• Skip to main content
Menuju Dua Garis
  • Home
  • About Us
  • Our Story
  • Articles
  • Services
  • Kata Mereka
  • Join Us
×
  • Home
  • About Us
  • Our Story
  • Articles
  • Services
  • Kata Mereka
  • Join Us

Artikel Informasi Untuk Pejuang Dua Garis

Depresi Bisa Bikin Sulit Hamil? Ini Penjelasan Ilmiahnya, Sister!

April 16, 2025

 

Pejuang dua garis seringkali dihadapkan dengan banyak tekanan, tidak lain adalah tekanan sosial baik dari lingkup sekitar atau bahkan dari keluarga. Hal ini jika ini berlarut-larut maka akan berdampak pada depresi. MDG akan membahas bagaimana hubungannya depresi dengan kasus infertilitas, baca sampai habis ya!

Depresi dan Hubungannya dengan Infertilitas

Depresi dan masalah sulit hamil ternyata nggak cuma berdampak pada kesehatan fisik atau mental aja, tapi bisa saling berkaitan juga, lho. Kaitanya tidak lain adalah kasus infertilitas. Apa sebenarnya yang menghubungkan keduanya?

Nah, salah satu hal yang menarik untuk dibahas adalah soal lemak darah. Bukan cuma soal kolesterol tinggi ya, tapi lebih spesifik lagi: rasio Non-HDL cholesterol to HDL cholesterol ratio (NHHR), yaitu perbandingan antara kolesterol jahat (non-HDL) dan kolesterol baik (HDL). Bagaimana ini dipahami?

Saat seseorang mengalami stres atau depresi dalam jangka panjang, tubuh akan memproduksi hormon stres seperti kortisol yang bisa mengganggu keseimbangan lemak dalam darah. Akibatnya, kadar kolesterol jahat bisa naik dan kolesterol baik bisa turun, yang ditunjukkan lewat rasio NHHR. Nah, rasio ini bisa jadi penanda bahwa tubuh sedang dalam kondisi tidak sehat. Jika berlangsung lama, kondisi ini bisa mempengaruhi hormon, aliran darah ke organ reproduksi, bahkan menyebabkan peradangan, yang semuanya bisa berujung pada gangguan kesuburan.

Bahkan ada sebuah temuan yang melibatkan lebih dari 2.600 perempuan usia 18–45 tahun di Amerika Serikat. Para peneliti menganalisis data dari survei kesehatan nasional (NHANES) dan mendapatkan temuan Perempuan yang mengalami infertilitas cenderung punya tingkat depresi yang lebih tinggi. Mereka juga punya rasio NHHR yang lebih tinggi. Depresi sedang sampai berat bikin risiko infertilitas jadi makin besar. Rasio NHHR ikut berperan memperkuat hubungan antara depresi dan infertilitas.

Artinya, ketika seseorang mengalami depresi, kadar kolesterol “jahat” di tubuh bisa meningkat, rasio NHHR ikut naik, dan ini bisa berdampak ke fungsi reproduksi.

Walaupun NHHR cuma memediasi sebagian kecil hubungan ini (sekitar 6,57%), tapi tetap menunjukkan bahwa kesehatan mental dan metabolisme tubuh bisa saling memengaruhi, termasuk dalam hal kesuburan.

Jadi, Apa yang Bisa sister dan paksu Pelajari?

Kesehatan mental itu penting banget, bagaimana ini ternyata dapat mempengaruhi kesehatan tubuh secara menyeluruh, termasuk kesuburan. Jangan anggap remeh stres berkepanjangan atau depresi yang nggak ditangani.

Kalau sister dan paksu, juga orang terdekat mengalami gejala depresi, nggak ada salahnya buat cari bantuan. Selain itu, menjaga pola makan, olahraga rutin, dan memantau kesehatan metabolik (seperti kolesterol) juga bisa jadi bagian dari ikhtiar menjaga peluang kehamilan. Untuk informasi menarik lainnya sister dan paksu jangan lupa follow Instagram @menujuduagaris.id. 

Referensi

  • Yang, Q., Tao, J., Xin, X., Zhang, J., & Fan, Z. (2024). Association between depression and infertility risk among American women aged 18–45 years: the mediating effect of the NHHR. Lipids in Health and Disease, 23(1), 178.

