• Skip to main content
Menuju Dua Garis
  • Home
  • About Us
  • Our Story
  • Articles
  • Services
  • Kata Mereka
  • Join Us
×
  • Home
  • About Us
  • Our Story
  • Articles
  • Services
  • Kata Mereka
  • Join Us

Artikel Informasi Untuk Pejuang Dua Garis

Apakah LH dan FSH Benar-benar Penting dalam Spermatogenesis pada Pria?

June 4, 2025

 

Sister dan paksu sudah tahu jika LH dan FSH itu penting buat kesuburan pria. Tapi, seberapa penting, sih, sebenarnya? Apakah tanpa salah satunya sperma tetap bisa diproduksi? Nah, yuk bahas bareng dengan MDG karena ini akan sangat penting untuk infertilitas paksu, baca sampai habis ya!

FSHR Rusak Tapi Masih Bisa Punya Anak?

Ada kasus menarik dari Finlandia di mana beberapa pria ditemukan memiliki mutasi inaktif pada gen reseptor FSH (FSHR). Mutasi ini menyebabkan protein reseptor FSH mereka tidak muncul dengan sempurna di permukaan sel, sehingga reseptor tidak bisa menerima sinyal hormon FSH dengan baik.

Yang unik, dari lima pria dengan mutasi ini, tidak ada yang benar-benar mengalami azoospermia (tanpa sperma sama sekali). Sebagian memiliki sperma normal (normozoospermia), dan sebagian lain mengalami oligozoospermia parah (jumlah sperma sangat sedikit). Empat dari mereka mengalami subfertilitas atau gangguan kesuburan, tetapi dua di antaranya tetap berhasil menjadi ayah dari dua anak!

Mereka memang memiliki kadar FSH yang tinggi dalam darah — kemungkinan sebagai respons tubuh yang berusaha ‘mengimbangi’ kerusakan pada reseptor. Studi laboratorium menunjukkan bahwa meski reseptor rusak, sebagian kecil dari reseptor mutan ini masih mampu menangkap sinyal FSH jika kadar hormon sangat tinggi.

Jadi, bagaimana ini bisa terjadi? Dengan kadar FSH yang sangat tinggi, ada sedikit aktivasi yang tetap bisa terjadi pada reseptor yang rusak. Ibaratnya, meski antenanya rusak, kalau sinyalnya sangat kuat, tetap ada kemungkinan nyambung sedikit. Ini mirip dengan kasus wanita yang punya mutasi reseptor LH inaktif, tapi tetap bisa merespons hormon hCG dalam dosis tinggi.

Kesimpulannya, reseptor FSH yang rusak total memang bisa mengganggu proses pembentukan sperma, tapi belum tentu menyebabkan infertilitas total. Semua tergantung seberapa parah kerusakannya dan seberapa tinggi kadar FSH di tubuh.

Gimana Kalau Permasalahan Ada di FSH-nya?

Nah, beda cerita kalau masalahnya bukan di reseptornya, tapi justru di hormon FSH-nya sendiri, tepatnya di bagian subunit beta FSH. Kerna laki-laki dengan permasalahan hormon FSH mereka cenderung mengalami azoospermia total, alias nggak ada sperma sama sekali, dan tentu saja jadi infertil.

Dapat kita lihat ternyata fungsi FSH ini krusial sejak masa perkembangan awal—bahkan sejak masa pubertas. Jadi kalau baru diobati pas dewasa, kerusakan atau “ketinggalannya” udah nggak bisa diperbaiki. Artinya, FSH nggak bisa ‘mengejar ketertinggalan’ kalau sistem pembentuk spermanya udah telanjur nggak berkembang sejak awal.

Fakta yang dapat sister dan paksu pahami bahwa:

  1. FSH itu penting banget untuk spermatogenesis manusia.
    Buktinya, mutasi pada gen FSH atau reseptornya berhubungan dengan gangguan produksi sperma.

  2. Mutasi FSHβ = infertil total.
    Mutasi di hormon itu sendiri berdampak lebih fatal dibandingkan mutasi di reseptornya.

  3. Reseptor FSH rusak belum tentu bikin mandul.
    Masih ada kemungkinan spermatogenesis jalan meski terganggu, tergantung tingkat kerusakan dan adaptasi tubuh.

