• Skip to main content
Menuju Dua Garis
  • Home
  • About Us
  • Our Story
  • Articles
  • Services
  • Kata Mereka
  • Join Us
×
  • Home
  • About Us
  • Our Story
  • Articles
  • Services
  • Kata Mereka
  • Join Us

Artikel Informasi Untuk Pejuang Dua Garis

Insulin Resistance dan Infertilitas: Mengungkap Hubungan yang Sering Terabaikan Pendahuluan

September 13, 2025

 

Metabolic Syndrome (MetS) adalah kumpulan gangguan metabolik yang meliputi resistensi insulin, obesitas sentral, hipertensi, dan gangguan lipid. Kondisi ini kini menjadi masalah kesehatan serius di seluruh dunia. Salah satu faktor utama dalam MetS adalah insulin resistance (IR), yaitu keadaan di mana sel tubuh kurang responsif terhadap insulin sehingga tubuh harus memproduksi lebih banyak insulin (hiperinsulinemia) untuk menjaga kestabilan gula darah.

Selain berperan pada penyakit metabolik seperti obesitas, hipertensi, aterosklerosis, dan penyakit hati berlemak non-alkoholik, IR ternyata juga berdampak besar pada fungsi reproduksi wanita. Banyak penelitian menunjukkan bahwa IR tidak hanya meningkatkan risiko infertilitas pada perempuan dengan polycystic ovary syndrome (PCOS), tetapi juga pada wanita tanpa PCOS, terutama yang mengalami siklus haid tidak teratur atau obesitas.

Bagaimana IR Mempengaruhi Kesuburan?

Insulin resistance mempengaruhi kesuburan melalui berbagai mekanisme biologis, di antaranya:

  1. Gangguan perkembangan sel telur dan kualitas embrio, IR meningkatkan stres oksidatif dan merusak fungsi mitokondria pada oosit, yang dapat menurunkan kualitas sel telur serta meningkatkan risiko kelainan kromosom.
  2. Endometrium kurang reseptif, Endometrium membutuhkan metabolisme glukosa yang baik untuk mendukung implantasi embrio. Pada wanita dengan IR, ekspresi transporter glukosa menurun, sehingga lapisan rahim tidak optimal menerima embrio.
  3. Gangguan hormonal, IR memperparah hiperandrogenemia, terutama pada pasien PCOS. Kadar androgen yang tinggi menyebabkan gangguan ovulasi, kualitas folikel menurun, hingga siklus menstruasi tidak teratur.
  4. Risiko keguguran dan komplikasi kehamilan, IR dikaitkan dengan meningkatnya risiko keguguran spontan, diabetes gestasional, hingga komplikasi jangka panjang bagi keturunan, seperti obesitas dan penyakit metabolik.

PCOS dan IR: Kombinasi yang Rumit

PCOS merupakan salah satu penyebab utama infertilitas pada wanita usia reproduktif dengan prevalensi sekitar 5–10%. Sebagian besar pasien PCOS memiliki IR yang memperburuk hiperandrogenemia, menyebabkan gangguan ovulasi, serta meningkatkan risiko sindrom metabolik. Siklus “IR ↔ hiperandrogenemia ↔ obesitas” menciptakan lingkaran setan yang sulit diputus tanpa intervensi medis dan perubahan gaya hidup.

Menariknya, IR tidak hanya ditemukan pada pasien PCOS. Studi menunjukkan bahwa wanita tanpa PCOS tetapi mengalami obesitas, siklus haid panjang, atau gangguan metabolik juga memiliki IR yang berdampak buruk pada kesuburan. Pada kelompok ini, IR dapat:

  • Mengganggu pematangan oosit,
  • Mengurangi kualitas blastokista,
  • Menyebabkan disfungsi endometrium,
  • Menurunkan angka keberhasilan program bayi tabung (IVF/ART).

Terapi dan Pendekatan Penanganan

Mengatasi IR pada  infertil menjadi bagian penting dalam perencanaan terapi. Beberapa pendekatan yang digunakan adalah:

  • Perubahan gaya hidup: menurunkan berat badan, memperbaiki pola makan, dan meningkatkan aktivitas fisik.
  • Metformin: obat yang meningkatkan sensitivitas insulin sekaligus membantu mengatur siklus menstruasi pada pasien PCOS.
  • Inositol (Myo-inositol dan D-Chiro inositol): suplemen yang mulai banyak digunakan untuk memperbaiki sensitivitas insulin dengan efek samping minimal.
  • Terapi kombinasi: karena etiologi IR kompleks, sering kali dibutuhkan pendekatan multidisiplin.

