• Skip to main content
Menuju Dua Garis
  • Home
  • About Us
  • Our Story
  • Articles
  • Services
  • Kata Mereka
  • Join Us
×
  • Home
  • About Us
  • Our Story
  • Articles
  • Services
  • Kata Mereka
  • Join Us

Artikel Informasi Untuk Pejuang Dua Garis

Penyebab Ketidaksuburan Nggak Jelas? Hati-Hati, Mungkin Kamu Alami Unexplained Infertility!

April 10, 2025

 

Kalau sister dan paksu sudah rutin berusaha punya anak tapi hasilnya masih belum juga positif, dan semua hasil tes menunjukkan kondisi reproduksi normal, kalian mungkin termasuk dalam kondisi yang disebut Unexplained Infertility (UI) alias infertilitas yang belum diketahui penyebab pastinya.

Nah, kabar baiknya, sekarang ada panduan baru dari ESHRE (European Society of Human Reproduction and Embryology) yang bantu kalian dalam menentukan langkah terbaik untuk pasangan dengan UI. Yuk bersama dengan MDG kita bahas lebih lanjut!

Apa Itu Unexplained Infertility?

Unexplained Infertility adalah kondisi di mana pasangan tidak kunjung hamil, padahal hasil pemeriksaan semuanya normal mulai dari ovulasi, saluran tuba, sampai kualitas sperma.

Masalahnya, belum ada standar global yang benar-benar seragam soal tes apa saja yang wajib dilakukan sebelum menyimpulkan diagnosis UI. Makanya, selama ini pendekatannya cenderung bersifat empiris, alias berdasarkan pengalaman, bukan pada bukti ilmiah yang kuat.

Karena UI adalah diagnosis “pengecualian”, penting banget untuk memastikan bahwa semua pemeriksaan dasar sudah dijalani sebelum benar-benar menyimpulkan “nggak ada penyebabnya”.

Rekomendasi ESHRE: Dari Diagnosis Sampai Pengobatan

Melihat banyaknya pasangan yang mengalami infertilitas tanpa sebab yang jelas, ESHRE akhirnya menyusun panduan khusus untuk menangani kasus unexplained infertility ini. Tujuannya jelas: memberikan arahan berbasis bukti terbaik agar dokter nggak lagi hanya mengandalkan intuisi atau “kebiasaan lama” dalam menangani UI.

Panduan ini disusun dengan proses yang ketat—mulai dari merumuskan pertanyaan kunci, menelusuri literatur ilmiah terbaru, sampai menyaring bukti-bukti yang ada. Hasilnya? Terbitlah total 52 rekomendasi yang mencakup dari definisi, diagnosis, hingga pengobatan.

Tapi menariknya, meskipun jumlah rekomendasinya banyak, sebagian besar masih belum ditopang oleh bukti yang benar-benar kuat. Dari semua itu, hanya satu yang didukung bukti kualitas sedang. Sisanya? Banyak yang berasal dari penelitian dengan kualitas rendah, bahkan sangat rendah. Ini menunjukkan kalau UI masih jadi “misteri” yang butuh lebih banyak riset di masa depan.

Lalu, kalau belum banyak bukti kuat, gimana dong pengobatannya?

ESHRE tetap menyusun panduan langkah-langkah yang bisa diambil dokter. Untuk perawatan tahap awal, pasangan dengan UI direkomendasikan menjalani inseminasi intrauterin (IUI) yang dikombinasikan dengan stimulasi ovarium. Pendekatan ini dinilai sebagai opsi paling masuk akal karena relatif sederhana, terjangkau, dan minim resiko dibandingkan prosedur yang lebih invasif seperti IVF.