Pahami Naiknya Weight-Adjusted Waist Index (WWI) dan Risiko Infertilitas

April 15, 2025

 

Infertilitas adalah isu yang kompleks dan dipengaruhi oleh banyak faktor. Namun, tahukah sister bahwa bentuk tubuh kita, khususnya distribusi lemak tubuh, juga bisa berperan? MDG akan membahas lebih lanjut, baca sampai habis ya!

Keunggulan WWI dibanding IMT

Weight-Adjusted Waist Index (WWI) atau Indeks pinggang yang disesuaikan dengan berat badan adalah ukuran baru yang digunakan untuk mengevaluasi distribusi lemak di sekitar perut, tanpa terlalu dipengaruhi oleh berat badan total. Berbeda dengan indeks massa tubuh (IMT) yang digunakan untuk menentukan berat badan ideal berdasarkan perbandingan berat badan dan tinggi badan, WWI dianggap lebih akurat untuk menilai lemak viseral jenis lemak yang sering dikaitkan dengan berbagai risiko kesehatan.

Survei terbaru bahkan sudah dilakukan oleh National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES), yang dikumpulkan selama periode 2013 hingga 2018. Fokusnya adalah pada 3.374 perempuan usia subur, yang kemudian dianalisis untuk melihat apakah ada hubungan antara ukuran WWI dan kemungkinan mengalami infertilitas.

Survei tersebut tidak hanya membandingkan angka semata. Mereka juga mempertimbangkan berbagai faktor lain yang bisa mempengaruhi kesuburan, seperti usia, latar belakang etnis, dan kondisi kesehatan secara umum. Selain itu, mereka ingin tahu: apakah semakin tinggi WWI selalu berarti semakin besar pula risiko infertilitas? Jawabannya ternyata iya, dan pola itu berlangsung secara konsisten, dari angka WWI yang rendah hingga tinggi.

Apa yang Ditemukan?

Dari hasil pengamatan, ditemukan bahwa sebagian perempuan mengalami infertilitas. Dan menariknya, kecenderungan itu meningkat seiring dengan tingginya WWI. Semakin tinggi ukuran pinggang yang disesuaikan dengan berat badan, semakin besar pula kemungkinan mereka menghadapi masalah kesuburan.

Hubungan ini juga terlihat konsisten, tanpa adanya titik tertentu yang bisa dijadikan batas aman. Artinya, bahkan sedikit peningkatan dalam WWI tetap dapat memberi pengaruh terhadap risiko infertilitas.

Yang tak kalah penting, pengaruh WWI ini ternyata bisa berbeda-beda tergantung pada karakteristik tiap individu. Usia, latar belakang etnis, dan kondisi tubuh lainnya bisa membuat hubungan antara WWI dan kesuburan menjadi lebih kompleks dan patut untuk ditelusuri lebih dalam.

Kalau sister sedang dalam perjalanan menuju kehamilan, nggak ada salahnya mulai memperhatikan pola hidup sehat, termasuk menjaga lemak tubuh tetap seimbang. Konsultasi ke tenaga medis juga penting supaya bisa dapat gambaran utuh tentang kondisi tubuh kita masing-masing.

Mau ngobrol lebih lanjut soal WWI atau bahas topik seputar kesuburan lainnya? Yuk, share artikel ini jangan lupa follow Instagram @menujuduagaris.id karena banyak banget informasi seputar infertilitas yang dapat kamu akses 

Referensi

  • He, Q., Chen, C., & Bai, S. (2023). The association between weight‐adjusted‐waist index and self‐reported infertility among women of reproductive age in the United States. Journal of Obstetrics and Gynaecology Research, 49(12), 2929-2937.
  • https://www.alodokter.com/pemahaman-seputar-indeks-massa-tubuh#:~:text=Indeks%20massa%20tubuh%20(IMT)%20digunakan,terhindar%20dari%20beragam%20gangguan%20kesehatan.

Weight-Adjusted Waist Index (WWI), Depresi, dan Infertilitas Sekunder, Apa Hubungannya?

April 14, 2025

 

Tahukah kamu, sister? Obesitas dan depresi ternyata bukan cuma berdampak pada kesehatan fisik dan mental saja. Keduanya juga punya peran penting dalam gangguan kesuburan, khususnya pada infertilitas dengan jenis sekunder. MDG akan membahas lebih detail baca sampai habis ya!

