Artikel Informasi Untuk Pejuang Dua Garis

Infertilitas bukan hanya masalah wanita, loh, sister. Sekitar 20–30% kasus infertilitas justru berasal dari faktor pria. Sayangnya, metode diagnosis dan terapi yang ada saat ini kadang masih terbatas, baik dari segi akurasi maupun konsistensi.
Tapi jangan dulu merasa putus asa karena kita juga dapat melihat hadirnya kecerdasan buatan (AI) membuka peluang baru untuk membuat proses ini lebih tepat dan efisien, terutama dalam program bayi tabung (in vitro fertilization/IVF). Wah kira-kira dipakai untuk apa ya AI dimasa depan?
Bagaimana AI Digunakan?
Berdasarkan tinjauan terhadap sejumlah penelitian terbaru, AI mulai diterapkan dalam beberapa aspek penting infertilitas pria, misalnya:
- Morfologi sperma: AI bisa menilai bentuk sperma dengan akurasi tinggi, membantu dokter mengetahui kualitas sperma dengan lebih tepat.
- Motilitas sperma: AI mampu menilai kemampuan sperma bergerak, dengan hasil yang hampir 90% akurat.
- Pengambilan sperma pada kondisi khusus: Misalnya pada pria dengan azoospermia non-obstruktif, AI bisa memprediksi sperma yang bisa diambil untuk IVF.
- Prediksi keberhasilan IVF: AI juga mulai dipakai untuk memperkirakan peluang keberhasilan program IVF berdasarkan data pasien.
- Analisis DNA sperma: AI mulai menjelajah bidang ini untuk menilai kesehatan sperma lebih mendalam.
Teknik AI yang digunakan beragam, mulai dari Support Vector Machines, Random Forest, Deep Neural Networks, hingga metode gradient boosting.
Tren dan Potensi Masa Depan
Sejak 2021, melihat bagaimana minat global terhadap penerapan AI dalam infertilitas pria meningkat pesat. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa AI bisa meningkatkan akurasi diagnosis dan mendukung keputusan dokter dalam prosedur IVF.
Meski begitu, penerapan AI di klinik masih menghadapi beberapa tantangan, seperti: Perlu uji coba di berbagai pusat kesehatan agar hasilnya lebih valid. Standarisasi metode supaya hasil AI konsisten dan dapat dipercaya. Perlindungan privasi data pasien agar penggunaan AI aman.
AI disisi lain memiliki potensi besar untuk merevolusi cara kita menangani infertilitas pria, terutama dalam meningkatkan peluang sukses program IVF. Dengan pengembangan lebih lanjut dan penerapan yang terstandar, AI bisa menjadi pilar penting dalam reproduksi berbantu di masa depan. Meski demikian harus tetap spesifik melakukan pemeriksaan yang mendalam dan diskusikan dengan dokter. Informasi menarik lainnya jangan lupa follow Instagram @menujuduagaris.id.
Referensi
- Qaderi, K., Sharifipour, F., Dabir, M., Shams, R., & Behmanesh, A. (2025). Artificial intelligence (AI) approaches to male infertility in IVF: a mapping review. European Journal of Medical Research, 30(1), 246.

Infertilitas sekarang jadi isu global yang dialami banyak pasangan usia reproduktif. Jumlah kasusnya makin terlihat, bukan hanya karena angkanya naik, tapi juga karena kesadaran dan diagnosis yang semakin baik. Salah satu jalan terakhir yang biasa ditempuh pasangan adalah Assisted Reproductive Technology (ART), seperti bayi tabung. Sayangnya, tidak semua program ART berhasil di percobaan pertama, bahkan ada yang mengalami kegagalan berulang.
Di tengah tantangan itu, Artificial Intelligence (AI) muncul sebagai harapan baru. Dengan memanfaatkan algoritme komputer yang belajar dari data medis, AI bisa membantu dokter memperbesar peluang keberhasilan program hamil. Gimana jadi penasaran? baca lebih lanjut yuk!
Bagaimana AI Membantu di Dunia Kesuburan?