  4. Waktu itu krusial.
    FSH kemungkinan punya peran penting saat masa perkembangan, yang nggak bisa digantikan kalau baru diintervensi saat dewasa.

Dari kasus-kasus langka ini, kita belajar bahwa sistem hormonal dalam tubuh manusia jauh dari kata sederhana. FSH dan reseptornya bekerja seperti kunci dan gembok karena jika salah satu rusak, bisa saja masih ada celah untuk “membuka”, tapi nggak akan seefektif versi normalnya. Sister dan paksu juga harus aware bahwa kesuburan pria itu nggak hanya soal jumlah sperma, tapi juga melibatkan kerjasama kompleks antara gen, hormon, dan waktu perkembangan. Informasi menarik lainnya jangan lupa follow Instagram @menujuduagaris.id

Referensi

  • Siegel, E.T.; Kim, H.-G.; Nishimoto, H.K.; Layman, L.C. The Molecular Basis of Impaired Follicle-Stimulating Hormone Action: Evidence from Human Mutations and Mouse Models. Reprod. Sci. 2013, 20, 211–233. [Google Scholar] [CrossRef] [Green Version]
  • Tapanainen, J.S.; Aittomäki, K.; Min, J.; Vaskivuo, T.; Huhtaniemi, I.T. Men Homozygous for an Inactivating Mutation of the Follicle-Stimulating Hormone (FSH) Receptor Gene Present Variable Suppression of Spermatogenesis and Fertility. Nat. Genet. 1997, 15, 205–206. [Google Scholar] [CrossRef]

 

Terapi Testosteron: Solusi untuk Hipogonadisme, Tapi Bagaimana Dampaknya ke Kesuburan?

June 2, 2025

 

Pada kasus infertiltas paksu, salah satu terapi penggantian testosteron (testosterone replacement therapy atau TRT) telah menjadi andalan dalam mengobati pria dengan kadar testosteron rendah dan gejala hipogonadisme, seperti kelelahan, penurunan libido, dan gangguan mood. Seiring berkembangnya ilmu medis, kini tersedia berbagai bentuk TRT: dari sediaan oral, bukal, injeksi intramuskular, hingga patch transdermal, implan subdermal, dan semprotan nasal.

MDG saat ini ingin membahas lebih lanjut bagaimana terapi ini bukan tanpa risiko. Karena TRT eksogen berpotensi menekan kesuburan pria. Kok bisa?

Bagaimana TRT Bisa Mengganggu Kesuburan?

Kesuburan berupa hipogonadisme sendiri merupakan kondisi medis dimana kelenjar seks (gonad) pria (testis) atau wanita (ovarium) memproduksi hormon seks dalam jumlah yang kurang atau bahkan tidak memproduksi sama sekali. Kondisi ini dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, termasuk gangguan reproduksi, perubahan karakteristik seksual, dan masalah metabolisme. 

Tubuh pria memiliki sistem pengatur hormonal yang disebut sumbu hipotalamus–hipofisis–gonad (HPG). Sistem ini menjaga keseimbangan hormon, termasuk memicu produksi testosteron oleh sel Leydig di testis melalui sinyal hormon LH (luteinizing hormone).

Nah, ketika tubuh menerima testosteron dari luar (TRT eksogen), sumbu HPG “mengira” kadar testosteron sudah cukup — akibatnya, produksi LH ditekan. Ini menyebabkan testis berhenti memproduksi testosteron alami, dan kadar testosteron di dalam testis pun ikut turun drastis. Padahal, testosteron intratestikular ini krusial untuk proses pembentukan sperma (spermatogenesis). Akibatnya? Risiko infertilitas meningkat. Lalu kira-kira ada tidak alternatif untuk menyelesaikan masalah ini?

Alternatif Terapi dalam Meningkatkan Testosteron Tanpa Merusak Kesuburan

Bagi pria yang ingin menaikkan kadar testosteron tanpa mengorbankan kesuburan, terapi alternatif sedang dikembangkan dan sebagian sudah digunakan. Pendekatan ini bertujuan untuk merangsang produksi testosteron alami, bukan menggantikannya dari luar.