WWI, Infertilitas Sekunder dan Depresi 

Infertilitas sekunder sendiri merupakan kondisi saat seorang wanita pernah hamil sebelumnya, tapi kini tidak bisa hamil lagi setelah 12 bulan berhubungan seksual tanpa kontrasepsi. Sedangkan obesitas memang sudah lama diidentifikasi sebagai musuh kesuburan. Tapi bukan cuma soal berat badan atau BMI ya, sister. Yang lebih berbahaya adalah obesitas sentral lemak yang menumpuk di perut.

Nah, untuk mengukurnya, kini ada indikator yang lebih akurat dibanding BMI: Weight-Adjusted Waist Index (WWI). WWI dihitung dari lingkar pinggang dibagi dengan kuadrat berat badan, dan ternyata lebih sensitif dalam mendeteksi lemak perut yang berkaitan langsung dengan gangguan hormon dan ovulasi. Lalu apa hubungannya jika sudah ada lemak dalam perut ditambah dengan depresi?

Kita juga nggak bisa mengabaikan depresi, sister. Studi terbaru menunjukkan bahwa WWI yang tinggi berkorelasi dengan depresi, dan depresi itu sendiri bisa jadi penyebab maupun akibat dari infertilitas.

Bagaimana dampaknya pada Kesuburan?

Sebuah studi menunjukkan bahwa wanita dengan indeks pinggang berbasis berat badan (WWI) yang lebih tinggi cenderung memiliki risiko lebih besar mengalami infertilitas sekunder. Nggak cuma itu, gejala depresi juga ditemukan berkaitan dengan meningkatnya kemungkinan infertilitas. Menariknya lagi, depresi ternyata ikut berperan sebagai jembatan yang memperkuat hubungan antara obesitas sentral (yang diukur dengan WWI) dan infertilitas sekunder. Artinya, faktor fisik dan psikologis saling terhubung dan nggak bisa dipisahkan begitu saja dalam isu kesuburan perempuan.

Artinya, meski angka mediasinya kecil, depresi memainkan peran psikologis yang signifikan dalam memperburuk kondisi infertilitas sekunder pada wanita dengan obesitas sentral.

Apa Artinya Ini Buat Pejuang Dua Garis

Dari fakta tersebut menunjukkan bahwa pendekatan terhadap infertilitas sekunder nggak bisa hanya fokus pada fisik seperti berat badan atau hormon saja. Faktor psikologis, terutama depresi, perlu ditangani secara serius. Dengan begitu, intervensi medis dan gaya hidup yang menyasar obesitas bisa berjalan lebih efektif.

WWI menunjukkan kemampuan prediksi yang lebih baik dibanding indikator obesitas lainnya, bahkan dalam kelompok dengan BMI normal. Jadi, wanita dengan berat badan “normal” tapi punya WWI tinggi juga tetap berisiko mengalami infertilitas sekunder.

Infertilitas sekunder ternyata punya hubungan yang kompleks antara tubuh dan pikiran. WWI bisa menjadi alarm awal tentang risiko infertilitas, tapi menjaga kesehatan mental terutama mengelola depresi juga sama pentingnya, sister.

Kalau sister sedang menghadapi masalah ini, atau merasa stuck di tengah prosesnya, yuk jangan ragu untuk mulai evaluasi pola hidup, lingkar pinggang, dan kondisi emosional kamu juga. Karena ternyata, semuanya saling berkaitan. Tentu saja ini bisa banget dengan bantuan profesional seperti dokter ya sister! untuk informasi menarik lainnya sister dan paksu jangan lupa folllow Instagram @menujuduagaris.id

Referensi 

  • Sun, F., Liu, M., Hu, S., Xie, R., Chen, H., Sun, Z., & Bi, H. (2024). Associations of weight-adjusted-waist index and depression with secondary infertility. Frontiers in endocrinology, 15, 1330206.
  • https://www.alodokter.com/obesitas#:~:text=Pengertian%20Obesitas,jantung%2C%20hipertensi%2C%20hingga%20diabetes.

 

Gak Harus Operasi! Ini Alternatif Aman Atasi Kista Endometrium

April 13, 2025

Kista menjadi salah satu masalah yang cukup sering dialami pasangan, dan umumnya ditangani lewat tindakan operasi. Tapi seiring berkembangnya teknologi medis, kini hadir berbagai terobosan baru termasuk untuk mengatasi masalah kesuburan akibat kista. Nah, MDG bakal kupas lebih lanjut soal ini. Baca sampai habis, ya! sebelum itu kita pahami dulu apa itu kista endometrium

Kista Endometrium Itu Apa, Sih?