Namun tentu, keputusan pengobatan harus dipersonalisasi. Nggak semua pasangan cocok dengan pendekatan yang sama. Karena itu, sister dan paksu diarahkan untuk tetap melakukan komunikasi terbuka terutama pada dokter. Panduan ini bukan “aturan kaku” atau menjadi satu-satunya yang sister dan paksu harus jalani, tapi lebih ke arah petunjuk yang bisa jadi bahan diskusi antara sister dan paksu dan dokter. Informasi menarik lainnya jangan lupa follow Instagram @menujuduagaris.id

Referensi

Guideline Group on Unexplained Infertility, Romualdi, D., Ata, B., Bhattacharya, S., Bosch, E., Costello, M., … & Le Clef, N. (2023). Evidence-based guideline: unexplained infertility. Human Reproduction, 38(10), 1881-1890.

FSH untuk Infertilitas Laki-laki: Harapan Baru untuk Pasangan Pejuang Dua Garis

April 7, 2025

 

 

Infertilitas pria masih menjadi tantangan besar dalam dunia reproduksi. Faktanya, sekitar 50% dari semua kasus infertilitas pada pasangan disebabkan oleh faktor pria. Namun, dalam sepertiga dari kasus ini, penyebab pastinya sulit diketahui, yang disebut sebagai infertilitas idiopatik pria. Dalam kondisi seperti ini, pilihan pengobatan yang jelas dan efektif pun sering kali tidak tersedia.

Nah, dalam situasi inilah hormon perangsang folikel atau FSH (Follicle Stimulating Hormone) mulai dilirik sebagai solusi. Wah bagaimana bisa? yuk bahas lebih lanjut!

Apa itu FSH dan Kenapa Penting?

Secara alami, FSH diproduksi oleh tubuh dan berperan penting dalam proses pembentukan sperma. Hormon ini bekerja langsung pada sel Sertoli di testis untuk mendukung perkembangan sperma dari awal hingga matang. Pada kondisi tertentu seperti hipogonadisme hipogonadotropik (ketika tubuh tidak menghasilkan cukup hormon), FSH sudah dikenal luas sebagai terapi standar.

Tapi bagaimana kalau FSH diberikan kepada pria dengan infertilitas idiopatik yang penyebabnya tidak jelas?

Sebuah Studi memberikan Harapan Nyata

Sebuah studi retrospektif dilakukan di Unit Andrologi Modena, Italia, yang meneliti pria infertil yang mendapat terapi FSH dari tahun 2015 hingga 2022. Dari 362 pria, sebanyak 194 memenuhi syarat untuk mendapatkan FSH berdasarkan ketentuan sistem kesehatan nasional. Rata-rata usia mereka 37,9 tahun.

Hasilnya? Sebanyak 43 kehamilan tercatat (27,6%) setelah terapi FSH 22 kehamilan terjadi secara alami. 21 lainnya melalui teknologi reproduksi berbantuan (ART). Tak hanya itu, ada peningkatan signifikan dalam konsentrasi sperma, dari rata-rata 9,9 juta/mL menjadi 18,9 juta/mL. Bahkan, jumlah pria dengan sperma normal (normozoospermia) juga meningkat, sementara yang mengalami azoospermia (tidak ada sperma) menurun. Kelompok pria yang berhasil mencapai kehamilan ternyata memiliki sperma dengan konsentrasi dan motilitas (pergerakan) yang lebih baik dibanding yang tidak.

Meskipun belum menjadi pengobatan utama dan masih dianggap sebagai terapi empiris (berdasarkan pengalaman klinis), studi ini menunjukkan bahwa FSH bisa membantu satu dari empat pria dengan infertilitas idiopatik untuk memiliki anak. Ini angka yang cukup menggembirakan, terutama bila dibandingkan dengan data sebelumnya yang menyebutkan bahwa paling tidak 10 pria harus diobati untuk menghasilkan satu kehamilan.

Kapan Penggunaan FSH Bisa Dipertimbangkan?

Terapi FSH bisa dipertimbangkan untuk pria dengan diagnosa infertilitas idiopatik, juga ketika parameter sperma yang rendah tanpa penyebab yang jelas, dan dilakukan untuk meningkatkan peluang kehamilan baik secara alami maupun melalui ART.