Beberapa opsi yang sedang digunakan atau diteliti antara lain:

  • Modulator reseptor estrogen selektif (SERM) seperti clomiphene citrate

  • Gonadotropin, termasuk hCG dan FSH

  • Inhibitor aromatase, yang mengurangi konversi testosteron menjadi estrogen

Meski demikian TRT bisa jadi solusi yang sangat membantu bagi pria dengan defisiensi testosteron. Tapi untuk sister dan paksu yang yang ingin melakukan program hamil, penting untuk berpikir dua kali dan berdiskusi dengan dokter. Terutama berkaitan dengan terapi yang meningkatkan testosteron alami sambil menjaga fungsi testis yang menjadi jalan tengah yang ideal. Informasi menarik lainnya jangan lupa follow Instagram @menujuduagaris.id.

Referensi

  • Khodamoradi, K., Khosravizadeh, Z., Parmar, M., Kuchakulla, M., Ramasamy, R., & Arora, H. (2021). Exogenous testosterone replacement therapy versus raising endogenous testosterone levels: current and future prospects. F&S Reviews, 2(1), 32-42.
  • https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/apa-itu-hipogonadisme

SERM untuk Endometriosis: Harapan Baru atau Masih Sekadar Wacana?

June 1, 2025

Sister dan paksu pasti pernah dengar salah satu penyebab infertilitas yaitu endometriosis. Infertilitas ini tentu lebih tidak asing buat banyak perempuan, apalagi yang sering mengalami nyeri haid hebat atau dispareunia (nyeri saat berhubungan intim). 

Penyakit ini terjadi saat jaringan yang seharusnya tumbuh di dalam rahim malah tumbuh di luar rahim. Kondisi ini kronis, berulang, dan bisa jadi biang masalah kesuburan. Nah kira-kira ada tidak ya penanganan yang tepat? Yuk pahami lebih lanjut!

SERM untuk Endometriosis

Kita tahu bahwa selama ini, pengobatan endometriosis umumnya fokus pada penekanan siklus menstruasi untuk meredakan gejala. Tapi, seiring berkembangnya penelitian, muncullah harapan baru seperti selective oestrogen receptor modulators  (SERM). Obat ini digadang-gadang bisa menargetkan hormon estrogen biang keladi utama dalam pertumbuhan jaringan endometriosis.

Nah karena endometriosis bergantung pada estrogen, para peneliti ingin tahu: bisakah SERM bekerja efektif untuk mengontrol gejala dan perkembangan endometriosis? 

Hasil studi menunjukkan bahwa raloxifene belum memberikan harapan yang meyakinkan dalam penanganan endometriosis; nyeri panggul justru lebih cepat kambuh dibanding plasebo, tidak ada bukti kuat terkait penurunan gejala lain seperti kista ovarium, sakit kepala, atau depresi, dan kualitas hidup mental malah lebih baik pada kelompok plasebo. Selain itu, tingkat kekambuhan endometriosis dan dampak terhadap kesuburan maupun biaya pengobatan masih belum jelas karena keterbatasan data dan hanya berasal dari satu studi kecil dengan kualitas bukti sangat rendah.

Jadi SERM faktanya belum bisa digunakan sebagai pengobatan efektif, lalu apa yang dapat dilakukan?

Penanganan endometriosis 

Saran seperti yang kutip oleh aladokter.com pengobatan bisa meliputi obat pereda nyeri seperti ibuprofen dan diklofenak, serta terapi hormon yang bekerja dengan menekan produksi estrogen, seperti pil KB, Gn-RH analog, progestogen, hingga danazol. 

Terapi ini efektif mengontrol gejala, namun bisa menimbulkan efek samping seperti perubahan suasana hati dan berat badan. Bila gejala tak membaik, dokter dapat menyarankan operasi, mulai dari laparoskopi (operasi minimal invasif), laparotomi (sayatan besar), hingga histerektomi (pengangkatan rahim), tergantung pada tingkat keparahan dan rencana kesuburan pasien. 

Catatan buat sister yang sedang berjuang dengan endometriosis, setiap tubuh itu unik. Apa yang berhasil untuk satu orang belum tentu cocok untuk yang lain. Diskusikan semua pilihan pengobatan dengan dokter dan jangan ragu untuk mencari second opinion. Baca informasi menarik lainnya di Instagram kami @menujuduagaris.id

Referensi 

  • Van Hoesel, M. H., Chen, Y. L., Zheng, A., Wan, Q., & Mourad, S. M. (2021). Selective oestrogen receptor modulators (SERMs) for endometriosis. Cochrane Database of Systematic Reviews, (5).
  • https://www.alodokter.com/endometriosis/pengobatan

 

Kok Bisa, Gula Darah Menjadi salah satu Penyebab Infertilitas? Ini Penjelasannya

May 31, 2025

Banyak yang mengira infertilitas (susah hamil) banyak disebabkan hormon atau kondisi rahim. Tapi ternyata, masalah metabolik seperti resistensi insulin juga bisa jadi biang kerok yang sering terlewat.