Penggunaan AI dalam reproduksi sudah mulai berkembang pesat. Beberapa peran pentingnya antara lain:
- Memantau perkembangan sel telur lewat USG
AI bisa membaca pola pertumbuhan folikel dengan lebih akurat, membantu dokter menentukan waktu terbaik dalam proses stimulasi ovarium. - Melihat kesiapan rahim menerima embrio
Endometrium yang “siap” adalah kunci implantasi berhasil. AI membantu memprediksi kapan kondisi rahim berada di tahap paling optimal. - Menyeleksi embrio terbaik
Dengan teknologi analisis gambar, AI bisa menilai kualitas embrio berdasarkan bentuk dan viabilitasnya, lalu memilih yang punya peluang besar berkembang menjadi kehamilan. - Memprediksi perkembangan embrio pasca-implantasi
Tidak semua embrio bisa bertahan setelah ditempatkan di rahim. AI memberi perkiraan lebih awal sehingga risiko kegagalan bisa ditekan. - Menilai kualitas sel telur (oosit)
Bentuk dan kualitas oosit sangat penting untuk keberhasilan fertilisasi. AI juga bermanfaat saat proses pembekuan sel telur (fertility preservation) maupun pada program donor sel telur.
Bukan Hanya untuk Wanita, Tapi Juga Pria
AI juga berperan besar dalam mengatasi infertilitas pria. Saat ini sudah ada sistem analisis sperma berbasis komputer. Ke depan, AI bisa melangkah lebih jauh dengan:
- Memprediksi kualitas sperma berdasarkan faktor gaya hidup dan lingkungan.
- Membantu memahami infertilitas idiopatik, yaitu kondisi infertilitas tanpa penyebab jelas, dengan mengklasifikasi pasangan berdasarkan tanda biologis dan klinis.
Meski menjanjikan, penggunaan AI di bidang kesehatan reproduksi tidak lepas dari pertanyaan etika, hukum, dan regulasi. Bagaimana data pasien digunakan, siapa yang bertanggung jawab jika terjadi kesalahan, dan bagaimana memastikan akses yang adil semua itu masih terus dibahas.
AI hadir sebagai peluang baru dalam dunia reproduksi: dari diagnosis lebih akurat, pemilihan embrio yang lebih tepat, sehingga prediksi peluang keberhasilan program hamil. Walaupun regulasi dan aspek etisnya masih perlu diperkuat, AI jelas sudah menjadi salah satu “alat masa depan” yang bisa membawa harapan bagi pasangan yang berjuang mendapatkan buah hati. Baca informasi menarik lainnya jangan lupa follow Instagram @menujuduagaris.id
Referensi
- Medenica, S., Zivanovic, D., Batkoska, L., Marinelli, S., Basile, G., Perino, A., … & Zaami, S. (2022). The future is coming: artificial intelligence in the treatment of infertility could improve assisted reproduction outcomes—the value of regulatory frameworks. Diagnostics, 12(12), 2979.

Kini kasus infertilitas wanita meningkat pesat dalam beberapa tahun terakhir, bahkan di usia muda. Infertilitas tidak hanya berdampak fisik, tapi juga psikologis, memengaruhi kesejahteraan mental dan keharmonisan keluarga. Secara global, 8–12% pasangan usia subur menghadapi infertilitas, dan prevalensi infertilitas wanita dilaporkan sekitar 15%. Infertilitas didefinisikan sebagai kegagalan mencapai kehamilan setelah 12 bulan berhubungan seksual tanpa kontrasepsi. Kira-kira apa saja sih penyebabnya?
Penyebab Infertilitas Wanita
Proses kehamilan dimulai dari sperma bertemu sel telur, pembuahan di tuba falopi, dan implantasi embrio di rahim. Gangguan di salah satu tahap ini bisa menyebabkan infertilitas. Beberapa kondisi yang sering menjadi penyebab infertilitas pada wanita antara lain:
- Premature Ovarian Insufficiency (POI) – ovarium berhenti berfungsi lebih cepat
- Polycystic Ovary Syndrome (PCOS) – gangguan hormonal yang menghambat ovulasi
- Chronic Endometritis & Polip Endometrium – kondisi rahim yang mengganggu implantasi
Selain itu, gaya hidup yang kurang sehat dan faktor lingkungan juga berkontribusi pada meningkatnya kasus infertilitas.