Bagaimana sister dan paksu, ternyata terapi FSH menawarkan harapan baru dalam dunia pengobatan infertilitas pria, terutama bagi mereka yang belum menemukan penyebab pasti dari masalah kesuburannya. Meski belum menjadi solusi untuk semua, FSH bisa jadi peluang yang layak dipertimbangkan dalam strategi perencanaan keluarga bagi pasangan yang sedang berjuang. Tapi penting untuk dicatat bahwa terapi ini hanya boleh dilakukan setelah konsultasi dan evaluasi menyeluruh oleh dokter spesialis andrologi atau reproduksi. Untuk informasi menarik lainnya follow Instagram @menujuduagaris.id

Referensi

Romeo, M., Spaggiari, G., Nuzzo, F., Granata, A. R., Simoni, M., & Santi, D. (2023). Follicle‐stimulating hormone effectiveness in male idiopathic infertility: What happens in daily practice?. Andrology, 11(3), 478-488.

Growth Hormone (GH) dan Kesehatan Reproduksi Perempuan

April 6, 2025

 

Growth hormone (GH) yang diproduksi oleh kelenjar pituitari punya peran besar dalam mengatur pertumbuhan, perkembangan, dan metabolisme sel di berbagai jaringan tubuh. Tapi ternyata, hormon ini juga berperan penting dalam sistem reproduksi perempuan, lho, penasaran penjelasan lebih lanjutnya ngga? Yuk baca sampai habis ya!

Peran GH dalam Sistem Reproduksi

Bayangin sistem reproduksi perempuan itu kayak sebuah orkestra. Nah, GH (hormon pertumbuhan) adalah konduktornya. Dia nggak main alat musik secara langsung, tapi dia ngatur irama dan tempo semua pemain biar selaras. IGF-1 itu kayak asisten konduktor yang bantu menjaga ritme. Pemain musiknya? Ya itu tadi folikel, sel telur, hormon-hormon kayak FSH dan LH, sampai rahim. Kalau GH dan IGF-1 bekerja dengan baik, maka orkestra ini bisa menghasilkan simfoni yang indah: yaitu peluang kehamilan yang sehat.

Penelitian menunjukkan bahwa GH dan reseptornya ditemukan dalam ovarium dan rahim. GH bekerja sama dengan IGF-1 (Insulin-like Growth Factor 1), yang juga dihasilkan karena aktivitas GH. Keduanya bantu proses-proses penting seperti aktivasi folikel yang masih tidur, pematangan sel telur, produksi hormon dari ovarium, sampai membantu rahim agar siap menerima embrio.

GH juga bantu sel-sel di ovarium (sel granulosa) supaya lebih responsif terhadap hormon reproduksi utama seperti FSH dan LH. Artinya, GH ini ikut memperkuat kerja hormon-hormon lain yang mempersiapkan tubuh untuk kehamilan.

Dampak Kekurangan GH terhadap Kesuburan

Ketika kadar GH menurun karena faktor usia atau karena mutasi genetik, fungsi reproduksi bisa ikut terganggu. Akibatnya, bisa muncul masalah seperti cadangan ovarium yang rendah, respon ovarium yang kurang saat menjalani program bayi tabung (ART), sampai kegagalan implantasi.

GH ini juga ditemukan dalam cairan folikel di ovarium perempuan, dan jumlahnya berkaitan dengan kualitas sel telur, bentuk embrio, dan kemampuan embrio untuk berkembang. Melihat hal ini tidak jarang jika diantara kita membutuhkan solusi untuk melakukan suntik hormon. Seperti prosedur yang dilakukan saat melakukan program bayi tabung. 

GH sebagai Terapi Tambahan untuk Infertilitas

Karena faktanya pemberian GH di laboratorium terbukti bisa meningkatkan produksi hormon, mencegah kematian sel, membantu pematangan sel telur, dan memperbaiki kualitas embrio. Bahkan GH juga berperan penting di rahim, karena membantu proses implantasi dengan membuat rahim lebih “ramah” untuk kehamilan.