Insulin resistance memiliki peran besar dalam infertilitas, baik pada pasien dengan PCOS maupun tanpa PCOS. Dampaknya mencakup gangguan perkembangan sel telur, penurunan kualitas embrio, endometrium yang kurang reseptif, hingga menurunnya keberhasilan program reproduksi berbantu.

Oleh karena itu, mengidentifikasi dan menangani IR lebih awal sangat penting untuk meningkatkan peluang kehamilan, mencegah komplikasi kehamilan, serta melindungi kesehatan jangka panjang keturunan. Informasi manarik lainnya jangan lupa follow Instagram @menujuduagaris.id

Referensi

Lei, R., Chen, S., & Li, W. (2024). Advances in the study of the correlation between insulin resistance and infertility. Front. Endocrinol.(Lausanne). 2024; 15: 1288326.

PCOS, Risiko Genetik, dan Faktor Lingkungan yang Perlu Kamu Tahu

September 13, 2025

PCOS atau Polycystic Ovarian Syndrome adalah salah satu masalah kesehatan paling sering dialami perempuan usia subur. Gejalanya bukan cuma haid tidak teratur, tapi juga bisa berupa kenaikan berat badan, tumbuh rambut berlebih, hingga resistensi insulin.
Lebih dari itu, PCOS juga jadi penyebab utama infertilitas pada perempuan, serta bisa meningkatkan risiko penyakit metabolik dan kardiovaskular. Pelajari lebih lanjut yuk sister!

Gen Juga Bisa Jadi Pemicu PCOS

Selain gaya hidup dan lingkungan, ternyata faktor genetik juga berperan besar. Salah satu gen yang sering dikaitkan dengan PCOS adalah gen Adiponektin (ADIPOQ).
Gen ini mengatur produksi adiponektin protein yang diproduksi jaringan lemak dan penting untuk metabolisme lemak serta gula darah.

Penelitian menemukan bahwa variasi genetik tertentu (disebut single nucleotide polymorphisms / SNPs) pada ADIPOQ, seperti rs1501299 dan rs17300539, bisa meningkatkan kerentanan terhadap PCOS. Pada perempuan dengan varian tertentu pada gen ini biasanya memiliki kadar adiponektin lebih rendah, sehingga lebih rentan mengalami obesitas dan resistensi insulin. Dua kondisi ini sangat erat kaitannya dengan PCOS.

Faktor Lingkungan yang Tak Boleh Diremehkan

Meski genetik berpengaruh, PCOS tetap bersifat multifaktorial. Artinya, lingkungan dan gaya hidup juga punya peran besar. Beberapa faktor risiko yang terbukti meningkatkan kemungkinan PCOS antara lain:

  • Obesitas
  • Merokok atau paparan asap rokok
  • Riwayat keluarga dengan PCOS
  • Perkawinan sedarah (consanguinity)
  • Paparan lingkungan berbahaya seperti pestisida atau limbah industri

Apa Artinya Buat Kita?

PCOS bukan kondisi tunggal dengan satu penyebab. Sebaliknya, ia lahir dari interaksi genetik, lingkungan, dan gaya hidup. Itu artinya, perempuan yang punya riwayat keluarga PCOS atau gejala sejak dini sebaiknya lebih waspada dan rutin melakukan pemeriksaan kesehatan.

Di masa depan, identifikasi biomarker genetik seperti SNP pada gen ADIPOQ bisa membantu skrining dini dan memungkinkan pengobatan yang lebih personal.

PCOS adalah kondisi kompleks, tapi bukan berarti tak bisa dikelola. Pemahaman yang baik tentang faktor genetik dan lingkungan bisa membantu deteksi dini, pencegahan, dan penanganan yang lebih tepat bukan hanya lewat terapi medis, tapi juga dengan perubahan gaya hidup sehat yang berkelanjutan. Informasi lebih lanjut jangan lupa follow Instagram @menujuduagaris.id

Referensi

Mushtaq, A., Bibi, A., Malik, S., & Kausar, N. (2025). Association of SNPs rs1501299 and rs17300539 in ADIPOQ with Serum Adiponectin Level and risk of Polycystic Ovarian Syndrome (PCOS) in population of Southern Punjab, Pakistan. Pakistan Journal of Medical Sciences, 41(6), 1651.

Jumlah Sperma Banyak, Belum Tentu Cepat Hamil

September 13, 2025

 

Kalau bicara soal program hamil, analisis sperma biasanya jadi pemeriksaan pertama yang dilakukan. Selama ini, banyak orang mengira kalau semakin banyak jumlah sperma, maka peluang untuk cepat punya anak juga semakin besar. Nyatanya, penelitian di Denmark justru menemukan hasil yang sedikit berbeda.