Peran Akupunktur dalam Mendukung Hamil Alami
Akupunktur adalah terapi tradisional Tiongkok yang telah digunakan ribuan tahun untuk menyeimbangkan energi tubuh dan memperbaiki aliran darah. Terapi ini melibatkan penempatan jarum di titik-titik tertentu di tubuh, dengan tujuan menstimulasi sistem saraf, hormon, dan sirkulasi darah.
Seiring perkembangan teknologi, variasi akupunktur modern termasuk:
- Electroacupuncture (EA) – stimulasi listrik ringan pada jarum
- Acupoint Catgut Embedding (ACE) – penanaman jarum atau benang khusus di titik akupunktur
- Transcutaneous Electrical Acupoint Stimulation (TEAS) – stimulasi listrik melalui permukaan kulit
Bahkan temuan dari penelitian terbaru menunjukkan akupunktur dapat mendukung hamil alami dengan cara:
- Menyeimbangkan hormon reproduksi
- Meningkatkan aliran darah ke rahim dan ovarium
- Mendukung kualitas sel telur dan kondisi rahim
Manfaat dan Keamanan Akupunktur
Efek samping akupunktur biasanya ringan, seperti nyeri kecil atau iritasi di area tusukan. Terapi ini non-invasif dan bisa dijadikan strategi tambahan dalam perjalanan hamil alami, terutama jika dikombinasikan dengan gaya hidup sehat dan pengelolaan stres.
Setelah mengetahui fakta tersebut sister dan paksu jadi tahu jika Akupunktur memberikan alternatif alami yang dapat mendukung sister dengan tantangan kesuburan. Terapi ini meningkatkan peluang hamil alami melalui stimulasi tubuh dan pikiran, serta memperbaiki kondisi rahim dan sel telur. Meskipun hasilnya menjanjikan, tetap disarankan untuk menjalani akupunktur di bawah pengawasan profesional bersertifikat dan dikombinasikan dengan konsultasi medis. Informasi menarik lainnya jangan lupa follow Instagram @menujuduagaris.id
Referensi:
- Huang, W., et al. (2024). Acupuncture for female infertility: A scoping review and mechanism exploration. Journal of Integrative Medicine.

Infertilitas kini menjadi kasus yang banyak dijumpai, bahkan yang harus sister tahu terlebih dahulu jika WHO (World Health Organization) mendefinisikannya sebagai kondisi ketika pasangan tidak berhasil mencapai kehamilan klinis setelah 12 bulan atau lebih melakukan hubungan seksual tanpa kontrasepsi.
Data global menunjukkan bahwa angka infertilitas terus meningkat setiap tahunnya. Tidak hanya itu, beban kesehatan akibat infertilitas (diukur dengan disability-adjusted life years atau DALYs) juga makin tinggi, terutama di negara-negara dengan tingkat sosial-ekonomi yang lebih maju.
Pengobatan Konvensional Infertilitas
Selama ini, pengobatan infertilitas biasanya dilakukan dengan teknologi reproduksi berbantu (assisted reproductive technology/ART), seperti bayi tabung (IVF) atau inseminasi buatan. Obat-obatan hormonal, seperti klomifen atau analog GnRH, juga sering diresepkan.
Namun, keberhasilan ART sangat dipengaruhi oleh usia ibu dan jumlah siklus yang dijalani. Selain itu, ART tidak lepas dari efek samping, mulai dari perdarahan kehamilan, preeklamsia, persalinan prematur, berat lahir rendah, hingga risiko diabetes gestasional. Ditambah lagi, biayanya yang tinggi membuat banyak pasangan merasa terbebani.
Munculnya Terapi Komplementer
Karena berbagai keterbatasan tersebut, banyak pasangan mulai melirik terapi komplementer pengobatan tambahan di luar sistem medis konvensional. Contohnya adalah akupunktur dan pengobatan herbal.
Studi di berbagai negara seperti Korea, Australia, Selandia Baru, hingga Inggris menunjukkan bahwa cukup banyak wanita yang menjalani terapi komplementer ketika menghadapi infertilitas. Motivasinya beragam: ingin mengurangi efek samping ART, meningkatkan kesejahteraan fisik-mental, atau sekadar mencoba segala cara untuk mendapatkan kehamilan.
Bagaimana dengan Buktinya?