Meski masih butuh pengamatan lebih lanjut, ternyata sudah ada banyak harapan bahwa pemberian GH bisa bantu perempuan dengan masalah kesuburan, terutama yang mengalami kegagalan implantasi berulang atau respon ovarium yang buruk dalam program bayi tabung. Tapi tentu saja sister dan paksu tidak akan sembarangan menerima suntik hormon, karena akan disesuaikan dengan kondisi kalian dan seberapa membutuhkannya suntik ini. Dan semua prosedur ini akan sister dan paksu lalui sesuai dengan arahan dokter. Untuk informasi menarik lainnya sister dan paksu jangan lupa follow Instagram @menujuduagaris.id

Referensi

  • Chang, C. W., Sung, Y. W., Hsueh, Y. W., Chen, Y. Y., Ho, M., Hsu, H. C., … & Chang, H. M. (2022). Growth hormone in fertility and infertility: mechanisms of action and clinical applications. Frontiers in Endocrinology, 13, 1040503.

 

Obesitas dan Kesuburan: Apa Hubungannya?

April 5, 2025

 

Sekarang ini, dengan arus modern banyak makanan yang mengandung bahan-bahan kimia, seperti junk food dan berbagai macam olahan fast food. Hal ini mengakibatkan banyaknya orang mengalami kelebihan berat badan. Tapi yang sering luput dari perhatian, ternyata obesitas nggak cuma soal penampilan atau kesehatan jantung aja tapi juga bisa berdampak pada kasus infertilitas atau kesuburan.

Masalah kesuburan nggak hanya berasal dari perempuan. Laki-laki juga punya peran penting. Dan faktanya, kondisi tubuh seperti obesitas bisa mempengaruhi kualitas sperma. Pelajari lebih lanjut yuk!

Laki-laki dan Obesitas

Pada laki-laki, lemak berlebih bisa mengganggu keseimbangan hormon yang berperan dalam produksi sperma. Hal ini berkaitan dengan hormon testosteron (yang penting buat produksi sperma) bisa menurun, sedangkan hormon estrogen malah meningkat. Nah, kondisi ini bikin proses pembentukan sperma jadi kurang optimal.

Akibatnya, jumlah sperma bisa berkurang, geraknya jadi lambat, bahkan bentuknya nggak normal. Semua ini bisa menurunkan peluang untuk membuahi sel telur.

Obesitas Bisa Mengganggu Hormon Laki-laki

Laki-laki dalam penelitian yang kelebihan berat badan atau obesitas menghasilkan volume air mani yang lebih rendah daripada mereka yang memiliki berat badan sehat. Laki-laki dengan lingkar pinggang yang berukuran 102 sentimeter atau lebih memiliki jumlah sperma total 22 persen lebih rendah daripada laki-laki yang lingkar pinggangnya kurang dari 94 sentimeter. Bahkan kondisi tubuh ayah saat program hamil bisa berpengaruh ke generasi berikutnya. Obesitas nggak cuma bikin proses kehamilan jadi lebih sulit dimana beberapa ahli juga mulai menyoroti kemungkinan dampaknya terhadap kesehatan dan kesuburan anak di masa depan. Meski demikian tiap tubuh memiliki kondisi yang berbeda-beda.

Kenapa Hasilnya Bisa Beda-Beda?

Tidak semua orang obesitas pasti punya masalah sperma. Ada juga yang hasilnya normal-normal aja. Bisa jadi karena perbedaan usia, gaya hidup, atau penyakit lain yang menyertai misalnya diabetes atau tekanan darah tinggi. Sehingga diperlukan untuk melihat kondisi tubuh secara menyeluruh, bukan cuma fokus pada berat badan aja.

Obesitas Sering Datang Bareng Penyakit Lain

Mengapa penting menjaga pola hidup? yang sister dan paksu harus ketahui bahwasanya obesitas ini sering muncul bersama kondisi lain, seperti gula darah tinggi, kolesterol, atau tekanan darah tinggi. Jadi tidak hanya berkaitan dengan infertilitas tetapi juga penyakit-penyakit lain. Jadi, efek obesitas pada kesuburan bukan cuma karena berat badannya aja, tapi juga karena kondisi lain yang ikut menyertainya.

