tepat dan upaya pencegahan dapat dilakukan sejak dini demi melindungi kesehatan ibu dan bayi. Meski begitu, keduanya sama-sama bisa membahayakan ibu dan bayi.
Apa yang Terjadi di Plasenta?
Plasenta adalah organ penting yang jadi “jalur kehidupan” antara ibu dan janin. Pada ibu dengan preeklamsia, terutama yang muncul di akhir kehamilan, ternyata ada masalah di tingkat sel plasenta. Dampak dari preeklampsia ini diantaranya adalah:
- Radikal bebas meningkat, terjadi ketidakseimbangan antara radikal bebas dan pelindung alami tubuh (antioksidan). Dan kondisi ini disebut stres oksidatif, yang bisa merusak sel.
- Lemak di sel ikut rusak, radikal bebas menyerang lemak yang ada di dinding sel. dan akibatnya muncul zat bernama MDA yang menandakan adanya kerusakan lemak.
- Kematian sel karena zat besi (ferroptosis), Ada penumpukan zat besi di jaringan plasenta. Protein pelindung sel malah berkurang, sehingga sel lebih mudah mati.
Kenapa Penting untuk Diketahui?
Dapat diketahui bahwa late-onset preeklampsia tetap serius, meskipun sering dianggap lebih ringan. Kerusakan di plasenta bisa berpengaruh pada kesehatan ibu dan tumbuh kembang janin.
Dengan pemahaman ini, di masa depan mungkin akan ada cara deteksi dini lewat biomarker atau bahkan terapi baru untuk menekan stres oksidatif dan mengatur kadar zat besi selama kehamilan. Informasi menarik lainnya jangan lupa follow Instagram @menujuduagaris.id
Referensi
- Ortega, M. A., Garcia-Puente, L. M., Fraile-Martinez, O., Pekarek, T., García-Montero, C., Bujan, J., … & Saez, M. A. (2024). Oxidative stress, lipid peroxidation and ferroptosis are major pathophysiological signatures in the placental tissue of women with late-onset preeclampsia. Antioxidants, 13(5), 591.

Banyak pasangan sulit punya anak karena masalah sperma. Salah satu penyebab utamanya adalah radikal bebas yang bisa merusak sel sperma. Normalnya, tubuh punya antioksidan untuk melawan radikal bebas ini. Tapi kalau gaya hidup nggak sehat misalnya stres, merokok, kurang gerak, atau pola makan yang buruk—jumlah radikal bebas jadi berlebihan, dan sperma ikut terdampak. Yuk pelajari lebih lanjut!
Apa yang Dilihat dari Pola Makan
Dalam sebuah penelitian ratusan pria yang sedang berjuang punya anak diteliti pola makannya. Mereka ditanya soal makanan sehari-hari, lalu kualitas spermanya dicek berdasarkan standar kesehatan. Fokusnya adalah melihat apakah ada hubungan antara makanan yang mengandung antioksidan dengan kondisi sperma mereka. Ternyata, ada satu zat bernama β-Cryptoxanthin yang kelihatan berperan.
Apa Itu β-Cryptoxanthin?
β-Cryptoxanthin adalah salah satu jenis karotenoid, pigmen alami yang memberi warna oranye, merah, atau kuning pada buah dan sayuran. Senyawa ini termasuk kelompok xanthophyll karena memiliki gugus oksigen berupa hidroksil (-OH) dalam strukturnya, dengan rumus kimia C₄₀H₅₆O. Karakter ini membuat β-Cryptoxanthin berbeda dari β-carotene yang tidak mengandung oksigen. Di dalam tubuh, β-Cryptoxanthin juga berperan sebagai provitamin A, artinya bisa diubah menjadi vitamin A yang penting untuk penglihatan, kekebalan tubuh, dan kesehatan reproduksi.
Zat ini banyak ditemukan pada buah dan sayur berwarna cerah, seperti jeruk, pepaya, labu, dan paprika merah. Pria yang lebih banyak mengonsumsi makanan ini cenderung punya sperma dengan gerakan yang lebih lincah.