Yup, resistensi insulin yang biasanya dikaitkan dengan diabetes atau sindrom metabolik. Lebih jauh ternyata punya dampak besar ke kesehatan reproduksi wanita. Tapi apa itu resistensi insulin?

Apa Itu Resistensi Insulin?

Resistensi insulin terjadi ketika sel-sel di  otot , lemak , dan  hati  tidak merespons insulin sebagaimana mestinya. Kondisi ini juga dikenal sebagai gangguan sensitivitas insulin. Dimana insulin sangat penting untuk kehidupan dan mengatur  kadar glukosa (gula) darah. 

Jadi sister dan paksu harus tahu dulu bahwa insulin itu semacam “kunci” untuk membuka pintu sel supaya gula darah bisa masuk dan diubah jadi energi. Nah, pada orang dengan resistensi insulin, pintu selnya jadi ‘ngambek’ alias susah dibuka. Akibatnya, tubuh harus produksi insulin lebih banyak dari biasanya buat nyimbangin gula darah. Lalu mengapa kira-kira ini terjadi?

Penyebab Resistensi Insulin

Resistensi insulin bisa disebabkan oleh gabungan faktor genetik, gaya hidup, dan kondisi medis tertentu. Beberapa orang mungkin memiliki gen bawaan yang membuat mereka lebih rentan, sementara penyebab yang didapat mencakup obesitas (terutama lemak perut), kurang aktivitas fisik, pola makan tinggi karbohidrat olahan, dan penggunaan obat-obatan tertentu seperti steroid atau obat tekanan darah. Selain itu, gangguan hormonal seperti sindrom Cushing, hipotiroidisme, dan akromegali juga dapat memicu kondisi ini. 

Ada juga kondisi genetik langka seperti sindrom Donohue, Werner, dan lipodistrofi bawaan yang berkaitan dengan resistensi insulin. Karena tidak selalu menunjukkan gejala, diagnosis biasanya didasarkan pada riwayat medis, pemeriksaan fisik, dan faktor risiko yang dimiliki seseorang. Masalahnya, kondisi ini nggak cuma ngaruh ke metabolisme, tapi juga bisa ganggu kerja organ reproduksi.

Apa Dampaknya ke Kesuburan?

Resistensi insulin bisa bikin banyak hal kacau di sistem reproduksi, misalnya:

  1. Mengganggu kualitas sel telur dan embrio
  2. Menurunkan daya “lengket” rahim buat menempelkan embrio (implantasi)
  3. Mengacaukan keseimbangan hormon penting buat ovulasi
  4. Bikin risiko gagal program bayi tabung makin tinggi

Dan parahnya lagi, resistensi insulin bisa muncul nggak cuma pada penderita PCOS, tapi juga pada wanita yang terlihat sehat tapi punya pola menstruasi nggak teratur atau kelebihan berat badan.

Hal ini juga berdampak berkelanjutan terutama pasca kehamilan, seperti adanya risiko keguguran lebih tinggi, potensi kena diabetes selama hamil, masalah tumbuh kembang janin dan efek jangka panjang ke anak, seperti risiko obesitas dan penyakit metabolik. 

Jadi alangkah baiknya sister lebih skeptis dan segera dikonsultasikan pada dokter, agar mendapatkan penanganannya yang baik obat seperti metformin juga gaya hidup sehat, diet rendah gula, olahraga rutin. 

Karena masalah kesuburan itu bisa datang dari hal-hal yang nggak disangka. Jadi, bukan cuma soal hormon atau rahim, tapi juga metabolisme tubuh secara keseluruhan. Yuk, lebih aware sama kondisi tubuh sendiri dan jangan ragu cek ke dokter kalau ada yang terasa ‘nggak biasa’. Informasi menarik lainnya jangan lupa follow Instagram @menujuduagaris.id. 