Obesitas bisa berdampak besar pada peluang untuk punya anak, baik untuk perempuan maupun laki-laki. Kalau sister dan paksu sedang merencanakan kehamilan, menjaga pola makan, olahraga rutin, dan mengatur berat badan bisa jadi langkah penting untuk meningkatkan peluang kehamilan.

Nggak harus langsung kurus, kok. Tapi mulai dari perubahan kecil bisa bawa dampak besar untuk masa depan. Semoga berhasil ya, untuk informasi menarik lainnya sister dan paksu dapat follow Instagram @menujuduagaris.id

Referensi

  • Ramaraju, G. A., Teppala, S., Prathigudupu, K., Kalagara, M., Thota, S., Kota, M., & Cheemakurthi, R. (2018). Association between obesity and sperm quality. Andrologia, 50(3), e12888.
  • https://www.halodoc.com/artikel/hubungan-berat-badan-dengan-tingkat-kesuburan-pria?srsltid=AfmBOoqAqKStMJTRrfriysXYPvFIxoXt9yUUciJy9CwniXpQ88UxOOxu

Kenali Kehamilan Ektopik Sebagai Ancaman di Awal Kehamilan

April 4, 2025

 

Kehamilan ektopik (ectopic pregnancy/EP) merupakan salah satu kondisi serius yang bisa terjadi di awal kehamilan, terutama pada trimester pertama. Penjelasannya ini bahwa EP terjadi saat sel telur yang telah dibuahi tidak menempel di dalam rahim, melainkan tumbuh di lokasi yang tidak semestinya. Yang paling umum adalah di saluran tuba falopi, tapi ternyata ada juga yang terjadi di tempat lain seperti isthmus, bekas luka operasi caesar, serviks, kornua, ovarium, bahkan di rongga perut. Yuk pelajari lebih lanjut, baca sampai habis ya!

Kehamilan Ektopik pada ART dan Faktor yang Mempengaruhinya

Beberapa faktor teknis yang dapat mempengaruhi kehamilan ektopik adalah tahap embrio saat transfer (pembelahan vs blastokista), jenis siklus transfer (segar vs beku)
frekuensi kontraksi uterus selama siklus segar, penggunaan progesteron untuk dukungan fase luteal, dan kesulitan teknis saat transfer embrio 

Dalam hal ini, sebuah studi retrospektif yang dilakukan di salah satu pusat fertilitas di Milan, Italia, menyertakan data dari 27.376 siklus ART dan IUI selama 10 tahun (2009–2018), mencatat faktor-faktor lain ini seperti usia pasien, BMI, riwayat kehamilan ektopik sebelumnya, cadangan ovarium (FSH, AMH, AFC), dan kondisi seperti infeksi panggul atau endometriosis. 

Faktor Risiko Tambahan: Siapa yang Lebih Rentan?

Selain faktor teknis ART, ada pula sejumlah faktor risiko lain yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya EP, seperti riwayat kehamilan ektopik sebelumnya, Infeksi panggul, endometriosis, atau perlengketan di area reproduksi, usia wanita, kebiasaan merokok, dan lama infertilitas, kualitas cadangan ovarium yang rendah dan prosedur transfer embrio yang sulit atau traumatis.

Yang perlu dicatat, banyak faktor risiko EP juga tumpang tindih dengan faktor risiko infertilitas. Dengan semakin banyaknya pasangan yang mengandalkan teknologi reproduksi berbantu untuk mendapatkan keturunan, penting untuk bagi sister dan paksu untuk mengenali dan memahami risiko kehamilan ektopik. 

Deteksi dini dan pendekatan yang tepat dapat menyelamatkan nyawa serta meningkatkan peluang kehamilan yang sehat dan berkelanjutan. Pencegahan lainnya adalah dengan edukasi, yaitu memahami informasi yang jelas tentang kondisi yang dialami.

Selain itu, pengawasan ketat selama prosedur ART serta pengembangan protokol yang lebih aman dan personalisasi kasus menjadi langkah penting dalam mengurangi angka kejadian kehamilan ektopik (EP).