Ketika Jumlah Sperma Diukur

Dalam penelitian ini, ratusan pasangan muda yang baru pertama kali mencoba punya anak diminta berhenti menggunakan kontrasepsi. Para pria memberikan sampel sperma, lalu para peneliti mengikuti perjalanan mereka selama enam siklus menstruasi untuk melihat apakah terjadi kehamilan.

Hasilnya cukup menarik:

  • Pasangan dengan jumlah sperma 40 juta/ml atau lebih punya peluang hamil sekitar 65%.
  • Pasangan dengan jumlah sperma kurang dari 40 juta/ml punya peluang sekitar 51%.

Artinya, memang ada pengaruh jumlah sperma terhadap peluang hamil. Tapi di atas 40 juta/ml, jumlah sperma yang lebih banyak tidak lagi menambah peluang kehamilan.

Kualitas Lebih Penting daripada Kuantitas

Faktor yang justru lebih berpengaruh adalah morfologi sperma atau bentuk sperma yang normal. Sperma dengan bentuk yang baik lebih mudah membuahi sel telur, meskipun jumlahnya tidak sebanyak pria lain.

Sebaliknya, volume semen dan kecepatan gerak sperma ternyata tidak begitu menentukan. Jadi, bukan berarti sperma yang berenang cepat selalu menang duluan.

Apa Artinya untuk Pasangan Promil?

Penelitian ini mengingatkan kita bahwa:

  • Jumlah sperma banyak belum tentu langsung menjamin cepat hamil.
  • Kualitas sperma, terutama bentuk yang normal, punya peran besar dalam keberhasilan kehamilan.
  • Pemeriksaan sperma sebaiknya tidak hanya berhenti di angka jumlah, tapi juga melihat faktor lain yang lebih detail.

Kesuburan pria itu kompleks. Jumlah sperma memang penting, tapi kualitas sperma tidak kalah pentingnya. Jadi, bagi pasangan yang sedang berjuang untuk punya momongan, jangan kaget kalau hasil analisis sperma normal tapi tetap butuh pemeriksaan lebih lanjut.

Karena pada akhirnya, dalam perjalanan menuju dua garis, kualitas sering kali lebih menentukan daripada sekadar kuantitas. Informasi lebih lanjut jangan lupa follow Instagram @menujuduagaris.id

Referensi

Bonde, J. P. E., Ernst, E., Jensen, T. K., Hjollund, N. H. I., Kolstad, H., Scheike, T., … & Olsen, J. (1998). Relation between semen quality and fertility: a population-based study of 430 first-pregnancy planners. The Lancet, 352(9135), 1172-1177.

MDG Cetak Sejarah: Infertility Yoga Online Perdana untuk Dukung Pejuang Dua Garis

September 10, 2025

 

Menuju Dua Garis (MDG) kembali mencatat langkah penting dalam mendukung pasangan yang sedang berjuang mendapatkan momongan. Untuk pertama kalinya, MDG mengadakan infertility yoga secara online bersama dr. Astie Young, sebuah gebrakan baru yang belum pernah dilakukan komunitas lain.

Yoga, Stress, dan Kesuburan

Stress seringkali menjadi penghalang besar dalam program hamil. Saat tubuh mengalami stress, hormon adrenalin dan kortisol meningkat. Jika berlebihan, hormon ini bisa memicu peradangan dan mengganggu keseimbangan hormon reproduksi.

Di sinilah yoga hadir sebagai solusi. Bukan hanya olahraga, yoga terbukti secara ilmiah membantu tubuh menghasilkan endorfin – hormon bahagia yang membuat hati lebih tenang, melancarkan sirkulasi darah, dan menjaga kesehatan jantung.

Praktik Infertility Yoga Perdana

Dalam sesi perdana ini, dr. Astie mengajak peserta MDG untuk mempraktikkan langsung gerakan fertility yoga. Latihan ini dirancang bukan sekadar menguatkan tubuh, tapi juga menyatukan pikiran dan rahim agar lebih siap menyambut kehamilan.

Seorang peserta sempat bertanya:“Dok, bagaimana idealnya gerakan fertility yoga dan akupuntur?”

  1. Astie menjawab bahwa kuncinya ada pada pernapasan dan sensing – kemampuan menyatukan tubuh dan pikiran. Latihan sederhana ini sebaiknya dilakukan setiap hari, karena membantu mengontrol emosi dan menurunkan kadar stres yang berpengaruh langsung pada rahim.

Pikiran dan Rahim, Dua Hal yang Saling Terhubung

Menurut dr. Astie, rahim dan pikiran punya hubungan yang sangat erat. Jika pikiran terganggu, rahim juga bisa ikut terpengaruh. Karena itu, baik yoga maupun akupuntur sama-sama menekankan pentingnya ketenangan jiwa untuk mendukung kesehatan reproduksi.