Referensi 

  • Sertorio, M. N., César, H., de Souza, E. A., Mennitti, L. V., Santamarina, A. B., De Souza Mesquita, L. M., … & Pisani, L. P. (2022). Parental high-fat high-sugar diet intake programming inflammatory and oxidative parameters of reproductive health in male offspring. Frontiers in Cell and Developmental Biology, 10, 867127.
  • https://my-clevelandclinic-org.translate.goog/health/diseases/22206-insulin-resistance?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=sge&_x_tr_hist=true

Bagaimana Menentukan Pilihan Terbaik untuk ICSI pada Pria dengan Sperma Sangat Sedikit

May 30, 2025

Dalam dunia fertilitas, pria dengan jumlah sperma yang sangat rendah seperti oligozoospermia atau bahkan kriptozoospermia seringkali dihadapkan pada pertanyaan penting, lebih baik menggunakan sperma dari ejakulasi atau langsung dari testis untuk prosedur ICSI (Injeksi Sperma Intrasitoplasma)? Sebelum itu apakah kalian tahu perbedaan antara dua infertilitas itu?

Oligozoospermia dan Kriptozoospermia

Oligozoospermia adalah kondisi ketika jumlah sperma dalam air mani lebih sedikit dari jumlah normal. WHO (2021) menetapkan batas normalnya yaitu sekitar 16 juta sperma per mililiter. Kalau di bawah angka itu, bisa disebut oligozoospermia.

Nah, kondisi ini kadang dikategorikan jadi ringan, sedang, atau berat, tapi sebenarnya pembagian ini nggak menunjukkan penyebab pastinya. Artinya, meski jumlahnya sedikit, belum tentu tahu langsung apa penyebabnya.

Yang penting diingat, diagnosis oligozoospermia harus berdasarkan analisis laboratorium air mani yang dilakukan dengan prosedur ketat sesuai panduan WHO. Jadi, bukan asal tebak-tebakan atau satu kali tes aja.

Sedangkan berdasarkan standar WHO, kriptozoospermia didefinisikan sebagai tidak adanya sperma dalam air mani yang diejakulasi melalui pemeriksaan mikroskopis, tetapi ada dalam sedimen sentrifus. Kriptozoospermia, yang juga dikenal sebagai kriptozoospermia, adalah jenis khusus oligospermia ekstrem, dengan insidensi sekitar 8,73%.4 Karena manifestasi klinisnya yang unik, kondisi ini mudah salah didiagnosis sebagai azoospermia. Lalu kira-kira bagaimana program hamil yang dapat dipilih, salah satunya adalah melalui ICSI dengan metode pengambilan sperma.

ICSI Sebagai Program Hamil

Pada sebuah penelitian dengan pasangan yang menjalani prosedur ICSI, di mana sel telur dibuahi menggunakan sperma dari ejakulasi atau sperma testis yang diambil lewat aspirasi jarum halus. Peneliti kemudian membandingkan beberapa parameter penting: tingkat pembuahan, pembelahan sel, kualitas embrio, dan pembentukan blastokista (embrio tahap lanjut).

Hasilnya menunjukkan bahwa:

  • Pada pria dengan sperma dibawah 1 juta/mL, sperma testis memberikan hasil yang jauh lebih baik. Tingkat pembuahan, pembelahan embrio, dan jumlah embrio berkualitas tinggi lebih tinggi dibandingkan dengan sperma dari ejakulasi.

  • Pada kasus kriptozoospermia, sperma testis juga lebih unggul secara signifikan dalam hal pembuahan, meskipun keunggulan kualitas embrio tidak terlalu mencolok.

  • Namun, pada pria dengan sperma di atas 1 juta/mL, sperma dari ejakulasi justru menunjukkan hasil yang lebih baik.

Dari temuan di atas sister dan paksu dapat tahu bahwa tidak ada satu pendekatan yang cocok untuk semua. Tapi setidaknya konsentrasi sperma bisa menjadi kunci dalam menentukan dari mana sperma sebaiknya diambil untuk prosedur ICSI. Dengan berfokus pada hal ini, nantinya dokter dapat memberikan rekomendasi yang lebih tepat dan personal bagi sister dan paksu yang sedang berjuang menghadapi infertilitas terutama pada paksu. Informasi menarik lainnya follow Instagram @menujuduagaris.id

Referensi  

  • Derakhshan, M., Salehi, P., Derakhshan, M., Naghshineh, E., Movahedi, M., Tehrani, H. G., & Salehi, E. (2024). Should testicular sperm retrieval be implemented for intracytoplasmic sperm injection in all patients with severe oligozoospermia or cryptozoospermia?. Korean Journal of Fertility and Sterility.
  • Liu, H., Luo, Z., Chen, J., Zheng, H., & Zeng, Q. (2023). Treatment progress of cryptozoospermia with Western Medicine and traditional Chinese medicine: A literature review. Health Science Reports, 6(1), e1019.