Untuk informasi menarik lainnya, jangan lupa follow Instagram @menujuduagaris.id!

Referensi

Ramaraju, G. A., Teppala, S., Prathigudupu, K., Kalagara, M., Thota, S., Kota, M., & Cheemakurthi, R. (2018). Association between obesity and sperm quality. Andrologia, 50(3), e12888.

Dampak Penurunan Berat Badan Sebelum IVF: Benarkah Berpengaruh pada Keberhasilan Kehamilan?

April 3, 2025

 

Fertilisasi in vitro (IVF) sudah banyak dipilih oleh pasangan pejuang dua garis. Proses ini meski sudah menggunakan teknologi yang canggih pada prosesnya masih dihadapkan oleh banyak tantangan. MDG akan mencoba membahas bagaimana berat badan juga berpengaruh, baca sampai akhir ya!

Mengapa Penurunan Berat Badan Sebelum IVF Menjadi Perdebatan?

Banyak perempuan dengan obesitas atau kelebihan berat badan disarankan untuk menurunkan berat badan sebelum menjalani prosedur fertilisasi in vitro (IVF). Mengapa demikian? Berat badan berlebih sering dikaitkan dengan gangguan kesuburan. Namun, apakah benar penurunan berat badan sebelum IVF dapat meningkatkan peluang keberhasilan kehamilan? 

Kebijakan dan Pandangan Medis

Banyak penyedia layanan kesuburan, termasuk NHS, menetapkan batas indeks massa tubuh (BMI) sebelum pasien dapat menjalani IVF. Biasanya, BMI yang disarankan berada di kisaran 19-30, meskipun beberapa penyedia memiliki batas lebih ketat, yaitu 19-25. Hal ini bergantung dengan perseorangan.

Walaupun penelitian tentang hubungan antara berat badan dan kesuburan masih berlangsung, dampak obesitas terhadap hasil IVF semakin banyak diakui. Misalnya, sebuah studi tahun 2021 terhadap lebih dari 7.300 wanita menemukan bahwa meskipun tingkat kehamilan tidak berbeda secara signifikan antar kategori BMI, wanita dengan BMI lebih tinggi memiliki angka kelahiran hidup lebih rendah dan risiko keguguran lebih tinggi. Studi tersebut juga mencatat bahwa wanita dengan obesitas cenderung memiliki lebih sedikit sel telur matang dan embrio yang berkembang ke tahap blastokista.

Jika BMI Saya Tidak Ideal untuk IVF, Apa yang Harus Dilakukan?

Jika BMI  terlalu tinggi untuk menjalani IVF, dokter mungkin menyarankan untuk menurunkan 5-10% dari berat badan. Namun, menurunkan berat badan bukan satu-satunya solusi. Konsultasi dengan dokter akan membantu menentukan langkah terbaik berdasarkan kondisi kesehatan dan riwayat medis Anda.

Salah satu langkah yang dapat dilakukan adalah dengan menguji kadar Hormon Anti-Mullerian (AMH) untuk mengetahui cadangan ovarium. Tes darah sederhana ini dapat membantu dokter menilai peluang kehamilan dan memahami apakah BMI mempengaruhi kesuburan Anda.

Berdasarkan artikel hari ini, ternyata menurunkan berat badan sebelum IVF memang dapat mengurangi berat badan secara signifikan, tetapi tidak selalu meningkatkan peluang keberhasilan kehamilan. Oleh karena itu, keputusan untuk menurunkan berat badan sebelum IVF sebaiknya disesuaikan dengan kondisi kesehatan masing-masing dan didiskusikan dengan dokter yang menangani sister dan paksu. Untuk informasi menarik lainnya sister dan paksu dapat follow Instagram @menujuduagaris.id

Referensi

  • Jeong, H. G., Cho, S., Ryu, K. J., Kim, T., & Park, H. (2024). Effect of weight loss before in vitro fertilization in women with obesity or overweight and infertility: a systematic review and meta-analysis. Scientific Reports, 14(1), 6153.
  • https://www.alodokter.com/ketahui-tingkat-keberhasilan-dan-kegagalan-ivf-atau-bayi-tabung-sebelum-melakukannya
  • https://www.ivi.uk/blog/why-your-bmi-matters-when-trying-to-get-pregnant/