Kenapa Nggak Cukup Suplemen?
Mungkin ada yang mikir, “Kalau gitu, minum suplemen aja biar cepat.” Tapi kenyataannya nggak sesederhana itu. Suplemen antioksidan dosis tinggi sering hasilnya nggak konsisten, bahkan ada yang justru bikin kualitas sperma menurun. Asupan alami dari buah dan sayur jauh lebih aman dan memberi manfaat yang lebih seimbang.
Buat sister dan paksu yang sedang promil, perhatikan juga isi piring harian paksu. Tambahkan buah dan sayur berwarna cerah bukan cuma untuk kesehatan umum, tapi juga untuk kualitas sperma yang lebih baik. Informasi menarik lainnya jangan lupa follow Instagram @menujuduagaris.id
Referensi
- Haeri, F., Nouri, M., Nezamoleslami, S., Moradi, A., & Ghiasvand, R. (2022). Role of dietary antioxidants and vitamins intake in semen quality parameters: A cross-sectional study. Clinical Nutrition ESPEN, 48, 434-440.

Bagi manusia, likopen tidak bisa diproduksi sendiri, sehingga harus diperoleh dari makanan. Sumber utama likopen adalah tomat dan produk olahannya, yang menyumbang lebih dari 85% asupan harian di banyak negara. Menariknya, olahan tomat (seperti puree atau saus) justru lebih kaya likopen yang mudah diserap dibanding tomat segar, karena proses pemanasan membantu melepaskan likopen dari matriks makanan.
Bagaimana Tubuh Menyerap Likopen?
Likopen adalah senyawa larut lemak, sehingga penyerapannya lebih baik bila dikonsumsi bersama makanan berlemak sehat, seperti minyak zaitun atau alpukat. Setelah makanan dikunyah dan diproses oleh enzim pencernaan, likopen dilepaskan dari jaringan buah dan masuk ke usus kecil. Di sana, ia bergabung dengan asam empedu dan lemak membentuk misel, kemudian diserap oleh sel usus (enterosit).
Proses ini dapat terjadi melalui difusi pasif maupun bantuan protein transporter khusus, seperti SR-B1 (Scavenger Receptor Class B Type 1), yang juga berperan dalam penyerapan karotenoid lain seperti lutein dan beta-karoten. Setelah diserap, likopen masuk ke sistem limfatik, lalu dialirkan ke darah melalui lipoprotein, dan akhirnya disimpan di hati, kelenjar adrenal, serta jaringan lemak.
Faktor yang Mempengaruhi Kadar Likopen
Banyak hal bisa memengaruhi kandungan dan ketersediaan likopen, antara lain:
- Faktor pertumbuhan tanaman: jenis varietas, kematangan buah, iklim, cahaya, dan kualitas tanah.
- Proses pengolahan & penyimpanan: suhu, paparan cahaya, dan oksigen.
- Faktor tubuh & gaya hidup: usia, jenis kelamin, kadar lemak darah, status hormonal, indeks massa tubuh, hingga kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol.
Secara umum, konsumsi likopen harian berkisar 0,5–5 mg di Eropa, sedangkan di Amerika bisa mencapai lebih dari 7 mg per hari. Angka ini bisa meningkat hingga 20 mg jika pola makan kaya tomat dan buah berwarna merah-oranye.
Likopen dan Perannya dalam Kesehatan Reproduksi
Likopen dikenal sebagai salah satu antioksidan terkuat dari golongan karotenoid. Senyawa ini bekerja dengan cara menetralisir radikal bebas yang berlebihan dalam tubuh. Radikal bebas bukan hanya mempercepat proses penuaan, tapi juga merusak sel, termasuk sel-sel reproduksi. Itulah mengapa likopen kini mulai dilirik dalam kaitannya dengan kesuburan pria maupun wanita.