Fakta Merokok dan Dampaknya pada Infertilitas

May 29, 2025

 

Sister dan paksu harus tahu fakta bahwa dalam beberapa dekade terakhir, kualitas reproduksi pria mengalami penurunan di berbagai negara. Fenomena ini terlihat dari meningkatnya kasus infertilitas pria, penurunan kualitas air mani, hingga gangguan hormon. Banyak faktor yang jadi penyebabnya, dan salah satu yang paling sering disorot adalah gaya hidup, terutama kebiasaan merokok.

Fenomena dampak Rokok dari Berbagai Dunia

Fenomena ini dapat kita lihat dari hasil sebuah penelitian yang melibatkan lebih dari seribu pria muda usia rata-rata 23 tahun dari berbagai latar belakang etnis. Penelitian ini turut mengevaluasi dampak merokok terhadap kualitas air mani, termasuk fragmentasi DNA sperma, status hormon, kadar zink, dan kesehatan metabolik.

Hasilnya cukup jelas: pada kelompok perokok berat, ditemukan beberapa gangguan signifikan, yaitu:

  • Penurunan volume semen
  • Penurunan jumlah dan konsentrasi sperma
  • Penurunan motilitas sperma
  • Peningkatan fragmentasi DNA sperma
  • Lebih banyak sperma dengan bentuk tidak normal (teratozoospermia)
  • Penurunan kadar zink dalam darah dan semen
  • Gangguan pada kesehatan metabolik

Ternyata dampak Rokok Tidak hanya pada Laki-laki!

Sister kalian pasti sudah tahu bahwa merencanakan kehamilan itu dimulai dari menjaga kesehatan diri sendiri, baik bagi sister maupun paksu. Nah salah satu langkah terpenting adalah berhenti merokok. Karena bukan hanya perokok aktif, perokok pasif pun dapat terkena dampaknya. Merokok terbukti menurunkan kesuburan pada sister dan mengganggu kualitas sperma pada pria.

Pada paksu turut mengalami penurunan tajam pada kualitas semen, kadar zink, dan kerusakan DNA sperma. Selain itu, menjaga pola makan bergizi, konsumsi vitamin E dan C bagi pria, serta susu pra-kehamilan bagi wanita juga penting. Pola hidup sehat dengan olahraga hingga istirahat cukup. Jika perlu, konsultasi ke dokter kandungan bisa membantu mengetahui penyebab gangguan kesuburan dan menentukan langkah terbaik kedepannya.

Sister dan paksu, kalau sedang ikhtiar atau ingin menjaga kesehatan reproduksi, ini waktunya ngobrol serius soal rokok. Karena tentu banyak hal bisa berubah kalau kita lebih peduli sama tubuh sendiri, termasuk soal kebiasaan yang dianggap “biasa” tapi ternyata punya dampak besar. Jangan lupa follow Instagram @menujuduagaris.id untuk menemuman informasi menarik lainnya. 

Referensi

  • Osadchuk, L., Kleshchev, M., & Osadchuk, A. (2023). Effects of cigarette smoking on semen quality, reproductive hormone levels, metabolic profile, zinc and sperm DNA fragmentation in men: results from a population-based study. Frontiers in Endocrinology, 14, 1255304.
  • https://www.alodokter.com/komunitas/topic/cara-cepat-hamil-tapi-seorang-perokok-aktiv

Stres Oksidatif dan Kualitas Sperma: Ancaman Tersembunyi pada Pria yang Tampak Sehat

May 28, 2025

 

Sister dan paksu pasti sudah tahu bahwa masalah infertilitas tidak selalu tampak jelas dari luar. Bahkan pada paksu dengan kondisi fisik sehat dan tanpa penyebab infertilitas yang pasti, kualitas sperma bisa saja terganggu. Nah yuk ketahui salah satu faktor tersembunyi yang kini menjadi sorotan adalah stres oksidatif (oxidative stress/OS).