Ketahui Dampak Pekerjaan sebagai Petani terhadap Infertilitas Laki-laki

April 3, 2025

 

Dari banyaknya pekerjaan seperti petani, tukang las dan sebagainya yang banyak dilakukan laki-laki, ada yang berdampak pada infertilitas. MDG akan membahas lebih dalam bagaimana pekerjaan sebagai petani juga berpotensi pada infertilitas. 

Pahami Infertilitas dan Profesi Petani 

Infertilitas pada laki-laki sendiri merupakan masalah kesehatan yang dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan dan gaya hidup. Salah satu kelompok yang berisiko tinggi mengalami gangguan kesuburan adalah petani, terutama mereka yang sering terpapar bahan kimia seperti pestisida dalam aktivitas pertanian. 

Paparan bahan kimia ini dapat berdampak negatif terhadap kualitas sperma dan keseimbangan hormon reproduksi. Paparan pestisida dan risiko infertilitas petani yang sering terpapar pestisida memiliki risiko lebih tinggi mengalami gangguan kesuburan. Tentu saja paparan ini akan berkembang jika para petani tidak berhati-hati dengan pekerjaan mereka. Yuk ketahui faktor-faktornya

Faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko

  • Frekuensi penyemprotan pestisida, terutama jika dilakukan lebih dari tiga kali dalam seminggu.
  • Teknik penyemprotan, seperti penyemprotan melawan arah angin, yang dapat meningkatkan paparan langsung terhadap pestisida.
  • Kurangnya penggunaan alat pelindung diri (APD) saat bekerja di ladang.
  • Kebiasaan higienis, seperti tidak mencuci tangan atau mengganti pakaian setelah penyemprotan.

Faktor yang tertera di atas akan berdampak lebih buruk jika tidak diimbangi dengan pola konsumsi makanan yang baik. 

Dalam kesehatan reproduksi laki-laki asupan nutrisi yang mengandung seng diketahui memiliki manfaat bagi kesuburan. Namun, banyak petani yang tidak memperhatikan pola makan sehat, yang dapat memperburuk risiko infertilitas.

Upaya Pencegahan dan Kesadaran Kesehatan Untuk mengurangi risiko infertilitas di kalangan petani, beberapa langkah yang dapat dilakukan meliputi:

  • Edukasi mengenai bahaya pestisida dan cara penggunaannya yang lebih aman.
  • Penggunaan APD yang tepat, seperti masker dan sarung tangan, untuk mengurangi paparan langsung terhadap bahan kimia.
  • Peningkatan pola makan sehat, dengan mengonsumsi makanan yang kaya akan seng dan nutrisi penting lainnya.
  • Penerapan kebiasaan higienis, seperti mencuci tangan dan mengganti pakaian setelah bekerja di ladang.

 

Kesadaran akan bahaya pestisida dan penerapan langkah-langkah perlindungan yang tepat dapat membantu petani menjaga kesehatan reproduksi mereka dan mengurangi risiko infertilitas. Bagi paksu atau sister yang beraktivitas di ladang dan bersinggungan dengan bahan kimia ini dapat meminimalisir dengan menerapkan apa yang MDG sudah jabarkan. Untuk informasi menarik lainnya sister dan paksu dapat follow Instagram @menujuduagaris.id.

Referensi

Winarni, S., Denny, H. M., Arifan, F., Suwondo, A., Kartini, A., & Susanto, H. (2021). Risk Factors of Infertility Cases Among Shallot Farmers. Malaysian Journal of Public Health Medicine, 21(1), 160-168.

 

Lebaran atau Sidang Keluarga? Kenapa Selalu Ditanya Kapan Nikah & Punya Anak?