Meski populer, efektivitas terapi komplementer masih menuai perdebatan. Beberapa penelitian besar menemukan bahwa akupunktur tidak menunjukkan perbedaan signifikan dibandingkan sham acupuncture (akupunktur palsu). Di sisi lain, tinjauan sistematis terhadap pengobatan herbal justru melaporkan hasil yang cukup menjanjikan bagi kesuburan wanita.
Artinya, masih dibutuhkan lebih banyak penelitian yang lebih kuat untuk memastikan manfaat terapi ini apakah memang bisa membantu kesuburan secara nyata, atau lebih ke arah efek pendukung, seperti mengurangi stres dan meningkatkan kualitas hidup. Meski begitu tentu saja terdapat manfaat yang signifikan.
Sister dengan infertilitas jika masalah kompleks maka memerlukan pendekatan menyeluruh. Pengobatan konvensional tetap menjadi pilihan utama, tetapi terapi komplementer seperti akupunktur dan herbal semakin banyak dilirik pasangan yang ingin menambah peluang hamil.
Yang jelas, apapun pilihannya, setiap pasangan sebaiknya mendiskusikan lebih dulu dengan tenaga medis agar terapi yang dijalani tetap aman dan sesuai kebutuhan. Untuk itu jangan lupa untuk dikonsultasikan dengan ahlinya ya. Informasi menarik lainnya jangan lupa follow Instagram @menujuduagaris.id
Referensi
- Lee, J. W., Hyun, M. K., Kim, H. J., & Kim, D. I. (2021). Acupuncture and herbal medicine for female infertility: an overview of systematic reviews. Integrative medicine research, 10(3), 100694.

Infertilitas atau kesulitan memiliki anak adalah masalah yang dialami jutaan pasangan di seluruh dunia. Penyebabnya bisa bermacam-macam, mulai dari gangguan ovulasi, sindrom ovarium polikistik (PCOS), kualitas sperma yang kurang baik, hingga faktor yang tidak diketahui dengan jelas.
Ketika sister dan paksu yang dihadapkan pada infertilitas dan melalukan konsultasi dengan dokter, biasanya akan disarankan obat hormonal atau teknologi reproduksi berbantu seperti IVF (bayi tabung). Tapi sayangnya cara ini tidak selalu berhasil, solusinya bisa dalam banyak hal salah satunya memperbaiki inflamasi dan kerusakan tubuh terutama reproduksi. Banyak sekali cara yang dapat dilakukan salah satu solusinya adalah akupunktur. Pahami lebih lanjut yuk sister!
Pahami apa itu Metode Akupuntur
Akupunktur sendiri hadir sebagai praktik pengobatan tradisional dari Tiongkok yang menggunakan jarum tipis untuk dimasukkan pada titik-titik tertentu di tubuh. Praktik pengobatan ini berfokus untuk menyeimbangkan aliran energi atau kekuatan hidup. Energi tersebut dikenal sebagai chi atau qi yang diyakini mengalir melalui 14 saluran (meridian) dalam tubuh.
Lokasi dan jumlah penempatan jarum pada prosedur akupunktur bisa berbeda-beda pada setiap pasien. Hal tersebut disesuaikan dengan kondisi kesehatan, tingkat keparahan, hingga jenis penyakit yang diatasi, lalu bagaimana akupuntur jika dilihat secara ilmiah?
Apa Kata Penelitian tentang Akupunktur?
Akupunktur sudah lama dipakai di Tiongkok untuk membantu kesehatan reproduksi. Penelitian modern menemukan bahwa akupunktur bisa memengaruhi hormon, memperbaiki siklus haid, serta melancarkan aliran darah ke rahim.
Dalam tinjauan besar terhadap ratusan penelitian, ditemukan bahwa:
- Akupunktur lebih baik daripada suntikan hormon tertentu (HCG) dalam membantu terjadinya kehamilan.
- Jika digabungkan dengan terapi hormon, hasilnya bisa sama baiknya.
- Dibandingkan tidak melakukan apa-apa, akupunktur memberi peluang lebih besar untuk hamil secara alami.
- Efek sampingnya relatif ringan, seperti sedikit nyeri atau gejala awal keguguran yang masih bisa dipantau.
Jadi, Apakah Akupunktur Bisa Jadi Solusi?