Kista endometrium atau yang sering disebut “endometrioma” adalah salah satu bentuk dari endometriosis yang muncul di ovarium. Di dalamnya, ada jaringan mirip lapisan rahim yang ikut ‘nyasar’ ke tempat lain dan mengisi kista dengan darah lama. Masalahnya, kista ini bisa mengganggu sel telur di sekitarnya dan menurunkan cadangan ovarium. 

Padahal, buat sister dan paksu yang masih ingin punya anak, cadangan ovarium itu penting banget. Nah dalam beberapa prosedur hal ini dapat ditindaklanjuti melalui operasi, namun cara terbaru ada yang juga yang sudah tidak menggunakan prosedur invasif.

Yuk Kenalan Sama Skleroterapi Etanol

Salah satu cara yang makin dilirik buat ngatasin kista ini adalah skleroterapi etanol transvaginal. Bagaimana prosedur ini dilakukan? jadi prosedurnya cukup sederhana: isi kista disedot, lalu dimasukkan cairan etanol medis ke dalamnya lewat jalur vagina. Tujuannya? Biar kista ‘menyusut’ dan nggak aktif lagi. Yang bikin metode ini menarik, karena nggak perlu operasi besar dan bisa lebih ramah ke jaringan ovarium yang sehat.

Dari berbagai laporan kasus dan pengalaman klinis, prosedur ini punya tingkat efek samping yang rendah. Gejala nyeri bisa jauh berkurang, dan yang paling penting, jadi metode ini nggak banyak mengganggu cadangan ovarium. 

Bagaimana Dampak di Masa Depan?

Nah, satu hal yang perlu diperhatikan adalah kemungkinan kista muncul lagi. Itu bisa dipengaruhi oleh berapa lama etanol dibiarkan di dalam kista saat prosedur. Jadi, teknik dan durasi jadi kunci penting buat keberhasilan jangka panjang.

Prosedur Skleroterapi ini bisa jadi pilihan sister dan paksu yang mau menghindari operasi besar, khawatir dengan cadangan ovarium, masih ingin program hamil ke depannya,
punya kista endometrium yang mengganggu tapi pengen solusi yang minim invasif

Skleroterapi etanol transvaginal hadir sebagai salah satu pilihan aman dan minim risiko buat sister yang lagi berjuang dengan kista endometrium. Tapi tetap ya, diskusi bareng dokter itu penting, biar bisa pilih metode yang paling cocok sesuai kondisi tubuh dan rencana masa depan sister. Untuk informasi menarik lainnya sister dan paksu dapat follow Instagram @menujuduagaris.id

Referensi

Frankowska, K., Dymanowska-Dyjak, I., Abramiuk, M., & Polak, G. (2024). The Efficacy and Safety of Transvaginal Ethanol Sclerotherapy in the Treatment of Endometrial Cysts—A Systematic Review. International journal of molecular sciences, 25(2), 1337.

Pahami Tindakan Kistektomi Ovarium dan Dampaknya pada Kesuburan

April 12, 2025

Ovarian cystectomy atau kistektomi ovarium adalah tindakan pembedahan untuk mengangkat kista ovarium. Tahukah sister dan paksu bahwa kista ovarium sendiri merupakan kantong abnormal di ovarium yang berisi cairan atau nanah. Pada sebagian kasus, kista ini dapat menghilang dengan sendirinya tanpa pengobatan. 

Namun, dalam beberapa kondisi, kista ovarium bisa menetap, menimbulkan rasa nyeri, berpotensi menjadi sel kanker, dan jika berukuran cukup besar akan menekan organ lainnya, sehingga dokter akan menyarankan pasien untuk menjalani tindakan kistektomi. Prosedurnya sendiri ada banyak mulai dari laparoskopi, hingga laparotomi. Nah MDG akan membahas salah satu dampak dari prosedur terutama berdampak pada kesuburan jangka panjang. Baca sampai habis yuk!