Pada pria, stres oksidatif menjadi salah satu penyebab utama menurunnya kualitas sperma. Kerusakan DNA sperma dapat menghambat terjadinya pembuahan, bahkan meningkatkan risiko keguguran. Beberapa studi menunjukkan suplementasi likopen mampu memperbaiki motilitas, jumlah, dan bentuk sperma. Efek protektif ini diduga berasal dari kemampuannya melindungi membran sperma dan DNA dari kerusakan oksidatif.
Sementara pada sister, dengan kondisi seperti PCOS dan endometriosis sering dikaitkan dengan tingginya stres oksidatif dan peradangan. Likopen dengan sifat antioksidan sekaligus antiinflamasi berpotensi memberi perlindungan tambahan pada ovarium, sehingga mendukung pematangan sel telur yang lebih baik. Selain itu, selama kehamilan, radikal bebas berlebih di plasenta berhubungan dengan komplikasi seperti preeklampsia. Kehadiran likopen diyakini bisa membantu mengurangi risiko tersebut melalui mekanisme protektif terhadap sel-sel plasenta.
Meski begitu, tantangan utama dari likopen adalah bioavailabilitas—seberapa besar senyawa ini dapat diserap tubuh. Produk tomat yang sudah dipanaskan seperti pasta tomat atau saus memiliki bioaksesibilitas lebih tinggi dibanding tomat mentah. Hal ini membuka peluang bahwa dengan pengolahan yang tepat, manfaat likopen terhadap kesehatan reproduksi bisa lebih optimal.
Dengan kata lain, likopen bukan hanya baik untuk jantung atau metabolisme, tapi juga menjanjikan sebagai nutrisi pendukung dalam menjaga kesuburan dan kehamilan sehat. Namun, bukti klinis jangka panjang masih perlu diperkuat agar potensinya benar-benar bisa diterapkan dalam praktik kesehatan reproduksi modern. Informasi menarik lainnya jangan lupa follow Instagram @menujuduagaris.id
Referensi
- Kulawik, A., Cielecka-Piontek, J., & Zalewski, P. (2023). The importance of antioxidant activity for the health-promoting effect of lycopene. Nutrients, 15(17), 3821.

Jambu biji (Psidium guajava L.) dikenal sebagai buah tropis yang murah, segar, dan kaya nutrisi. Kandungan vitamin C, polifenol, likopen, serat, serta mineral menjadikannya salah satu buah lokal dengan potensi besar mendukung gaya hidup sehat.
Selain menjaga imunitas, jambu biji juga memiliki antioksidan kuat yang bisa membantu melawan radikal bebas penyebab kerusakan sel. Hal ini sangat penting, sebab radikal bebas bukan hanya terkait penuaan dini atau penyakit kronis, tapi juga erat kaitannya dengan masalah kesuburan. Yuk sister pelajari lebih lanjut!
Tantangan: Umur Simpan dan Limbah
Sayangnya, jambu biji mudah rusak dan cepat busuk. Proses pengolahan menjadi jus, selai, atau jelly sering meninggalkan limbah (biji, kulit, sisa pulp) hingga 30% dari total buah. Padahal, bagian ini masih menyimpan polifenol dan serat yang tinggi. Jika tidak dimanfaatkan, potensi gizi bernilai tinggi ini hanya akan terbuang.
Di sinilah fermentasi hadir sebagai inovasi. Dengan bantuan mikroorganisme seperti bakteri asam laktat (LAB), jambu biji dapat mengalami perubahan yang menguntungkan:
- Meningkatkan kandungan polifenol dan antioksidan
- Meningkatkan bioaksesibilitas likopen (lebih mudah diserap tubuh)
- Menghasilkan senyawa bioaktif baru yang mendukung kesehatan usus
- Mengurangi limbah dengan tetap memberi nilai tambah gizi
Penelitian Kaur & Ghosh (2023) bahkan menunjukkan fermentasi jambu biji mampu meningkatkan kapasitas antioksidan serta bioaksesibilitas polifenol dan likopen secara signifikan.