Hubungan Kualitas Sperma dan Stress Oksidatif

Ada sebuah studi yang melibatkan 41 pria yang memiliki pasangan infertil dan mengevaluasi parameter air mani seperti jumlah sperma, motilitas, fragmentasi DNA, serta penanda stres oksidatif seperti ORP (oxidation–reduction potential) dan d-ROM (derivatives of Reactive Oxygen Metabolites).

Dan menemukan fakta menarik yaitu meski para partisipan sebagian besar berusia di bawah 40 tahun, tidak mengalami obesitas, dan memiliki kondisi klinis yang dianggap normal mereka dengan 

  1. Kadar d-ROM dalam darah dan ORP dalam air mani terbukti berkaitan dengan penurunan jumlah sperma.
  2. Motilitas sperma juga dipengaruhi oleh kadar seng serum dan ORP air mani.
  3. Fragmentasi DNA sperma berkaitan erat dengan kadar kolesterol HDL dan seng.

Penanda stres oksidatif di sperma (ORP) dan di darah (d-ROM) ternyata nggak selalu sejalan. Ini menunjukkan bahwa kerusakan sperma bisa disebabkan oleh stres oksidatif lokal maupun sistemik, jadi kita nggak bisa menilai cuma dari salah satunya aja.

Stres oksidatif sendiri merupakan kondisi ketika jumlah radikal bebas dalam tubuh melebihi kapasitas antioksidan untuk menetralkannya. Radikal bebas ini dapat merusak sel, termasuk sel sperma, dengan menyebabkan kerusakan DNA, menurunnya motilitas, hingga kematian sel sperma itu sendiri. Stres oksidatif, terjadi secara sistemik (dalam tubuh) maupun lokal (langsung di sperma).

Bagaimana Perannya dalam Infertilitas Pria?

Pada pria dengan gaya hidup tidak sehat (merokok, konsumsi alkohol, kurang tidur), stres oksidatif kerap ditemukan tinggi. Namun, bahkan pada pria yang terlihat sehat pun bisa mengalami stres oksidatif lokal di organ reproduksi yang berdampak negatif pada kualitas sperma.

Banyak sister dan paksu yang tidak kunjung hamil, meskipun tidak ditemukan “masalah” medis yang jelas. Sehingga fakta tersebut mendorong pentingnya evaluasi mendalam terhadap stres oksidatif terutama pemeriksaan kesuburan pria. Pendekatan ini juga membuka peluang pengobatan preventif berbasis antioksidan, manajemen stres, hingga perbaikan pola makan.

Infertilitas pria bisa terjadi tanpa gejala atau penyebab yang terlihat. Stres oksidatif adalah “musuh dalam selimut” yang dapat memengaruhi kualitas sperma, bahkan pada pria dengan hasil pemeriksaan dasar yang normal. Pemeriksaan stres oksidatif akghirnya dibutuhkan lebih menyeluruh agar tidak ada yang terlewatkan, dan juga dukungan gaya hidup sehat menjadi langkah penting yang seharusnya mulai diperhitungkan dalam manajemen kesuburan pasangan. 

Referensi

  • Chen, L., Mori, Y., Nishii, S., Sakamoto, M., Ohara, M., Yamagishi, S. I., & Sekizawa, A. (2024). Impact of Oxidative Stress on Sperm Quality in Oligozoospermia and Normozoospermia Males Without Obvious Causes of Infertility. Journal of Clinical Medicine, 13(23), 7158.

Ternyata, Nggak Semua Tubuh Bisa Pakai Asam Folat Untuk Program Hamil

May 27, 2025

 

Kalau bicara soal nutrisi penting untuk kesuburan pria, salah satu yang banyak digunakan untuk membantu keberhasilan program hamil adalah vitamin B9, atau yang lebih dikenal dengan folat. Tapi disisi lain yang harus kita pahami adalah bahwa kemampuan tubuh dalam memanfaatkan folat bisa dipengaruhi oleh faktor genetik, terutama oleh gen bernama MTHFR. Fakta menunjukkan bahwa mutasi pada gen ini bisa membuat tubuh sulit menggunakan folat secara optimal. Wah mengapa bisa begitu? pahami lebih lanjut yuk!