Pesan untuk Para Pejuang Dua Garis

Sesi ini menegaskan satu hal penting:

  • Stress management adalah kunci kesuburan.
  • Fertility yoga dapat membantu menyeimbangkan hormon dan emosi.
  • Gerakan sederhana dan pernapasan bisa dilakukan setiap hari di rumah.
  • Ketenangan pikiran berdampak langsung pada kesehatan rahim.

Dengan gebrakan ini, MDG tidak hanya menghadirkan edukasi medis, tetapi juga ruang aman bagi para pejuang dua garis untuk menjaga tubuh dan pikiran tetap seimbang.

Harapan itu selalu ada, bahkan bisa dimulai dari sebuah napas yang tenang. 

komunitas edukasi dan dukungan bagi pasangan yang tengah berjuang mendapatkan keturunan. MDG secara konsisten menghadirkan diskusi ilmiah, sharing pengalaman, hingga inovasi program yang relevan dengan kebutuhan pejuang dua garis.

Ke depan, MDG berkomitmen untuk terus menghadirkan program-program inovatif, baik secara online maupun offline, agar semakin banyak pasangan dapat merasakan manfaatnya dan menemukan harapan baru dalam perjalanan mereka menuju kehamilan.

Menuju Dua Garis (MDG) kembali mencatat langkah penting dalam mendukung pasangan yang sedang berjuang mendapatkan momongan. Untuk pertama kalinya, MDG mengadakan infertility yoga secara online bersama dr. Astie Young, sebuah gebrakan baru yang belum pernah dilakukan komunitas lain.

Yoga, Stress, dan Kesuburan

Stress seringkali menjadi penghalang besar dalam program hamil. Saat tubuh mengalami stress, hormon adrenalin dan kortisol meningkat. Jika berlebihan, hormon ini bisa memicu peradangan dan mengganggu keseimbangan hormon reproduksi.

Di sinilah yoga hadir sebagai solusi. Bukan hanya olahraga, yoga terbukti secara ilmiah membantu tubuh menghasilkan endorfin – hormon bahagia yang membuat hati lebih tenang, melancarkan sirkulasi darah, dan menjaga kesehatan jantung.

Praktik Infertility Yoga Perdana

Dalam sesi perdana ini, dr. Astie mengajak peserta MDG untuk mempraktikkan langsung gerakan fertility yoga. Latihan ini dirancang bukan sekadar menguatkan tubuh, tapi juga menyatukan pikiran dan rahim agar lebih siap menyambut kehamilan.

Seorang peserta sempat bertanya:“Dok, bagaimana idealnya gerakan fertility yoga dan akupuntur?”

  1. Astie menjawab bahwa kuncinya ada pada pernapasan dan sensing – kemampuan menyatukan tubuh dan pikiran. Latihan sederhana ini sebaiknya dilakukan setiap hari, karena membantu mengontrol emosi dan menurunkan kadar stres yang berpengaruh langsung pada rahim.

Pikiran dan Rahim, Dua Hal yang Saling Terhubung

Menurut dr. Astie, rahim dan pikiran punya hubungan yang sangat erat. Jika pikiran terganggu, rahim juga bisa ikut terpengaruh. Karena itu, baik yoga maupun akupuntur sama-sama menekankan pentingnya ketenangan jiwa untuk mendukung kesehatan reproduksi.

Pesan untuk Para Pejuang Dua Garis

Sesi ini menegaskan satu hal penting:

  • Stress management adalah kunci kesuburan.
  • Fertility yoga dapat membantu menyeimbangkan hormon dan emosi.
  • Gerakan sederhana dan pernapasan bisa dilakukan setiap hari di rumah.
  • Ketenangan pikiran berdampak langsung pada kesehatan rahim.

Dengan gebrakan ini, MDG tidak hanya menghadirkan edukasi medis, tetapi juga ruang aman bagi para pejuang dua garis untuk menjaga tubuh dan pikiran tetap seimbang.

Harapan itu selalu ada, bahkan bisa dimulai dari sebuah napas yang tenang. 

komunitas edukasi dan dukungan bagi pasangan yang tengah berjuang mendapatkan keturunan. MDG secara konsisten menghadirkan diskusi ilmiah, sharing pengalaman, hingga inovasi program yang relevan dengan kebutuhan pejuang dua garis.

Ke depan, MDG berkomitmen untuk terus menghadirkan program-program inovatif, baik secara online maupun offline, agar semakin banyak pasangan dapat merasakan manfaatnya dan menemukan harapan baru dalam perjalanan mereka menuju kehamilan.