April 1, 2025

 

MDG ingin mengucapkan selamat Idul Fitri 1446 H Semoga Lebaran tahun ini membawa kebahagiaan, kedamaian, dan momen berharga bersama keluarga. 

Ngomong-ngomong berbicara tentang lebaran, selain identik dengan ketupat, opor ayam, dan baju baru, juga punya satu tradisi lain yang nggak kalah “legend”. Pertanyaan kapan nikah dan kapan punya anak. Rasanya, baru aja sampai rumah saudara, belum sempat menikmati kue kering, eh sudah dihujani pertanyaan yang kadang bikin kepala cenat-cenut. Tapi kenapa sih pertanyaan ini selalu muncul setiap tahun? Yuk, kita kupas bareng!

Indonesia dan Budaya Basa-basi

Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki budaya basa basi, studi Errington (1984) dan Simon (2014) tentang signifikansi basa-basi dalam masyarakat Minangkabau, ditemukan bahwa basa-basi adalah praktik yang tidak hanya esensial dalam satu masyarakat, tapi bisa dibilang merupakan sesuatu yang menyusun kebudayaan Indonesia. Meskipun basa-basi dilakukan oleh satu individu, tindakan satu orang ini terhubung secara kolektif dengan orang lain. 

Meski begitu, tidak semua basa-basi itu berkonotasi buruk ya! Tentu saja ini bergantung dengan suasana basa-basi itu disampaikan. Basa-basi sendiri merupakan obrolan ringan yang juga dapat digunakan ketika bertemu seseorang atau habisnya bahan pembicaraan. Tidak ada niatan buruk ketika seseorang memulai basa-basi, hanya saja basa-basi tidak bisa dilakukan setiap waktu.

Mengapa Basa-Basi Harus Diposisikan di Waktu yang Tepat?

Dikutip dari Media Magdalene melalui riset di Selandia Baru sejak 2019, faktor terbesar penyebab seseorang enggan berkumpul dengan keluarga adalah menjamurnya pertanyaan basa-basi, seperti ‘kapan punya anak?’, ‘kapan menikah?’, dan ‘kapan lulus kuliah?’. Pertanyaan-pertanyaan ini berujung pada diskriminasi struktural dan bentuk pengucilan, yang masih terjadi di Indonesia.

Pengucilan ini bisa membuat seseorang enggan berkumpul dan merasa tidak sesuai dengan standar atau harapan keluarga. Padahal, berkumpul dengan keluarga seharusnya menjadi momen yang menyenangkan. Namun, ketika mendapatkan ujaran yang tidak mengenakkan, terutama dari keluarga yang seharusnya menjadi ruang aman, hal ini tentu akan terasa lebih menyakitkan.

Sister dan paksu yang apakah kalian juga sedang berada dalam posisi ini?, Tentu saja kalian harus ingat bahwa kalian adalah orang-orang yang kuat dan hebat, dengan empati yang tinggi dan daya juang yang tak terhitung. Biarkan lingkungan sekitar melakukan porsinya sebagai manusia. Kalian juga berhak bahagia dengan cara kalian sendiri. Semoga dengan ini, jalan kalian dipermudah, dan ada waktu indah yang menanti di masa depan. Untuk informasi menarik lainnya jangan lupa follow Instagram @menujuduagaris.id.

Referensi

  • https://magdalene.co/story/hindari-pertanyaan-kapan-kawin-kapan-nikah/
  • https://www.nusantarainstitute.com/budaya-basa-basi/

 

  • « Previous
  • 1
  • …
  • 26
  • 27
  • 28
  • 29
  • 30
  • …
  • 57
  • Next »
ayo-gabung-mdg

Tentang MDG

Menuju Dua Garis merupakan komunitas yang dibentuk oleh Rosiana Alim, atau akrab disapa Mizz Rosie untuk berbagi kisah perjuangan hidupnya dalam menantikan buah hati serta mewadahi para wanita yang sedang berjuang menghadapi infertilitas dan menantikan kehadiran buah hati.

Join Komunitas MDG

Join Komunitas

Follow Social Media Kami

© 2025 Menuju Dua Garis. All Rights Reserved.