Kaitan dengan Infertilitas
Banyak orang mungkin belum sadar: stres oksidatif adalah salah satu faktor utama infertilitas, baik pada pria maupun wanita.
- Pada pria, radikal bebas bisa merusak membran sperma, menurunkan motilitas, bahkan menyebabkan fragmentasi DNA.
- Pada wanita, stres oksidatif dapat memengaruhi kualitas sel telur dan mengganggu proses pembuahan.
Di sinilah antioksidan berperan. Zat seperti vitamin C, polifenol, dan likopen dari jambu biji (apalagi setelah difermentasi) dapat:
- Menetralkan radikal bebas
- Melindungi sel reproduksi
- Meningkatkan kualitas sperma dan sel telur
Dengan kata lain, fermentasi jambu biji tidak hanya menambah nilai gizi dan mengurangi limbah, tetapi juga berpotensi menjadi functional food untuk mendukung kesehatan reproduksi.
Fermentasi jambu biji membuka peluang baru dalam dua sisi sekaligus: sustainability (mengurangi limbah buah) dan fertility support (melawan stres oksidatif yang mengganggu kesuburan). Sister tertarik untuk mengolah buah jambu sebagai salah satu sumber antioksidan? jangan lupa untuk informasi menarik lainnya follow Instagram @menujuduagaris.id
Referensi
- Kaur, H., & Ghosh, M. (2023). Probiotic fermentation enhances bioaccessibility of lycopene, polyphenols and antioxidant capacity of guava fruit (Psidium guajava L). Journal of Agriculture and Food Research, 14, 100704.

Normalnya, siklus haid perempuan berlangsung sekitar 28–35 hari. Tapi ada juga yang mengalami siklus lebih panjang, bisa sampai 36–45 hari. Kalau dihitung, artinya haid datang hanya sebulan sekali lebih sedikit.
Fenomena ini sering bikin bingung. Ada yang menganggap masih normal, ada juga yang khawatir karena takut berhubungan dengan masalah kesuburan.
Mengapa Siklus Bisa Lebih Panjang?
Salah satu penyebab utamanya adalah fase pematangan sel telur yang berlangsung lebih lama. Jadi, butuh waktu lebih panjang sampai sel telur benar-benar matang dan siap dilepaskan (ovulasi).
Selain itu, siklus panjang bisa berkaitan dengan:
- Ketidakseimbangan hormon
- Kualitas sel telur yang kurang optimal
- Risiko ovulasi tidak terjadi setiap bulan
Lalu apa Dampaknya pada Kesuburan
Siklus haid yang panjang bisa menjadi tanda adanya gangguan pada sistem hormonal yang berpengaruh langsung terhadap kesuburan. Pada kondisi ini, ovulasi biasanya terjadi lebih jarang misalnya hanya 6–8 kali dalam setahun dibandingkan 12 kali pada siklus normal sehingga peluang untuk hamil otomatis menurun. Selain itu, sel telur yang jarang matang sering kali berkualitas kurang optimal, sehingga bila terjadi pembuahan, embrio lebih rentan gagal berkembang dan risiko keguguran menjadi lebih tinggi.
Ketidakseimbangan hormon, terutama progesteron, juga kerap menyertai siklus panjang, padahal hormon ini sangat penting untuk mempertahankan kehamilan di awal trimester. Tidak jarang pula siklus panjang berujung pada anovulasi, yaitu kondisi di mana menstruasi tetap muncul tanpa adanya pelepasan sel telur. Inilah alasan mengapa siklus panjang bukan sekadar soal jarak menstruasi lebih lama, tetapi juga bisa menjadi sinyal adanya gangguan reproduksi yang memengaruhi kesempatan hamil dan keberlangsungan kehamilan.
Perlu Khawatir atau Tidak?