Recap Sesi 07 with dr. M. Aerul Chakra Alibasya, SpOG., Subsp F.E.R “Mengelola Endometriosis & AMH Rendah Harapan Tetap Ada”

September 10, 2025

Banyak perempuan merasa putus asa ketika mendengar diagnosis endometriosis ditambah dengan angka AMH rendah. Dua kondisi ini sering dianggap sebagai “jalan buntu” dalam program hamil, sehingga IVF (bayi tabung) dipandang sebagai satu-satunya solusi.

Tapi benarkah begitu? Dalam sesi terakhir bersama dr. M. Aerul Chakra Alibasya, SpOG., Subsp F.E.R, dibahas tuntas bahwa masih ada harapan lain bagi pasangan dengan kondisi ini.

Salah satu peserta Menuju Dua Garis Bertanya,

“Dok, saya 29 tahun dengan endometriosis dan AMH 0,59. Suami saya 31 tahun, kualitas spermanya kurang tapi sedang diperbaiki. Apakah kami masih bisa promil alami atau inseminasi, atau harus langsung IVF?”

Pertanyaan ini sering muncul di ruang konsultasi, dan mewakili banyak pasangan yang merasa peluangnya kecil.

Menurut dr. Aerul, tidak semua kasus endometriosis harus langsung IVF. Ada beberapa hal penting yang perlu dilihat lebih dulu:

  • Derajat endometriosis – Diagnosis lengkap dengan ultrasonografi penting untuk menentukan tingkat keparahan.
  • Jenis endometriosis – Tidak selalu berupa kista. Bisa berupa superfisial, adenomiosis, atau bentuk lain yang tetap memungkinkan peluang hamil alami.
  • Kondisi tuba & sperma – Jika saluran tuba tidak tersumbat dan kualitas sperma memadai, peluang promil alami maupun inseminasi masih terbuka.

Bagaimana dengan AMH Rendah?

AMH (Anti-Müllerian Hormone) sering membuat pasien khawatir, terutama jika nilainya rendah seperti 0,59.

dr. Aerul menekankan bahwa:

  • AMH hanya berbicara tentang jumlah sel telur (quantity), bukan kualitas.
  • Banyak penelitian menunjukkan bahwa meski jumlah sel telur sedikit, kemampuan sel telur untuk menjadi embrio sehat tidak berkurang.
  • Faktor yang lebih menentukan adalah usia. Pada usia 29 tahun, peluang keberhasilan kehamilan masih cukup baik, meskipun AMH rendah.

Harapan Tetap Ada

Kesimpulannya, endometriosis dan AMH rendah memang menantang, tetapi bukan berarti menutup semua jalan. IVF memang bisa menjadi opsi, tapi bukan satu-satunya. Dengan diagnosis yang tepat, pemeriksaan menyeluruh, serta memperhatikan faktor usia, promil alami dan inseminasi tetap mungkin dilakukan.

Jadi, sister, jangan menyerah dulu. Setiap tubuh punya jalannya sendiri, dan selalu ada harapan di balik angka dan diagnosis medis. 

 

Micro-TESE Sebagai Harapan Baru untuk Pria dengan Azoospermia Non-Obstruktif

September 9, 2025

 

Sister dan paksu harus tahu Infertilitas pria bisa disebabkan oleh banyak hal, salah satunya adalah azoospermia non-obstruktif (NOA). Kondisi ini terjadi ketika testis mengalami gangguan dalam memproduksi sperma. Berbeda dengan azoospermia obstruktif yang disebabkan oleh sumbatan saluran sperma, pada NOA masalah utamanya ada di dalam testis itu sendiri.

Bagi pria dengan NOA, kemungkinan menemukan sperma dalam ejakulat sangat kecil. Meski begitu, penelitian menunjukkan bahwa sebagian kecil jaringan testis masih bisa menghasilkan sperma, walaupun dalam jumlah yang sangat terbatas. Inilah yang kemudian menjadi peluang untuk melakukan teknik pengambilan sperma langsung dari testis.

Apa Itu Micro-TESE?

Salah satu metode yang paling sering digunakan untuk mencari sperma pada pria dengan NOA adalah microdissection testicular sperm extraction (micro-TESE). Prosedur ini menggunakan mikroskop bedah untuk membantu dokter mengidentifikasi area jaringan testis yang berpotensi masih memproduksi sperma.

Keunggulan micro-TESE terletak pada presisi yang tinggi. Dengan mikroskop, dokter bisa melihat lebih jelas perbedaan antara jaringan yang sehat dan yang tidak. Dari area yang dianggap masih aktif, sperma kemudian diambil dan digunakan dalam program bayi tabung dengan metode ICSI (intracytoplasmic sperm injection), yaitu penyuntikan sperma langsung ke dalam sel telur.