Dampak Sistektomi Ovarium dengan Prosedur Laparoskopi pada Cadangan Ovarium

Sistektomi laparoskopi adalah prosedur yang dilakukan untuk mengangkat kista ovarium, namun ada dampak yang perlu diperhatikan terhadap cadangan ovarium, yaitu kemampuan ovarium untuk menghasilkan sel telur. Dalam sebuah studi, wanita yang menjalani prosedur ini menunjukkan penurunan kadar hormon antimüllerian (AMH) yang digunakan untuk mengukur cadangan ovarium. 

Penurunan AMH ini lebih signifikan bagi sister yang menjalani kauterisasi lebih banyak selama operasi dan yang memiliki kista dengan ukuran tertentu. Selain itu, perlu di lihat bagaimana lokasi kista karena kista yang ada di satu atau dua ovarium berpengaruh pada penurunan kadar AMH. Hal ini penting untuk diperhatikan karena menurunnya kadar AMH dapat mempengaruhi kesuburan perempuan di masa depan.

Apa Artinya Bagi Kesuburan?

Kista ovarium dan sistektomi dapat mempengaruhi cadangan ovarium dan kemampuan perempuan untuk memiliki anak di masa depan. Meski penurunan lebih signifikan setelah sistektomi, kedua kondisi ini tetap berpengaruh pada kesuburan.

Nah jika begitu, maka kita perlu untuk menjaga kesehatan ovarium dan Kesuburan. Dan bagi perempuan yang mengalami kista ovarium atau sudah menjalani sistektomi, ada beberapa langkah yang bisa diambil untuk menjaga kesehatan ovarium dan kesuburan:

  1. Melakukan Pemantauan Rutin, dengan melakukan pemeriksaan berkala oleh dokter untuk memantau kesehatan ovarium, kadar hormon AMH, dan jumlah folikel antral.

  2. Gaya Hidup Sehat, dengan menjaga berat badan yang sehat, makan dengan gizi seimbang, dan rutin berolahraga dapat mendukung kesehatan reproduksi secara keseluruhan.

  3. Hindari Stres Berlebih, hal seperti stres dapat mempengaruhi keseimbangan hormon, jadi penting untuk mencari cara untuk mengelola stres, seperti meditasi atau kegiatan yang menenangkan.

  4. Edukasi dan Konsultasi, yang tidak kalah penting tentu saja mencari informasi lebih lanjut dan berkonsultasi dengan dokter atau spesialis kesuburan untuk merencanakan masa depan reproduksi.

Jadi meski ada potensi yang beresiko pada kesuburan dimasa yang akan datang, bagi perempuan yang memiliki kista ovarium besar atau yang sudah menjalani sistektomi dapat mendapatkan perhatian medis lebih untuk menjaga kesehatan ovarium. Pemantauan terhadap kadar hormon dan jumlah folikel sangat penting untuk memastikan dapat merencanakan kehamilan di masa depan dengan lebih baik. Untuk informasi menarik lainnya sister dan paksu dapat follow Instagram @menujuduagaris.id

Referensi 

  • Bareghamyan, H., Chopikyan, A., Petrosyan, M., Shahverdyan, N., & Harutyunyan, A. (2024). Influence of ovarian cysts on ovarian reserve and fertility: A case–control study. International Journal of Gynecology & Obstetrics, 165(2), 424-430.
  • Mansouri, G., Safinataj, M., Shahesmaeili, A., Allahqoli, L., Salehiniya, H., & Alkatout, I. (2022). Effect of laparoscopic cystectomy on ovarian reserve in patients with ovarian cyst. Frontiers in Endocrinology, 13, 964229.
  • https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/macam-macam-pembedahan-kista-ovarium

Yuk Pahami Bahaya Zat endocrine disruptors (EDC) bagi Kesehatan Reproduksi

April 11, 2025

 

Zat kimia yang dikenal sebagai pengganggu endokrin atau Endocrine Disrupting Chemicals (EDC) adalah senyawa yang bisa mengganggu keseimbangan hormon dalam tubuh manusia. Hormon sendiri memiliki peran yang sangat penting dalam mengatur berbagai fungsi tubuh, mulai dari metabolisme, pertumbuhan, sampai fungsi reproduksi. Sayangnya, EDC dapat hadir dalam menghambat kerja hormon alami, sehingga menyebabkan berbagai gangguan kesehatan, termasuk infertilitas atau masalah kesuburan.