Kalau siklus haid panjang tapi teratur (misalnya selalu 40 hari), mungkin masih bisa dianggap sebagai variasi alami tubuh. Tapi jika disertai gejala lain seperti haid sangat sedikit, jerawat parah, berat badan sulit turun/naik, atau siklus kadang datang sangat jauh jaraknya, sebaiknya diperiksa lebih lanjut.
Siklus menstruasi panjang bukan berarti tidak bisa hamil, tapi bisa jadi sinyal tubuh sedang butuh perhatian ekstra. Bagi sister yang sedang program hamil, mengenali pola siklus dan melakukan pemeriksaan sejak dini bisa membantu menjaga peluang kehamilan tetap sehat. Informasi menarik lainnya jangan lupa follow Instagram @menujuduagaris.id
Referensi
- Wang, Z., Yan, J., Chen, H., He, L., & Xu, S. (2022). The reproductive endocrine feature and conception outcome of women with unknown etiological menstrual cycle (36–45 days) with long follicular phase. Gynecological Endocrinology, 38(9), 742-747.

Bagi banyak perempuan, menjalani program hamil (promil) bukan hanya soal tindakan medis. Ada sisi lain yang sama pentingnya: kesiapan mental dan emosional. Perasaan stres, cemas, atau putus asa bisa memengaruhi hormon kesuburan, mengganggu siklus, bahkan menurunkan peluang kehamilan. Sister dan paksu apa pernah tau jika dalam menjalani program alami pasangan mengalami tantangan yang sangat besar tidak hanya berkaitan dengan fisik tapi juga nonfisik.
Sayangnya, di banyak klinik kesuburan, kondisi psikologis perempuan biasanya diukur dengan pertanyaan-pertanyaan bernada negatif, misalnya “Apakah Anda merasa tertekan karena sulit hamil?” atau “Apakah Anda merasa kelelahan akibat program hamil?”. Bukannya membantu, pertanyaan semacam ini justru bisa membuat beban emosional semakin berat.
Untuk menjawab kebutuhan ini, sebuah penelitian Fertility Preparedness Scale (FPS), yaitu skala khusus untuk menilai kesiapan perempuan dalam menjalani program hamil dengan cara yang lebih positif dan membangun.
Apa Itu Fertility Preparedness Scale (FPS)?
FPS yang dirancang untuk melihat sejauh mana seorang perempuan siap menjalani program hamil. Pertanyaan-pertanyaan ini tidak menekan, melainkan membantu peserta merasa lebih optimis.
Skala ini mencakup tiga aspek utama:
- Harapan dan Kesadaran → Seberapa jauh perempuan memahami proses promil dan yakin dengan langkah yang dijalani.
- Perasaan dan Pikiran Positif → Bagaimana menjaga optimisme, semangat, dan kepercayaan diri selama proses.
- Kesiapan Tubuh dan Pikiran → Apakah fisik dan mental sudah siap menghadapi perjalanan promil yang penuh tantangan.
Kenapa Skala Ini Penting?
- Mengurangi Stres → Karena pertanyaan bernuansa positif, skala ini justru memberi efek menenangkan.
- Meningkatkan Harapan → Membantu perempuan melihat sisi cerah dari proses promil.
- Mendukung Keberhasilan → Kesiapan mental terbukti bisa membuat perempuan lebih patuh pada prosedur medis dan lebih kuat menghadapi rintangan.
- Praktis → Hanya terdiri dari 23 pertanyaan, sehingga mudah diisi di klinik maupun rumah sakit.
Apa Manfaatnya bagi Perempuan yang Promil?
- Lebih sadar diri tentang kondisi tubuh dan mental sebelum mulai program.
- Mendapat motivasi tambahan dari pernyataan positif yang dibaca.
- Mengurangi risiko kegagalan karena masuk ke promil dengan kesiapan yang lebih matang.
- Membantu komunikasi dengan tenaga kesehatan, karena hasilnya bisa jadi panduan untuk memberi dukungan sesuai kebutuhan pasien.
Promil adalah perjalanan panjang yang menguras fisik, mental, dan finansial. Karena itu, memulai dengan kesiapan yang baik bisa membuat proses ini lebih ringan dan peluang berhasil lebih besar.