Mengapa Micro-TESE Lebih Unggul?

Sebelum ada micro-TESE, prosedur pengambilan sperma dilakukan dengan metode konvensional tanpa bantuan mikroskop. Masalahnya, cara tersebut seringkali kurang efektif dan berisiko merusak jaringan testis lebih luas.

Dengan micro-TESE, peluang menemukan sperma meningkat. Metode ini sangat bermanfaat, terutama bagi pasien dengan kondisi testis yang parah, seperti pada kasus sindrom Sertoli cell-only, dimana hampir seluruh sel penghasil sperma tergantikan oleh sel penunjang. Selain itu, risiko komplikasi pasca operasi juga relatif rendah, sehingga dianggap aman bagi pasien.

Bagaimana dengan Peluang Kehamilan?

Sperma yang ditemukan melalui micro-TESE memang sangat sedikit, tetapi kualitasnya masih cukup baik untuk membuahi sel telur. Saat digunakan dalam prosedur ICSI, sperma ini dapat menghasilkan embrio yang sehat.

Sejumlah laporan klinis menunjukkan bahwa tingkat keberhasilan kehamilan pada pasangan yang menjalani micro-TESE cukup menjanjikan. Bahkan, banyak pasangan akhirnya berhasil melahirkan anak yang sehat melalui prosedur ini. Meski begitu, para ahli menekankan bahwa data mengenai kesehatan jangka panjang anak masih perlu diteliti lebih lanjut.

Tantangan Micro-TESE

Karena ternyata walaupun menjanjikan, micro-TESE bukan tanpa tantangan. Prosedur ini memerlukan keterampilan tinggi dari dokter, peralatan khusus, serta pengalaman dalam menangani kasus NOA. Tidak semua pusat fertilitas memiliki kemampuan ini.

Selain itu, meskipun peluangnya meningkat, tetap ada sebagian pasien di mana sperma sama sekali tidak dapat ditemukan. Situasi ini bisa menjadi tantangan emosional bagi pasangan yang sudah berharap besar.

Jadi meski Micro-TESE saat ini dianggap sebagai “gold standard” dalam pengambilan sperma pada pasien NOA. Namun, penelitian lebih lanjut masih dibutuhkan. Para ahli mendorong adanya uji klinis yang lebih besar dan terkontrol untuk benar-benar memahami seberapa efektif prosedur ini, termasuk dalam hal keberhasilan jangka panjang dan dampaknya terhadap kesehatan anak.

Di masa depan, kombinasi micro-TESE dengan teknologi lain misalnya biomarker baru atau analisis genetik mungkin bisa meningkatkan akurasi dalam menemukan sperma dan memperbesar peluang keberhasilan.

Azoospermia non-obstruktif sering dianggap sebagai kondisi yang menutup jalan menuju keturunan. Namun, perkembangan teknik bedah modern seperti micro-TESE telah membuka harapan baru. Dengan presisi tinggi, risiko komplikasi rendah, dan peluang kehamilan yang nyata, prosedur ini menjadi pilihan penting dalam manajemen infertilitas pria akibat NOA. Bagi sister dan paksu yang menghadapi tantangan ini, micro-TESE bisa menjadi langkah berarti dalam perjalanan mereka menuju keluarga yang diimpikan.

Referensi

  • Achermann, A. P., Pereira, T. A., & Esteves, S. C. (2021). Microdissection testicular sperm extraction (micro-TESE) in men with infertility due to nonobstructive azoospermia: summary of current literature. International Urology and Nephrology, 53(11), 2193-2210.

Optimalkan Kesuburan Pria untuk Promil Alami & Inseminasi

September 8, 2025

 

Pada sesi keempat Fertility Bootcamp, dr. Maitra membahas pentingnya peran pria dalam keberhasilan program hamil, baik secara alami maupun melalui inseminasi. Beliau menekankan bahwa kualitas sperma saat ini sedang menjadi perhatian global.

Tren penurunan kualitas sperma ditunjukkan melalui data yang menunjukkan bahwa pada tahun 1973, rata-rata jumlah sperma pria mencapai 101 juta/ml. Namun, pada 2018 angka tersebut turun drastis menjadi hanya 49 juta/ml hampir separuhnya. Fakta ini menegaskan bahwa menjaga kesuburan pria sama pentingnya dengan perempuan. Promil bukan hanya urusan perempuan, tetapi juga laki-laki.