Pahami tentang hubungan Asam Folat dan Gen MTHFR 

Asam folat (yang dikenal juga sebagai vitamin B9) penting banget buat pembentukan DNA, perbaikan sel, dan menangkal stres oksidatif. Tapi, sebelum bisa dipakai tubuh, asam folat harus “diaktifkan” dulu lewat proses kimiawi yang diatur oleh gen bernama MTHFR.

Nah, beberapa orang punya variasi genetik MTHFR, khususnya versi yang dikenal dengan nama C677T dan A1298C yang bikin proses ini nggak berjalan lancar. Akibatnya, asam folat jadi nggak bisa diproses maksimal, dan ini bisa ganggu proses pembentukan sperma.

Sebuah temuan yang dilakukan di Tiongkok yang melibatkan lebih dari 800 pria menunjukkan bahwa pria dengan gangguan kualitas sperma seperti jumlah sperma rendah atau sperma dengan gangguan motilitas, lebih sering memiliki variasi genetik MTHFR C677T dibandingkan pria dengan kualitas sperma normal. Nah temuan tersebut memberi petunjuk bahwa mutasi gen MTHFR bisa jadi berperan dalam beberapa kasus infertilitas pria, meski bukan satu-satunya faktor penyebab. Yuk kita lihat bagaimana ini perpengaruh ke infertilitas pria.

Gen MTHFR dan Infertilitas Pria

Jadi variasi genetik pada gen methylenetetrahydrofolate reductase (MTHFR), khususnya A1298C, diketahui dapat menurunkan kadar folat dalam plasma dan meningkatkan kerentanan terhadap berbagai gangguan multifaktorial. 

Sebuah studi turut menganalisis 50 pria infertil dengan riwayat azoospermia nonobstruktif atau oligozoospermia berat, serta 50 pria fertil sebagai kelompok kontrol. Hasil analisis menunjukkan bahwa variasi A1298C pada gen MTHFR memiliki hubungan yang signifikan secara statistik dengan infertilitas pria, sementara variasi C677T tidak menunjukkan asosiasi yang serupa. Penelitian ini menyimpulkan bahwa polimorfisme A1298C berpotensi meningkatkan risiko infertilitas pria.

Karena folat nggak bisa diproduksi sendiri oleh tubuh dan hanya bisa didapat dari makanan atau suplemen, maka mengetahui adanya mutasi pada gen MTHFR bisa membantu kalian untuk dapat mempertimbangkan intervensi nutrisi yang lebih tepat, seperti suplementasi folat aktif atau penguatan pola makan.

Selain itu, ini juga jadi pengingat bahwa gangguan kesuburan pria bisa dipengaruhi banyak faktor, termasuk genetik, dan bukan sekadar soal gaya hidup atau kesehatan umum.

Kalau sister dan paksu sedang menjalani program hamil dan merasa sudah mencoba banyak hal, pemeriksaan genetik bisa menjadi salah satu langkah lanjutan. Terutama kalau ada riwayat gangguan sperma atau hasil pemeriksaan semen yang kurang optimal. Informasi menarik lainnya jangan lupa follow Instagram @menujuduagaris.id

Referensi

  • Ren, F. J., Fang, G. Y., & Zhang, Z. Y. (2024). Association between methylenetetrahydrofolate reductase C677T polymorphisms and male oligozoospermia, asthenozoospermia or oligoasthenozoospermia: a case–control study. Scientific Reports, 14(1), 25219.
  • Balunathan, N., Venkatesen, V., Chauhan, J., Reddy, S. N., Perumal, V., & Paul, S. F. (2021). Role of MTHFR gene polymorphisms in male infertility. Int J Infertil Fetal Med, 12(1), 7-12.
  • « Previous
  • 1
  • …
  • 19
  • 20
  • 21
  • 22
  • 23
  • …
  • 57
  • Next »
ayo-gabung-mdg

Tentang MDG

Menuju Dua Garis merupakan komunitas yang dibentuk oleh Rosiana Alim, atau akrab disapa Mizz Rosie untuk berbagi kisah perjuangan hidupnya dalam menantikan buah hati serta mewadahi para wanita yang sedang berjuang menghadapi infertilitas dan menantikan kehadiran buah hati.

Join Komunitas MDG

Join Komunitas

Follow Social Media Kami

© 2025 Menuju Dua Garis. All Rights Reserved.