EDC Bisa Masuk ke Tubuh Tanpa Kita Sadari

EDC tidak hanya ditemukan di laboratorium atau lingkungan industri, tapi juga tersebar luas dalam kehidupan sehari-hari. Zat ini dapat masuk ke tubuh kita melalui makanan, minuman, udara, atau bahkan kontak kulit. Bahkan sebuah temuan menunjukkan bahwa EDC telah terdeteksi dalam darah, urin, cairan ketuban, hingga jaringan lemak manusia. Artinya, kita bisa terpapar zat ini tanpa sadar, bahkan sejak dalam kandungan.

Sumber-Sumber Paparan EDC di Sekitar Kita

Salah satu sumber utama EDC adalah plastik, khususnya jenis polivinil klorida (PVC) yang digunakan dalam kemasan makanan, botol minuman, dot bayi, dan berbagai produk rumah tangga lainnya. Plastik-plastik ini sering mengandung bisfenol A (BPA), senyawa yang dikenal mampu meniru hormon estrogen. Selain itu, bahan kimia seperti ftalat dan paraben yang sering ditemukan dalam kosmetik, parfum, lotion, dan sabun mandi juga termasuk dalam kategori EDC. Zat-zat ini dapat diserap melalui kulit dan mengganggu sistem hormonal tubuh.

EDC juga bisa berasal dari obat-obatan, lem, tinta cetak, kabel, dan bahan bangunan tertentu yang mengandung senyawa beracun seperti PCB (polychlorinated biphenyl). Bahkan, asap dari pembakaran kayu atau sampah dapat menghasilkan dioksin, yang juga tergolong EDC. Tanaman atau tanah yang terpapar pestisida pun bisa menjadi sumber paparan, sehingga makanan yang kita konsumsi seperti sayur, buah, bahkan teh hijau dan coklat ternyata juga bisa mengandung senyawa fitoestrogen, yaitu zat alami yang menyerupai hormon estrogen. Wah ternyata banyak juga ya!

Bagaimana EDC Mempengaruhi Kesehatan Reproduksi 

Dampak EDC terhadap sistem reproduksi sangat serius. Pada perempuan, paparan EDC dapat menyebabkan gangguan ovulasi, yaitu proses pelepasan sel telur yang normal setiap siklus menstruasi. Zat ini juga dapat meningkatkan risiko terbentuknya kista ovarium, endometriosis, serta memicu pubertas dini. Dalam jangka panjang, paparan EDC dapat meningkatkan risiko kanker rahim dan ovarium, serta gangguan hormonal yang mengganggu kesuburan secara keseluruhan.

Sementara itu, pada laki-laki, EDC berdampak pada penurunan kadar hormon testosteron. Akibatnya, produksi sperma dapat menurun, baik dari segi jumlah, bentuk, maupun pergerakan sperma. Hal ini tentu berdampak langsung pada kemampuan untuk membuahi sel telur. Tak hanya itu, beberapa studi juga menunjukkan bahwa paparan EDC dapat menyebabkan perkembangan abnormal organ reproduksi sejak janin, serta meningkatkan risiko munculnya tumor jinak pada testis.

Kenapa Kita Perlu Peduli dan Berhati-Hati?

Dengan segala dampak buruk tersebut, penting bagi kita untuk lebih waspada terhadap paparan EDC dalam kehidupan sehari-hari. Memilih produk bebas paraben dan ftalat, mengurangi penggunaan plastik, dan memperhatikan sumber makanan yang kita konsumsi adalah langkah awal yang bisa dilakukan. Menghindari asap pembakaran, mengurangi pemakaian pengharum ruangan buatan, dan memilih produk rumah tangga yang lebih ramah lingkungan juga bisa membantu menurunkan risiko paparan. Jadi sister dan paksu setidaknya dapat mulai selektif lagi terutama dalam pemilihan apa yang akan kalian gunakan. 

Dari sini kita dianjurkan untuk peduli dan cermat dalam memilih produk yang digunakan, demi menjaga kesehatan hormon dan sistem reproduksi, baik bagi sister maupun paksu.

Referensi

Czarnywojtek, A., Jaz, K., Ochmaåƒska, A., Zgorzalewicz-Stachowiak, M., Czarnocka, B., Sawicka-Gutaj, N., … & Ruchała, M. (2021). The effect of endocrine disruptors on the reproductive system-current knowledge. European Review for Medical & Pharmacological Sciences, 25(15).