Penyebab Masalah Sperma

Ada banyak faktor yang dapat memengaruhi kualitas sperma, antara lain:

  • Faktor genetik & kromosom
    Beberapa pria mengalami infertilitas karena kelainan genetik atau kromosom. Misalnya sindrom Klinefelter, di mana kromosom seks tidak normal sehingga testis tidak mampu memproduksi sperma dengan baik. Mutasi gen tertentu juga bisa mengganggu pembentukan sperma, bahkan ada yang menyebabkan sperma sama sekali tidak terbentuk.
  • Gangguan pada testis dan saluran sperma
    Kerusakan pada testis, baik akibat infeksi, cedera, atau varikokel (pelebaran pembuluh darah di sekitar testis), bisa menurunkan produksi sperma. Selain itu, bila saluran sperma tersumbat atau tidak terbentuk dengan sempurna, sperma tidak bisa keluar meskipun diproduksi.
  • Ketidakseimbangan hormon
    Produksi sperma sangat dipengaruhi oleh hormon, terutama testosteron dan hormon lain dari kelenjar pituitari. Bila terjadi ketidakseimbangan, misalnya kadar hormon terlalu rendah atau terlalu tinggi, proses produksi sperma bisa terganggu.
  • Masalah organ reproduksi lain
    Selain testis dan saluran sperma, organ reproduksi lain seperti prostat atau vesikula seminalis juga berperan dalam kesuburan. Infeksi atau kelainan pada organ-organ ini bisa memengaruhi kualitas sperma atau cairan semen.
  • Penyakit kronis
    Kondisi medis jangka panjang, seperti diabetes, penyakit ginjal, atau kanker, dapat berdampak pada fungsi reproduksi pria. Pengobatan tertentu, seperti kemoterapi, juga berpotensi merusak sel-sel penghasil sperma di testis.
  • Gaya hidup seperti obesitas, merokok, pola makan tidak sehat, hingga stres
    Faktor gaya hidup sangat berpengaruh. Obesitas bisa mengganggu keseimbangan hormon. Merokok, konsumsi alkohol berlebihan, dan pola makan tidak sehat dapat menurunkan kualitas sperma. Stres berkepanjangan juga dapat memengaruhi hormon dan menurunkan peluang kesuburan.

Jenis kelainan sperma

Beberapa kondisi yang sering ditemukan pada analisis sperma, antara lain:

  • Asthenozoospermia → sperma bergerak lemah
  • Teratozoospermia → bentuk sperma abnormal
  • Oligozoospermia → jumlah sperma sedikit
  • Azoospermia → tidak ditemukan sperma sama sekali

Mengapa Analisis Sperma Penting?

Salah satu hal yang sering diabaikan adalah fakta bahwa laki-laki dengan infertilitas sering kali tidak menunjukkan gejala apa pun. Karena itu, analisis sperma merupakan langkah awal penting dalam program hamil.

Q&A bersama dr. Maitra dalam sesi tanya jawab, salah satu peserta (PDG) berbagi pengalaman: “Setelah hamil alami dengan morfologi normal 4%, saya sempat hamil namun mengalami terminasi di usia 11 minggu. Setelah itu, suami hanya diresepkan vitamin. Tapi tiga bulan kemudian, morfologinya justru turun. Kok bisa?” dr. Maitra menjelaskan bahwa penurunan ini bisa terjadi karena beberapa hal:

  1. Faktor pemeriksaan → morfologi sperma sangat subjektif, tergantung pemeriksa.
  2. Hasil sebaiknya dikonfirmasi dengan pemeriksaan ulang dalam interval 2–8 minggu.
  3. Kondisi sementara seperti flu, demam, duduk lama, trauma, hingga olahraga berat juga bisa memengaruhi hasil.

Lebih penting lagi, menurut dr. Maitra, adalah memeriksa DNA fragmentasi sperma. Karena bentuk sperma boleh saja berbeda, tetapi kualitas DNA-lah yang paling menentukan.

Faktor risiko keguguran

  1. Maitra juga mengingatkan bahwa sekitar 70% penyebab keguguran berasal dari faktor janin, 25% dari tubuh ibu, dan 5% sisanya dari faktor lain. Jika keguguran terjadi berulang, maka pemeriksaan genetik perlu dipertimbangkan, termasuk opsi promil seperti inseminasi dengan pencucian sperma.

Pesan penutup dr. Maitra menekankan: “Bahwa keajaiban itu ada. Kita tugasnya berusaha, biar Tuhan yang menentukan.”

Mengatur Siklus, Meningkatkan Peluang, dan Meraih Kesuburan Optimal

September 6, 2025

Sesi kelima Fertility Bootcamp menghadirkan dr. Darma yang membahas tuntas tentang siklus haid dan kaitannya dengan peluang kehamilan. Beliau menekankan bahwa memahami siklus menstruasi adalah langkah awal yang sangat penting bagi setiap perempuan yang sedang merencanakan kehamilan.