Akupunktur memang bukan “obat ajaib”, tapi hasil penelitian menunjukkan adanya manfaat nyata, terutama untuk masalah kesuburan tertentu pada perempuan. Selain itu, efek sampingnya ringan dan biayanya lebih terjangkau dibandingkan program bayi tabung.
Namun, perlu diingat bahwa akupunktur sebaiknya tidak dilihat sebagai pengganti pengobatan medis, melainkan pilihan tambahan yang bisa dipertimbangkan. Setiap pasangan punya kondisi unik, jadi diskusi dengan tenaga medis tetap penting sebelum memutuskan terapi. Informasi menarik lainnya jangan lupa follow Instagram @menujuduagaris.id
Referensi
- Tian, Z., Zhang, C., Liao, X., Yang, S., Hong, Y., Shi, A., … & Gang, W. (2024). Trends in acupuncture for infertility: a scoping review with bibliometric and visual analysis. Frontiers in Endocrinology, 15, 1351281.
- https://www.halodoc.com/kesehatan/akupunktur?srsltid=AfmBOoqbtyj7t-TbWQyAvNq85Ng7LYTBw9OHtwqPKrCRgwfVIFdTuBrY

Akupunktur sudah lama dikenal sebagai bagian penting dari pengobatan tradisional Tiongkok (Traditional Chinese Medicine/TCM). Dengan efek samping minimal, manfaat luas, dan pengakuan internasional, akupunktur semakin banyak dipelajari dan dipraktekkan di berbagai negara. Misalnya, sekitar 14% masyarakat Jepang menggunakan akupuntur setiap tahunnya, dan di Amerika Serikat, terapi ini sudah masuk kategori complementary and alternative medicine (CAM), yang sering dikombinasikan dengan pengobatan modern.
Namun, mempelajari akupunktur tidak mudah. Sistem pengetahuan ini sangat luas, penuh istilah khusus, serta teknik klinis yang rumit. Butuh waktu lama untuk menguasainya, sementara jumlah praktisi profesional masih terbatas.
Di sinilah Artificial Intelligence (AI) masuk membawa peluang baru. Model bahasa besar (Large Language Models/LLMs) seperti GPT dan variannya punya kemampuan memahami bahasa dan melakukan penalaran. Jika diarahkan secara khusus, AI berpotensi mempermudah pembelajaran akupunktur, mempercepat pengambilan keputusan klinis, dan membantu mengatasi kekurangan tenaga ahli. Gimana menarik bukan? yuk pahami lebih lanjut!
Hadirnya AcuGPT untuk Akupuntur
Sebuah penelitian mengenalkan AcuGPT, model bahasa besar pertama yang dirancang khusus untuk domain akupunktur.
Apa itu AcuGPT? ia merupakan Model AI yang dilatih dengan data akupunktur berkualitas tinggi. Bisa berdialog dengan gaya profesional medis. Dan dibekali mekanisme knowledge routing untuk menavigasi basis pengetahuan lintas bidang.
Dari AcuGPT lahirlah AcuGPT-Agent, sistem cerdas modular yang mengintegrasikan pengetahuan eksternal (termasuk terapi infertilitas dengan akupunktur) serta algoritma penalaran. Dengan begitu, sistem ini mampu memberikan dukungan keputusan klinis yang lebih akurat.
Untuk menguji performanya, dibuat juga EvalAcu, dataset evaluasi khusus akupunktur. Hasilnya menunjukkan bahwa AcuGPT dan variannya punya keunggulan nyata dalam memahami dan menerapkan pengetahuan medis akupunktur dibanding model umum.
Akupunktur untuk Infertilitas
Infertilitas secara nyata memengaruhi lebih dari 110 juta perempuan di seluruh dunia (2021). ART (Assisted Reproductive Technology) seperti IVF menjadi terapi utama, tapi prosedurnya sering invasif, lama, dan tidak selalu berhasil.
Sejak 1999, penelitian menunjukkan bahwa akupunktur bisa membantu meningkatkan keberhasilan ART. Manfaat yang tercatat antara lain:
- memperbaiki kualitas sel telur,
- mendukung ovulasi,
- meningkatkan reseptivitas endometrium,
- menurunkan risiko sindrom hiperstimulasi ovarium,
- meningkatkan angka kelahiran hidup.