Infertilitas Laki-laki: Ketika Penyebabnya Masih Misterius, Tapi Bukan Berarti Tak Bisa Dicari

April 10, 2025

Infertilitas bukan hanya persoalan perempuan. Faktanya, sekitar 40% kasus infertilitas pada pasangan berasal dari faktor laki-laki. Namun, banyak dari kasus ini tidak memiliki penyebab yang jelas. Kondisi ini disebut sebagai infertilitas idiopatik, yaitu ketika laki-laki mengalami infertilitas tetapi hasil pemeriksaan tidak menunjukkan adanya kelainan yang spesifik.

Apa Kata Sebuah Temuan dari Penelitian?

Sebuah studi besar dari Eropa mencoba memecahkan misteri ini. Studi tersebut melibatkan 1.174 laki-laki Eropa dengan infertilitas primer (belum pernah memiliki anak sebelumnya), dan menjalani pemeriksaan yang sangat menyeluruh bukan sekadar analisis sperma.

Hasilnya, 81% laki-laki dalam studi ini ternyata memiliki penyebab yang dapat diidentifikasi. Artinya, hanya sekitar 19% yang benar-benar tergolong idiopatik. Temuannya diantaranya adalah : hipogonadisme (gangguan hormon) – 37%, varikokel (pelebaran pembuluh darah di testis) – 27% dan kelainan genetik – 5%

Menariknya, semakin berat gangguan kesuburan yang dialami, semakin besar kemungkinan penyebabnya bisa ditemukan. Misalnya, laki-laki dengan kondisi azoospermia (tidak ada sel sperma sama sekali) cenderung lebih mudah ditemukan penyebabnya dibandingkan laki-laki dengan gangguan yang lebih ringan.

Mengapa Penting Mendeteksi Infertilitas pada Laki-laki? 

Selama ini, banyak laki-laki yang langsung diberi label “idiopatik” karena hasil pemeriksaannya terlihat normal di permukaan. Padahal, dengan evaluasi yang lebih komprehensif, penyebab sebenarnya bisa terungkap. Hal ini penting karena:

  • Membuka peluang untuk terapi yang lebih tepat. Paksu jika sudah mengetahui kebenaran yang terjadi pada kalian, maka akan benar juga terapi yang dapat diambil karena sesuai dengan permasalahan

  • Membantu memahami kondisi kesehatan reproduksi secara menyeluruh. JIka pengukuran dilakukan maka akan memberi manfaat pada kondisi kesehatan secara keseluruhan

  • Mengurangi beban psikologis akibat ketidakjelasan. Yang paling penting terutama berkaitan dengan mental yang sudah banyak terombang-ambing, sehingga pengetahuan ini membantu paksu tidak hanya fisik tapi juga mental.

Meski begitu, laki-laki dengan gangguan ringan masih menjadi tantangan tersendiri dalam penentuan diagnosis. Tidak semua kasus bisa dijelaskan, bahkan dengan pemeriksaan lanjutan. Oleh karena itu, masih dibutuhkan pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahui subkelompok infertilitas paksu dikategorikan.

Meski begitu berkat pemeriksaan yang lebih menyeluruh, laki-laki dengan infertilitas dapat ditemukan penyebabnya. Ini menjadi harapan baru bagi banyak pasangan. Infertilitas idiopatik ternyata tidak selalu benar-benar tanpa sebab. Jika sister dan paksu sedang dalam proses mencari tahu penyebab infertilitas dan belum mendapat jawaban yang jelas, evaluasi lanjutan bisa menjadi langkah penting untuk mendapatkan kejelasan dan rencana terapi yang lebih tepat. Untuk informasi menarik lainnya jangan lupa follow Instagram kami di @menujuduagaris.id

Referensi

Ventimiglia, E., Pozzi, E., Capogrosso, P., Boeri, L., Alfano, M., Cazzaniga, W., … & Salonia, A. (2021). Extensive assessment of underlying etiological factors in primary infertile men reduces the proportion of men with idiopathic infertility. Frontiers in endocrinology, 12, 801125.

Belum Berhasil Hamil Tapi Hasil Tes Normal Semua? Mungkin Ini Jawabannya

April 10, 2025

 

Sister dan paksu adakah diantara kalian yang sedang berjuang dua garis, dan sudah mencoba periksa tapi tetap saja belum ditemukan penyebabnya apa? hal ini pasti membuat kalian berpikir lebih kompleks dan juga bertanya-tanya, kira-kira apa penyebabnya. Yuk bahas lebih lanjut.