Siklus haid sebagai fondasi kesuburan

Siklus haid yang sehat berlangsung 24–38 hari, dengan durasi haid 2–8 hari dan volume darah kurang dari 80 mL. Menstruasi terjadi karena turunnya hormon progesteron setelah ovulasi. Itu artinya, haid yang normal biasanya didahului oleh ovulasi. Jika siklus terganggu, maka ovulasi juga berpotensi ikut terganggu.

Mengapa ovulasi penting? Tanpa ovulasi, sel telur tidak dilepaskan, sehingga pembuahan tidak mungkin terjadi. Karena itu, sangat penting bagi perempuan untuk mengenali kapan ovulasi berlangsung agar dapat memaksimalkan peluang kehamilan.

Cara memprediksi ovulasi

Ada beberapa metode yang bisa membantu perempuan mengetahui masa suburnya:

  • Kalender menstruasi: ovulasi biasanya terjadi sekitar 14 hari sebelum haid berikutnya.
    Ovulation test (LH test): mendeteksi lonjakan hormon LH, tanda ovulasi akan terjadi 24–36 jam ke depan.
  • Suhu badan basal: suhu tubuh sedikit naik setelah ovulasi.
  • Lendir serviks: menjelang ovulasi menjadi bening, licin, dan elastis menyerupai putih telur.

Faktor yang memengaruhi siklus haid

Beberapa faktor yang perlu diperhatikan agar siklus tetap sehat:

  • Pola nutrisi
  • Keseimbangan hormon
  • Manajemen stres
  • Aktivitas olahraga
  • Konsultasi medis jika ada keluhan

Nutrisi sangat memengaruhi kesehatan siklus haid. Pada pasien PCOS, misalnya, penurunan berat badan 5–10% dalam setahun dapat membantu memperbaiki siklus. Perempuan juga dianjurkan mengonsumsi serat minimal 25 gram per hari, cukup protein, serta karbohidrat seimbang.

Sementara itu, perempuan dengan berat badan rendah (underweight) sebaiknya berkonsultasi dengan ahli gizi untuk mencapai BMI minimal 18, karena siklus normal sulit tercapai bila berat badan terlalu rendah.

Masa subur yang singkat dr. Darma mengingatkan bahwa masa subur perempuan sangat singkat. Sel telur hanya bertahan hidup sekitar 24 jam, sedangkan sperma bisa bertahan hingga 5 hari. Karena itu, hubungan intim yang dilakukan di sekitar masa ovulasi adalah kunci untuk meningkatkan peluang hamil.

Q&A – Anovulasi meski haid lancar

Dalam sesi tanya jawab, muncul pertanyaan: Apakah bisa mengalami anovulasi meskipun haidnya lancar?

Jawaban dr. Darma: Bisa.
Meski 90% perempuan dengan siklus teratur mengalami ovulasi, sekitar 10% lainnya justru tidak ovulasi meskipun haidnya terlihat normal.

Hal ini terjadi karena syarat menstruasi adalah adanya folikel besar yang berovulasi, lalu membentuk korpus luteum yang menghasilkan progesteron. Jika folikel tidak matang, maka progesteron tidak terbentuk dan ovulasi tidak terjadi.

Untuk memastikan, pemeriksaan dapat dilakukan melalui: USG transvaginal untuk melihat perkembangan folikel dan Pemeriksaan kadar progesteron (P4) Jika tinggi → ovulasi terjadi Jika rendah → perlu observasi lebih lanjut

Pesan dr. Darma, Haid yang lancar belum tentu menjamin ovulasi terjadi. Karena itu, penting untuk memantau siklus secara cermat, menjaga nutrisi, mengelola stres, dan melakukan pemeriksaan medis bila diperlukan, terutama bagi pasangan yang sedang berjuang untuk memperoleh kehamilan.

 

  • « Previous
  • 1
  • …
  • 6
  • 7
  • 8
  • 9
  • 10
  • …
  • 57
  • Next »
ayo-gabung-mdg

Tentang MDG

Menuju Dua Garis merupakan komunitas yang dibentuk oleh Rosiana Alim, atau akrab disapa Mizz Rosie untuk berbagi kisah perjuangan hidupnya dalam menantikan buah hati serta mewadahi para wanita yang sedang berjuang menghadapi infertilitas dan menantikan kehadiran buah hati.

Join Komunitas MDG

Join Komunitas

Follow Social Media Kami

© 2025 Menuju Dua Garis. All Rights Reserved.