Fertility Preparedness Scale (FPS) hadir sebagai alat sederhana, valid, dan gratis yang bisa membantu sister serta tenaga kesehatan memastikan kesiapan sebelum atau saat menjalani program hamil. Dengan fokus pada hal-hal positif, FPS bukan hanya sekadar kuesioner, tapi juga pengingat bahwa harapan selalu ada selama kita melangkah dengan pikiran yang lebih tenang dan hati yang siap.
Referensi
- Sevcan, F. A. T. A., & Tokat, M. A. (2020). Development of fertility preparedness scale for women receiving fertility treatment. Journal of Nursing Research, 28(3), e95.

Bagi banyak pasangan yang ingin punya anak, in vitro fertilisation (IVF) atau bayi tabung menjadi salah satu harapan besar. Tapi, keberhasilan IVF tidak hanya bergantung pada faktor medis seperti kualitas embrio, jumlah sel telur, atau kondisi sperma. Ada faktor lain yang sering kali luput dari perhatian, yaitu stres psikologis.
Stres berlebihan bisa membuat proses lebih sulit dijalani, menurunkan efektivitas pengobatan, bahkan mendorong pasangan menghentikan program yang sebenarnya punya peluang berhasil. Karena itu, pendekatan yang memperhatikan kesehatan mental menjadi penting.
Apa Itu Hypnofertility?
Hypnofertility adalah metode yang berangkat dari konsep hypnobirthing. Tujuannya sederhana: membantu pasangan, terutama wanita, lebih rileks dan siap secara mental saat menjalani IVF.
Teknik yang digunakan meliputi:
- Relaksasi dan visualisasi: menenangkan pikiran dengan gambar atau suasana alam.
- Afirmasi positif: mengucapkan kata-kata yang memberi semangat, seperti “tubuh saya siap untuk hamil”.
- Imajinasi: membayangkan proses kehamilan atau bayi yang diinginkan.
Metode ini menghubungkan pikiran dan tubuh agar bekerja lebih selaras, sehingga stres berkurang dan kesiapan mental meningkat.
Bagaimana sebenarnya hypnofertility bisa membantu?
Sebuah penelitian di Turki melibatkan lebih dari seratus perempuan yang sedang menjalani program IVF. Hasilnya menunjukkan hal menarik. Perempuan yang mengikuti sesi hypnofertility merasa lebih positif dan lebih siap secara emosional menghadapi proses IVF. Tingkat stres yang mereka alami juga berkurang cukup signifikan. Selain itu, mereka lebih mampu menghadapi tekanan dengan strategi coping yang sehat, bukan hanya dengan pasrah atau menghindar. Temuan ini memberi gambaran bahwa dukungan pada aspek pikiran dan emosi juga berperan penting dalam perjalanan promil.
Dalam budaya di banyak negara, termasuk Indonesia, memiliki anak sering dianggap bagian penting dari pernikahan. Tekanan sosial ini bisa menambah beban psikologis pasangan infertil. Dengan hypnofertility, pasangan tidak hanya fokus pada aspek medis, tetapi juga bisa lebih tenang, optimis, dan tangguh dalam perjalanan mereka.
Hypnofertility bukan pengganti pengobatan medis, tetapi bisa menjadi pendamping yang efektif. Dengan membantu sister merasa lebih rileks, siap, dan mampu menghadapi stres, peluang keberhasilan IVF dapat meningkat. Ke depan, metode ini berpotensi menjadi bagian dari layanan rutin di klinik fertilitas. Informasi menarik lainnya jangan lupa follow Instagram @menujuduagaris.id
Referensi
Erdemoğlu, Ç., & Aksoy Derya, Y. (2024). The effect of hypnofertility on fertility preparedness, stress, and coping with stress in women having in vitro fertilization: A randomized controlled trial. Journal of reproductive and infant psychology, 42(4), 569-580.