Kok Bisa Infertilitas Tapi Gak Ketahuan Penyebabnya?

Buat sebagian pasangan, usaha punya anak bisa jadi perjuangan yang panjang. Yang bikin bingung, kadang semua hasil tes menunjukkan kondisi normal, mulai dari ovulasi, sperma juga bagus, tuba tidak tersumbat. Tapi tetap saja, kehamilan belum terjadi. Nah, kondisi seperti ini dikenal dengan istilah infertilitas yang tidak dapat dijelaskan (unexplained infertility).

Faktanya, sekitar 15–30% pasangan dengan infertilitas masuk dalam kategori ini. Artinya, nggak ada kelainan yang ditemukan dari pemeriksaan awal, padahal mereka sudah mencoba lebih dari 12 bulan. Tapi apakah benar tidak ada penyebab yang tersembunyi?

Endometriosis Diam-diam Sering Terjadi

Sebuah tinjauan sistematis terbaru mencoba menjawab pertanyaan ini dengan melihat data dari ribuan pasangan yang didiagnosis UI. Fokus utamanya? Pemeriksaan yang dilakukan melalui laparoskopi yaitu sebuah prosedur untuk melihat kondisi panggul secara langsung dan mendeteksi hal-hal yang tidak terlihat lewat USG atau pemeriksaan biasa.

Hasilnya cukup mencengangkan: dari 1.707 wanita yang menjalani laparoskopi, 44% ternyata memiliki endometriosis, meskipun sebelumnya tidak terdeteksi. Dan sebagian besar kasusnya tergolong ringan (minimal hingga stadium 2). Selain itu, ditemukan juga faktor tuba (20%) dan perlengketan (16%) yang sebelumnya tidak teridentifikasi melalui pencitraan.

Bahkan, tingkat deteksi masalah panggul ini lebih tinggi pada wanita yang pernah menjalani perawatan kesuburan sebelumnya (75%), dibandingkan yang belum (53%). Ini nunjukin bahwa teknologi saat ini belum tentu bisa mendeteksi semua hal secara akurat. Wah lalu bagaimana metode yang dapat dipilih? haruskah invasif apa tidak?

Jadi, Perlu Laparoskopi Nggak?

Pertanyaannya sekarang, apakah semua pasien dengan UI harus langsung menjalani laparoskopi?

Well, nggak selalu. Tapi mempertimbangkan laparoskopi jadi penting terutama bagi pasien yang juga mengalami gejala nyeri panggul atau menstruasi yang menyakitkan, karena bisa jadi itu tanda-tanda endometriosis tersembunyi. Karena dengan laparoskopi bisa membantu mendeteksi kondisi yang selama ini tersembunyi, dan membantu menentukan pengobatan yang lebih tepat.

Meskipun teknologi pencitraan dan program bayi tabung semakin canggih, laparoskopi tetap punya peran yang penting untuk mengungkap penyebab tersembunyi dari infertilitas. Jadi, buat sister dan paksu yang sedang mengalami UI dan punya gejala khas endometriosis, mungkin sudah waktunya ngobrol lebih lanjut sama dokter tentang opsi ini. Informasi menarik lainnya sister dan paksu jangan lupa buat follow Instagram kami di @menujuduagaris.id

Referensi

Van Gestel, H., Bafort, C., Meuleman, C., Tomassetti, C., & Vanhie, A. (2024). The prevalence of endometriosis in unexplained infertility: A systematic review. Reproductive biomedicine online, 49(3), 103848.

  • « Previous
  • 1
  • …
  • 25
  • 26
  • 27
  • 28
  • 29
  • …
  • 57
  • Next »
ayo-gabung-mdg

Tentang MDG

Menuju Dua Garis merupakan komunitas yang dibentuk oleh Rosiana Alim, atau akrab disapa Mizz Rosie untuk berbagi kisah perjuangan hidupnya dalam menantikan buah hati serta mewadahi para wanita yang sedang berjuang menghadapi infertilitas dan menantikan kehadiran buah hati.

Join Komunitas MDG

Join Komunitas

Follow Social Media Kami

© 2025 Menuju Dua Garis. All Rights Reserved.