Namun, penerapan klinisnya masih menghadapi kendala seperti kurangnya standar protokol, keterbatasan edukasi pasien, dan perbedaan kemampuan antar praktisi.
Dengan hadirnya AcuGPT-Agent, ada harapan bahwa AI bisa:
- menyederhanakan transfer pengetahuan akupunktur,
- memberi panduan klinis lebih konsisten,
- memperluas integrasi akupunktur dengan pengobatan modern.
Akupunktur tetap menjadi terapi tradisional yang menjanjikan, terutama untuk mendukung program hamil. Dengan dukungan teknologi AI seperti AcuGPT, dunia medis bisa menjembatani kesenjangan antara pengetahuan klasik dan kebutuhan klinis modern.
Kolaborasi antara tradisi TCM dan inovasi AI membuka jalan baru untuk perawatan kesehatan reproduksi yang lebih efektif, terjangkau, dan bisa diakses lebih luas. Informasi menarik lainnya jangan lupa follow Instagram @menujuduagaris.id
Referensi
- Wen, J., Liu, D., Xie, Y., Ren, Y., Wang, J., Xia, Y., & Zhu, P. (2025). AcuGPT-Agent: An LLM-Powered Intelligent System for Acupuncture-Based Infertility Treatment. Neurocomputing, 131116.

Infertilitas pria masih menjadi masalah global yang cukup serius. Diperkirakan satu dari enam pasangan di dunia mengalami kesulitan memiliki anak, dan sekitar 50% kasusnya melibatkan faktor pria. Sayangnya, banyak kasus infertilitas pria yang penyebab pastinya tidak jelas atau disebut idiopatik.
Salah satu aspek yang kini banyak diteliti adalah fungsi mitokondria. Mitokondria sering disebut sebagai “powerhouse” sel, karena bertugas menghasilkan energi. Dalam sel sperma, peran mitokondria jauh lebih krusial: ia menentukan gerakan (motilitas), kemampuan membuahi, bahkan kualitas DNA sperma.
Apa Hubungan Mitokondria dengan Sperma?
Struktur sperma terdiri dari kepala, leher, dan ekor. Pada bagian tengah (midpiece), terdapat deretan mitokondria yang rapi. Bagian inilah yang memasok energi agar ekor sperma bisa bergerak maju mencapai sel telur.
Jika mitokondria mengalami gangguan—baik karena mutasi genetik, stres oksidatif, penuaan, maupun gaya hidup—maka sperma bisa kehilangan kemampuan bergeraknya, mengalami kerusakan DNA, atau bahkan mati lebih cepat. Kondisi inilah yang akhirnya dapat menurunkan kesuburan pria.
Faktor yang Memengaruhi Fungsi Mitokondria
Beberapa hal yang diketahui dapat merusak mitokondria sperma antara lain:
- Stres oksidatif (Oxidative Stress/OS): produksi radikal bebas berlebihan yang merusak membran, protein, dan DNA sperma.
- Usia: semakin tua, fungsi mitokondria menurun sehingga sperma lebih rentan rusak.
- Gaya hidup: merokok, alkohol, pola makan buruk, kurang olahraga, dan paparan polusi mempercepat kerusakan mitokondria.
- Faktor lingkungan: paparan bahan kimia, logam berat, atau radiasi.
- Kelainan genetik: mutasi, penghapusan gen, maupun variasi nukleotida tunggal (SNPs) pada DNA mitokondria.
Dampaknya pada Kesuburan
Kerusakan mitokondria tidak hanya mengurangi jumlah sperma yang sehat, tetapi juga memengaruhi:
- Motilitas → sperma sulit bergerak maju.
- Morfologi → bentuk sperma abnormal.
- Viabilitas → sperma cepat mati.
- Kapasitasi → sperma gagal mengalami proses pematangan terakhir untuk menembus sel telur.
Semua faktor ini berkontribusi pada berkurangnya peluang pembuahan, baik secara alami maupun melalui teknologi reproduksi berbantu (ART).
Mitokondria ternyata bukan hanya sumber energi, tetapi juga kunci keberhasilan sperma dalam membuahi sel telur. Gangguan pada organel kecil ini dapat menjelaskan banyak kasus infertilitas pria yang selama ini dianggap “tidak jelas penyebabnya”. Dengan pemahaman lebih dalam mengenai hubungan mitokondria dan kesuburan paksu, diharapkan muncul cara diagnosis yang lebih akurat serta terapi yang lebih efektif. Informasi menarik lainnya jangan lupa follow Instagram @menujuduagaris.id
Referensi
- Mai, Z., Yang, D., Wang, D., Zhang, J., Zhou, Q., Han, B., & Sun, Z. (2024). A narrative review of mitochondrial dysfunction and male infertility. Translational Andrology and Urology, 13(9), 2134.

Setiap hari, lebih dari 1 juta kasus baru Infeksi Menular Seksual (IMS) tercatat di seluruh dunia pada usia 15–49 tahun (WHO). Banyak yang nggak sadar pernah terinfeksi, karena IMS seringkali datang tanpa gejala. Padahal, efek jangka panjangnya bisa serius—termasuk mengganggu kesuburan perempuan.
IMS dan Hubungannya dengan Infertilitas
Fakta ini dapat diketahui melalui hal berikut:
- Bahwa sekitar 1% perempuan mengalami infertilitas tuba setelah infeksi Chlamydia.
- 6% pasangan infertil diketahui penyebabnya karena kerusakan tuba.
- 30% infertilitas masih tergolong “unexplained” alias belum jelas penyebabnya, tapi IMS diduga ikut berperan.
Artinya, IMS bukan cuma sekadar penyakit menular, tapi bisa berdampak langsung pada peluang seorang perempuan untuk hamil.
Kenapa IMS Berbahaya untuk Kesuburan?
Beberapa infeksi menular seksual (IMS) terbukti punya dampak besar terhadap kesuburan. Chlamydia trachomatis bisa naik dari serviks ke rahim dan tuba falopi, menyebabkan radang panggul (PID) yang berujung pada kerusakan atau sumbatan tuba sehingga sel telur dan sperma sulit bertemu. Herpes Simplex Virus (HSV) meski umumnya menyerang area genital luar, juga dikaitkan dengan endometritis dan sumbatan tuba yang meningkatkan risiko kehamilan ektopik.
Sementara itu, Human Papillomavirus (HPV) tak hanya menimbulkan masalah di leher rahim, tetapi juga dapat memengaruhi fungsi tuba dan menurunkan keberhasilan program bayi tabung (IVF) karena kualitas embrio atau peluang implantasi terganggu. Semua ini menunjukkan bahwa IMS tidak hanya soal infeksi jangka pendek, tetapi bisa meninggalkan dampak serius pada kesehatan reproduksi jangka panjang.
Dampaknya Nggak Cuma Fisik
IMS juga berdampak pada kesehatan mental. Banyak perempuan dengan hasil positif IMS merasa cemas tentang masa depan kesuburannya. Apalagi kalau kurang informasi soal prognosis maupun langkah yang harus ditempuh. IMS bukan sekadar “penyakit menular biasa”. Dampaknya bisa panjang dan serius bagi kesehatan reproduksi. Karena itu, pencegahan, deteksi dini, dan edukasi jadi kunci utama untuk melindungi kesuburan.
IMS bukan hanya soal infeksi, tapi juga menyentuh sisi emosional. Banyak perempuan yang merasa cemas dan khawatir tentang masa depan kesuburannya setelah mendapat hasil positif IMS, apalagi jika informasi tentang langkah selanjutnya masih terbatas. Karena itu, penting banget untuk ingat: lindungi kesuburanmu sejak dini.
IMS bukan sekadar penyakit menular biasa, dampaknya bisa panjang dan serius bagi kesehatan reproduksi. Pencegahan, deteksi dini, dan edukasi adalah kunci utama untuk menjaga kesehatan dan harapan masa sister dan paksu. Informasi menarik lainnya jangan lupa follow Instagram @menujuduagaris.id
Referensi
- Kristensen, T. S., Foldager, A., Laursen, A. S. D., & Mikkelsen, E. M. (2025). Sexually transmitted infections (Chlamydia trachomatis, genital HSV, and HPV) and female fertility: A scoping review. Sexual & Reproductive Healthcare, 101067.